NovelToon NovelToon
Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Rey... Reyesh?!"

Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.

"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.

Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.

Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.

"Rey... ka-kamu nangis, ya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19 - Utang Permintaan Maaf

Reyesh hanya merespon dengan senyuman tipis dan dingin, sebuah senyuman yang membuat Mutiara semakin kesal.

"Otak dan tubuh itu saling berkaitan," balas pria itu dengan santai. "Sudah kubilang sebelumnya, kan? Kalau fisikmu kuat, belajarmu akan lebih lama daya fokusnya. Tidak mudah mengantuk, tidak gampang stres."

Mutiara mengeluh panjang, menatap lapangan yang kini terasa begitu luas dan penuh siksaan. Ia tidak bisa membantah lagi, bahwa teori itu memang ada benarnya. Namun, bukankah latihan semi-militer dari Reyesh ini, terkesan sangat berlebihan?

"Dan satu kelebihan lain, jika pagimu mengeluarkan banyak keringat karena olahraga yang banyak, aku jamin malam nanti tidurmu lebih pulas!" ucap Reyesh memberikan garansi kepada Mutiara.

"Tapi jujur, aku nggak kuat dan udah sangat lelah, Rey!" keluhnya sambil mendudukkan diri di atas rerumputan.

Reyesh menatapnya lembut, tapi tidak dengan perasaan iba.

"Tolong udahan aja latihannya, ya. Aku nggak sanggup lagi." tambah lagi keluhan Mutiara.

Namun, bukannya bersimpati dan iba, Reyesh justru berjongkok di depannya dan menatap lurus ke dalam matanya. Tanpa berkedip dan bergeming sedikitpun.

"Kalau kamu menyerah di sini, bagaimana kamu bisa menghadapi dosen yang super ki-ller di semester tiga, empat, lima, dan seterusnya?" tanyanya dengan nada menantang.

"Bagaimana kamu bisa menghadapi ujian yang sulit, kalau mentalmu masih lemah seperti ini?" tambahnya.

"Ingat, Mut. Level kesulitan untuk Ujian Akhir Semester (UAS), akan lebih ditingkatkan lagi. Adapun mudahnya soal di semester satu, agar mahasiswa mampu beradaptasi dengan cepat. Harusnya, kuyakin nilai IP-mu yang kemarin, bisa diatas 3.5, jika kamu sedikit saja lebih serius dan fokus."

Mutiara terdiam, bibirnya mengatup rapat. Ia tahu Reyesh adalah seseorang yang keras dan disiplin, tapi ia tidak pernah menyangka pria itu begitu serius dalam menatarnya, membentuk fisik dan mentalnya.

"Aku hanya ingin melihatmu berkembang dengan pesat, Mutiara. Waktunya hanya dua bulan saja. Dan aku sudah menerima bayaran mahal. Jadi, tolong jangan buat diriku menjadi serba salah karena tidak optimal dalam membentukmu," lanjut Reyesh, kali ini dengan suara lebih lembut dan seolah dirinya yang bersalah.

"Aku ingin kamu jadi lebih kuat dari saat ini. Bukan hanya kuat dalam hal fisik, tapi juga mental. Sehingga nantinya, lebih siap menghadapi dunia pasca kuliah." Ada ketulusan dalam tatapan Reyesh pada Mutiara, sesuatu yang membuat dada Mutiara terasa hangat, namun penuh energi kehidupan.

"Omonganmu udah kayak motivator ESQ aja." ketus Mutiara.

"Udah cocok belum kira-kira?" tanya Reyesh.

"Nggak cocok!" jawab Mutiara, masih ketus dan wajah galak.

"Cocoknya jadi....?" tanya lagi Reyesh.

"Masa depanku!" sahut Mutiara.

Reyesh kembali memalingkan wajah acapkali Mutiara mulai melancarkan serangan gombal dan rayuan mautnya. Padahal, hanya candaan saja. Walaupun, beberapa diantara rayuan itu, Mutiara tulus mengatakannya dan menaruh harap.

 

Dengan berat hati, Mutiara pun mulai mengikuti perintah Reyesh. Ia menempatkan kedua tangannya di tanah, bersiap melakukan push-up yang diminta. Otot lengannya sudah terasa pegal, tapi ia tetap mencoba.

"Satu... dua... ti-tiga..." suaranya lirih menghitung, meski setiap gerakan naik turun itu, ia rasakan layaknya hukuman.

Reyesh mengawasinya dengan penuh perhatian, terkadang memberi koreksi pada postur Mutiara yang salah.

