NovelToon NovelToon
Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan rahasia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Velza

Ketika sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, Farida Agustin harus rela terikat pernikahan kontrak dengan seorang pria beristri bernama Rama Arsalan.

Bagaimanakah kehidupan keduanya kelak? Akankah menumbuhkan buih-buih cinta di antara keduanya atau justru berakhir sesuai kontrak yang ada?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Isi Hati

Sepulang dari periksa kandungan hingga jam 11 malam, Farida tak bisa memejamkan matanya. Berulang kali dia berpindah posisi agar segera tidur, tetapi hal itu hanya sia-sia.

Akhirnya, Farida memutuskan untuk pergi ke dapur membuat minuman hangat. Ketika melewati ruang tengah, dia melihat TV yang masih menyala kemudian mendekat ke sana.

"Tuan, belum tidur?"

Rama yang sedang fokus menonton, seketika terlonjak karena terkejut mendengar suara Farida.

"Farida, kenapa belum tidur? Ini udah hampir tengah malam." Rama menatap Farida yang berdiri tepat di belakangnya.

"Saya nggak bisa tidur, Tuan."

"Sini." Rama menepuk sisi sofa di sebelahnya agar Farida duduk.

Bak anak kecil, Farida menuruti perintah dari Rama. Dia lantas duduk tepat di samping Rama.

"Sini, angkat kakimu."

"Hah?"

Rama menepuk pahanya, mengisyaratkan agar Farida menaikkan kakinya di pangkuannya.

"Mau diapakan?" tanya Farida.

"Udah, pokoknya kamu nurut aja." Karena tak sabar, Rama langsung menarik kedua kaki Farida dan meletakkan di pangkuannya.

Perlahan jemari Rama memijat kaki Farida, supaya istrinya itu merasa nyaman dan bisa tidur.

"Kamu pasti kecapekan," ucap Rama tanpa menghentikan gerakan memijatnya.

"Enggak, Tuan. Saya nggak melakukan apa pun, mana mungkin bisa kecapekan," sanggah Farida.

"Terus kenapa kalau bukan karena kecapekan?"

"A-Anu, itu ...." Farida menjeda ucapannya karena takut pada Rama.

"Apa? Ngomong yang jelas."

"S-Saya pengen makan nasi goreng, tapi ...."

"Tapi apa?"

"Tapi nasi gorengnya Tuan yang bikin." Farida langsung tertunduk karena sudah lancang meminta sesuatu yang menurutnya tak mungkin dikabulkan.

"Hanya itu?"

Farida mendongak menatap Rama yang tak menunjukkan raut wajah kesal ataupun marah.

"Tuan nggak marah?"

"Marah untuk apa? Kalau kamu pengen sesuatu, katakan saja. Saya usahakan untuk mewujudkannya."

"Saya nggak enak kalau harus merepotkan Anda. Anda sudah bekerja seharian, pasti capek."

Rama menggenggam tangan Farida sambil tersenyum. "Justru kamulah penghilang lelahku setelah bekerja seharian."

Farida mendengarkan dengan seksama setiap kalimat yang keluar dari mulut Rama tanpa menyelanya.

"Kalau boleh jujur, saat bersamamu ada rasa tersendiri yang saya rasakan. Saya selalu merasa nyaman ketika kamu melayani saya dan melakukan tugas seorang istri tanpa diminta. Hidup saya jauh lebih berwarna setelah mengenalmu, Farida. Apalagi semenjak kamu dinyatakan hamil, saya benar-benar merasakan indahnya sebuah keluarga yang lengkap."

Rama mengembuskan napas sejenak, lalu kembali melanjutkan ucapannya, "Saya ingin mempertahankan hubungan ini, Farida. Izinkan saya menjadi bagian dari hidup kamu, hari ini dan selamanya."

Farida tak bisa berkata-kata, dia tak menyangka Rama akan mengutarakan isi hati yang ternyata sama seperti yang dirasakan. Namun, lagi-lagi dia disadarkan oleh keadaan di mana dia hanyalah istri sementara dan ada seorang istri yang lebih berhak atas Rama.

