Ramadhan Permana seorang Suami yang terpaksa menikah lagi demi kesembuhan putranya,karena terhimpit ekonomi serta biaya pengobatan yang tidak sedikit, telah membuat seorang Ramadhan putus asa, Jihan sang istri selalu memberikan semangat untuknya, dan soal keputusan Rama untuk menikah lagi merupakan atas kesepakatan bersama, meskipun itu semua begitu berat untuk Jihan,di madu oleh suaminya tidak pernah terlintas di dalam benaknya.
Mayang Lesmana yang tengah hamil anak dari kekasihnya yang telah pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab. Ayah Mayang, yang merupakan seorang pengusaha kaya, mengetahui kehamilan putrinya dan khawatir nama baik keluarganya akan tercoreng. Oleh karena itu,ayah Mayang yakni Tuan Mahesa Lesmana meminta Rama untuk menikahi putrinya dengan imbalan yang sangat fantastis dan pada saat itu posisi Rama hanyalah seorang pegawai biasa.
Rama dan Mayang akhirnya menikah,karena keterpaksaan,dan mereka harus beradaptasi dengan keadaan,mampukah Rama bersikap adil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi ke Toko Perhiasan
Keesokan harinya, Rama telah di jemput oleh seorang supir di Rumah Sakit Edelweis, sebelumnya ia menyempatkan pergi sebentar ke Apartemen untuk sekedar membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, kemudian ia bergegas pergi menuju perusahaan Alexion, sekitar hampir satu jam perjalanan dari Apartemen menuju kantor, akhirnya Rama tiba, kali ini ia tiba di perusahaan berbarengan dengan karyawan lainnya, banyak yang memuji bahwa Rama salah satu contoh CEO yang disiplin waktu, jauh berbeda saat perusahaan ini masih di pimpin oleh Pak Burhan, biasanya ia suka datang sesuka hati.
Rama memang sedari dulu memiliki etos kerja yang tinggi, ia ulet, disiplin dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya, jadi masalah seperti ini bukanlah suatu pencitraan tapi sudah menjadi kebiasaannya.
"Selamat pagi Pak Rama!" sapa Choki dari depan pintu masuk Lobby.
"Selamat pagi juga Choki!" jawab Rama tersenyum ramah ke arahnya.
Kemudian Rama masuk ke area lobby kantor sedangkan Choky telah mengekori dirinya dari arah belakang.
setiap langkahnya menjadi pusat perhatian para karyawan lainnya, kali ini Rama betul-betul telah menjelma menjadi seorang CEO.
Seperti biasanya, Rama mulai kembali dengan pembelajarannya mengenai perusahaan Alexion, Pak Santana dan pak Dewa sangat senang bisa membantu atasan mereka, di tambah mereka dua samasekali tidak merasa kesulitan saat mengajari Rama.
"Baru kali ini saya merasa takjub dengan seorang CEO seperti anda, padahal setahu saya kalau anda ini tidak memiliki pengalaman apapun di bidang ini!" puji Pak Santana sambil menatap tajam ke arah Rama.
"Betul sekali apa kata anda, Pak Santana! Saya malah semakin bersemangat mengajari Tuan Rama!" sambung Pak Dewa ikut menimpali.
Rama yang mendengar keduanya telah memujinya seperti itu, ia hanya mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya karena berkat mereka berdua, akhirnya ia telah mengetahui banyak soal seluk beluk menjadi seorang CEO, dan tugas serta tanggung jawab yang harus ia jalankan.
Menjelang sore, Rama telah berjanji kepada Tuan Mahesa untuk mengajak Mayang pergi ke toko perhiasan, ia pun bergegas untuk segera pergi menuju kediaman Tuan Lesmana, tidak lupa sang sopir pribadi yakni pak Danu yang di tugaskan oleh Tuan Mahesa untuk mengantarkan Tuan Rama kemana pun ia pergi.
Beruntungnya kali ini Rama tidak terjebak macet sama sekali meskipun arus lalulintas cukup padat.
Sedangkan Mayang, ia bermalas-malasan untuk pergi, namun ibu Linda selaku ibu pengasuhnya terus saja memaksanya untuk segera pergi bersama Rama.
"Aku malas sekali Bu, lagian Papah ngapain sih mesti repot-repot seperti ini? Kan bisa langsung pesan saja dari toko perhiasan, gak usah aku pergi bersama pria menyebalkan itu!" keluhannya sampai mendengus kesal.
Bu Linda yang sedari tadi memperhatikan sikap Nona Mudanya, ia hanya bisa menggeleng dan menghela napas.
"Sudahlah Non, sebaiknya Non Mayang ikuti semua perintah Papahnya Non, apa mau nanti Non diamuk lagi?" kali ini Bu Linda mencoba mengingatkan.
Mayang yang mendengar hal itu sampai menghela napas.
"Ya..ya..ya! Aku akan pergi! Kalau pria menyebalkan itu sudah datang, suruh tunggu saja Bu! Malas sebenarnya sih, tapi ya sudahlah aku tidak mau cari ribut dengan Papah." jawabnya pasrah.
"Nah gitu dong Non, nurut saja apa kata Papahnya Non, toh ini semua Papah Non lakukan demi kebaikannya Non Mayang, menurutku Tuan Rama itu pria yang baik dan juga sopan!"
Mendengar Bu Linda memuji Rama di depannya, Mayang malah tampak kesal dan rasanya ia menjadi mual dan ingin muntah.