"Punggungmu harus lurus, jangan menekuk!" ucapnya tegas, tangan besarnya menyentuh punggung Mutiara, membuat gadis itu merasakan kehangatan yang aneh. Jantungnya kembali berdegup kencang. Kali ini bukan karena kelelahan, tapi karena sentuhan itu.

Ini adalah pemandangan sangat langka. Beberapa mahasiswa yang sedang sibuk dengan target putaran pada jogging-nya, acuh begitu saja. Sebagian lain diam dan menonton bidadari tercantik di kampus, sedang dikerjai oleh si jenius dingin pemilik IP sempurna, 4.00!

Lain lagi dengan para fans Varel dan Hazel, mereka sebegitu puas menyaksikan situasi kali ini. Koleksi foto mereka semakin bertambah, untuk diberikan kepada Varel dan Hazel, jalur cari muka dan cari perhatian.

Saat akhirnya selesai, Mutiara yang telah putus asa, langsung merobohkan diri ke tanah dengan napas tersengal.

"Sudah, kan?" tanyanya penuh harap. "Kalau masih ada tahap berikutnya, bersiaplah melihat kejadian langka, yaitu jasad mahasiswi tercantik terkapar di tengah lapangan ini!" imbuhnya.

Reyesh tidak tertawa maupun menanggapi. Hanya merespon dengan senyum tipis sambil menganggukkan kepala. Ia mengulurkan tangan pada Mutiara.

"Kita sudahi untuk hari ini," katanya.

"Sekarang, cepatlah ganti baju di ruang ganti, atau di dalam gymasium itu. Kita masih ada tiga mata kuliah yang harus dipelajari." Mutiara bengong seketika.

Dikala tubuhnya sudah sangat lelah dan mencapai batas, dengan seenaknya Reyesh ingin lanjut bimbel. Tiga matkul lagi!

Mutiara hendak protes, tapi apalah daya, dirinya sudah tidak kuat lagi. Pikirannya sekarang adalah bilasan dan segera ganti baju, supaya segar kembali.

"Kamu benar-benar mentor yang kejam!" gumamnya setengah bercanda, sambil berjalan menuju ruang ganti.

"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Itu saja." katanya pelan, nyaris seperti bisikan.

Mutiara menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya menghela napas dan lanjut berjalan ke dalam gymnasium. Ruang ganti itu sepi, hanya ada dirinya yang berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya sendiri. Pipi yang merah merona, bukan hanya karena kelelahan, tapi juga karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang berhubungan dengan Reyesh dan bagaimana pria itu memperlakukannya dengan lembut dan gentleman.

Setelah mengganti baju dengan kaus bersih dan celana yang lebih nyaman, Mutiara kembali ke luar. Reyesh sudah menunggunya di depan gymnasium, dengan ransel tergantung di salah satu bahunya,

"Ayo, cepatlah!" suruh Reyesh agar Mutiara bersegera, mengisyaratkan agar gadis itu berjalan di sampingnya.

Mereka berjalan beriringan menuju ruang kelas, angin pagi yang masih berhembus lembut, membuat suasana lebih tenang dan segar.

"Kita mulai dengan ekonomi dasar dulu," ujar Reyesh saat mereka memasuki ruang kelas yang masih cukup sepi. Mutiara mengangguk, mengambil tempat duduk di sampingnya.

Mereka mulai membahas teori permintaan dan penawaran. Reyesh menjelaskan dengan cara yang begitu sederhana dan mudah dipahami.

"adi, jika permintaan meningkat sementara penawaran tetap, harga barang cenderung akan naik," katanya sambil menggambar grafik kecil di buku catatan Mutiara.

Gadis itu mengangguk, sembari mengantuk. Namun, tatapannya kepada Reyesh masih berisi takjub dan kagum.

"Kenapa kamu bisa menjelaskan dengan begitu baik?" tanyanya penasaran.

"Pertama, karena aku ogah dengerin kamu tantrum, atau marah-marah nggak jelas seperti di perpustakaan tempo hari. Kedua, karena aku ingin kamu tambah mengerti. Kamu membayarku mahal untuk itu, kan?" jawabnya singkat, membuat jantung Mutiara kembali berdetak tak karuan.

"Kalau misal aku punya permintaan lain, boleh?" tanya Mutiara.

"Misalnya seperti apa?" tanya balik Reyesh pada Mutiara.

"Misalnya meminta dirimu menjadi......." ucap Mutiara terhenti.

Bersambung......

1
Musri
awal yg bagus...
alfphyrizhmi: thanks kaaakk... ditunggu terus ya. nanti sore akan update lagi.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!