"Tuan ... Saya menghargai kejujuran dan ketulusan Anda selama ini. Setidaknya, apa yang saya rasakan juga terbalaskan. Tapi saya sadar diri, di sini saya hanyalah istri sementara dan ada seorang istri yang lebih berhak atas Anda."

Rama menurunkan kaki Farida lalu dia bersimpuh di hadapan istrinya itu.

"Farida, seandainya hanya kamu yang ingin saya jadikan istri satu-satunya, apa kamu berkenan?"

Tangan Farida perlahan mengelus kedua pipi Rama lalu menangkupnya. "Terima kasih, Tuan. Tapi saya tidak ingin dicap sebagai wanita yang menghancurkan hidup wanita lain, meski hal itu memang sudah terjadi saat ini. Saya tidak ingin menambah luka pada wanita lain, saya tidak ingin berbahagia di atas penderitaan wanita lain. Maaf, tapi saya harus tetap pergi sesuai dalam perjanjian sebelumnya."

Dengan menahan sesak di dadanya, Farida harus mengatakan sesuatu yang bertolak belakang dengan hatinya tanpa berani menatap wajah Rama. Tangisan pun tak dapat lagi ditahan setelah mengatakan hal yang sangat menyakiti perasaannya.

"Tatap mata saya, Farida. Katakan sekali lagi, apa yang baru saja kamu katakan. Saya tahu, hatimu tidak ingin mengatakan itu."

"Lihat saya, Farida!" teriak Rama.

Dengan ragu, Farida memberanikan diri untuk menatap Rama. Mulutnya seolah terkunci rapat dan tak bisa berucap, air mata pun semakin mengalir deras membasahi pipinya.

Rama seketika langsung mendekap Farida dengan erat. "Katakan, Farida. Katakan."

Tangisan Farida terdengar sangat menyayat hati. Begitupun dengan Rama yang juga mulai menangis mendengar suara tangisan sang istri.

"Beri saya waktu, Farida. Saya tidak akan mempertahankan sesuatu yang tak bisa lagi dipertahankan. Dan saya akan buktikan kalau kamu bukanlah wanita yang merusak kebahagiaan wanita lain."

Rama melerai pelukannya lalu tangannya menangkup wajah Farida. Dia memberikan sebuah kecupan hangat yang cukup lama di kening Farida.

"Jangan pernah berpikir untuk pergi. Bagaimana dengan anak kita kalau kamu nggak ada?"

Farida hanya diam sambil terus menatap sang suami. Dia tak menyangka, seorang Rama menampakkan sisi rapuh karena dirinya.

Mereka pun larut dalam tatapan yang menghanyutkan. Tanpa disadari, bibir Rama sudah berlabuh di bibir Farida.

......................

Rama terus memandangi wajah sembab Farida yang kini sudah terlelap setelah permainan panas. Tangannya terulur membelai rambut sang istri yang sebagian menutupi wajah.

"Kamu wanita biasa yang mampu memporakporandakan hati saya, Farida. Dari banyaknya wanita yang pernah saya kenal, hanya kamu yang mampu membuat kehidupan saya berubah 180 derajat."

Rama beralih mengelus perut sang istri dan mengecupnya. "Sehat-sehat di perut mama, ya, Nak. Bantu papa untuk meyakinkan hati mama agar tidak pergi meninggalkan kita."

Rama pun ikut membaringkan tubuhnya di ranjang yang sama dengan Farida. Dia mengangkat kepala sang istri agar berada di dekapannya.

Malam itu menjadi saksi pernyataan isi hati Rama dan Farida. Dua insan yang awalnya tak saling mengenal, hingga harus terlibat dalam sebuah perjanjian.

Kisah perjalanan yang tak akan pernah dilupakan seumur hidup. Entah bagaimana takdir akan membawa kehidupan mereka, tetapi mereka masih terus berusaha mewujudkan sebuah ketidakmungkinan menjadi kenyataan.

Mereka akan tetap melewati dan menjalani kehidupan dengan sebagaimana mestinya. Dan siap melawan badai yang akan muncul suatu saat nanti.

1
Blu Lovfres
lepaskan, farida dgn .kasih bayaran yg lebih mahal.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!