"Hoek...bikin aku ingin memuntahkan seluruh isi perutku saja Bu, stop jangan pernah memuji pria menyebalkan itu di hadapanku!" pintanya memperingatkan.
Bu Linda lagi-lagi hanya menghela napas.
Tak lama Rama tiba, dan ia menunggu Mayang di ruang tamu, Rama sendiri sebenarnya malas, kalau bisa ia ingin sekali pergi ke Rumah Sakit menemui Anak dan istrinya, namun kali ini tugasnya belum selesai.
Sekitar hampir tiga puluh menit menunggu, akhirnya Mayang menemui Rama, ia sengaja mengulur waktu agar Rama kesal, namun Rama tetap berusaha untuk sabar dan bersikap tenang.
Kemudian Mayang malah melengos pergi, meninggalkan Rama yang masih duduk di atas kursi Sofa.
"Ayo cepet, gak pake lama!" perintahnya tanpa menoleh.
Rama sendiri buru-buru beranjak dari tempat duduknya, kemudian bergegas masuk ke dalam mobil dimana sudah ada Mayang di dalamnya sedang duduk manis di jok belakang.
Kali ini Rama pun duduk di jok belakang di samping Mayang, sedangkan Mayang terus saja membuang pandangannya dan lebih memilih melihat ke arah samping jendela mobil, terlihat jelas jika ia tidak menyukai pergi bersama dengan Rama. Melihat sikap Mayang yang seperti itu, Rama terlihat masa bodoh pikirnya ia hanya cukup menjalankan perintah dari Tuan Mahesa, dan setelah ini semua selesai, ia di perbolehkan untuk pulang.
Setibanya di toko perhiasan, Mayang tetap tidak ingin jalan beriringan dengan Rama, dan ia lebih memilih untuk pergi lebih dulu.
Di dalam toko perhiasan, kehadirannya sudah di sambut ramah oleh para pegawai toko tersebut.
"Selamat datang Nona Mayang dan juga Tuan Rama, perkenalkan nama saya adalah Lisa, Manager toko ini, Tuan Mahesa sudah memberitahu saya bahwa Nona dan Tuan sedang mencari cincin untuk pernikahan, kebetulan di toko Victoria, baru saja launching desain cincin pernikahan yang baru dan tentunya telah di rancang oleh para ahli yang sangat profesional, silahkan Tuan dan Nona bisa melihat-lihat koleksi cincin pernikahan di toko kami!" ucap Lisa sembari menyodorkan beberapa koleksi cincin pernikahan.
Mayang yang melihatnya langsung, ia sampai terpesona dan membayangkan di sampingnya adalah Willy, bukan Rama! Pastinya ia akan sangat bahagia sekali.
Kini Rama dan Mayang duduk bersebelahan sambil memilih beberapa cincin pernikahan yang cocok untuk mereka berdua.
Mayang dan Rama masing-masing mencocokan cincin pernikahan mereka tanpa adanya percakapan, keduanya malah sibuk masing-masing.
Tiba-tiba datang seorang wanita dan juga pria, kemudian keduanya menyapa Mayang.
"Hay Mayang, kamu sedang apa di sini?" tanya seorang wanita cantik berkulit putih serta memiliki tubuh yang proporsional.
Mayang yang sudah tidak asing dengan suara tersebut, ia sampai mengepalkan tangan.
'Dasar sial, kenapa aku harus bertemu dengan wanita menyebalkan ini sih!' keluhnya dalam hati.
Seketika Mayang menoleh sejenak dan kembali membuang muka.
"Kau tidak bisa lihat aku ini sedang apa hah? Penglihatan mu masih normal kan? Kau tidak rabun kan?" perkataan pedas yang keluar dari mulut Mayang sontak membuat seorang Kimi Pramesti geram di buatnya, namun ia tetap berusaha untuk bersikap tenang.
"Ha..ha..ha! Rupanya setelah Willy membuang mu, begitu cepatnya kau berpaling ke pelukan pria lain!" sindir Kimi sembari menatap dalam ke arah Rama.
Rama yang mendengar percakapan yang terkesan seperti sebuah perseteruan, ia hanya bisa menghela napas.
Kemudian sambil tangan di kepal, Mayang mencoba untuk membalasnya.
"Ngapain juga pria tidak berguna itu tetap aku pertahankan, siapa bilang dia membuang ku? Justru aku yang pergi meninggalkannya untuk bisa menikah dengan pria idamanku!" ucapnya sembari melirik ke arah Rama dengan ekor matanya, kemudian tiba-tiba saja Mayang bergelayut manja kepada Rama, ia menyandarkan kepalanya di atas bahunya, Rama cukup terkejut atas sikap Mayang yang mendadak menjadi seperti ini.
Sedangkan Kimi yang melihat pemandangan seperti ini, terlihat tidak suka, dan ia pun segera menggandeng pria di sampingnya yang sepertinya pria itu adalah kekasihnya.
"oh, benarkah seperti itu? Apa hebatnya pria di samping mu itu hah?" tanya Kimi seolah tidak mau kalah.
mendengar Kimi berkata seperti itu, Mayang langsung menelan ludah.
'Hey Rama, kau ngomong apa kek! Kali ini kau bela aku di depan musuh besarku ini, aih...sangat menyebalkan!' batinnya mulai jengkel.
Bersambung...
🌼🌼🌼🌼🌼🌼