NovelToon NovelToon
Hujan

Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Time Travel / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Kutukan / Romansa / Tamat
Popularitas:2.1M
Nilai: 5
Nama Author: Aoxue

Original Story by Aoxue.
On Going pasti Tamat.
Ekslusif terkontrak di NovelToon, dilarang plagiat!

Di tengah hujan yang deras, seorang penulis yang nyaris menyerah pada mimpinya kehilangan naskah terakhirnya—naskah yang sangat penting dari semangat yang tersisa.
Tapi tak disangka, naskah itu justru membawanya pada pertemuan tak terduga dengan seorang gadis misterius berparas cantik, yang entah bagaimana mampu menghidupkan kembali api dalam dirinya untuk menulis.

Namun, saat hujan reda, gadis itu menghilang tanpa jejak. Siapa dia sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aoxue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 - Hujan

Cahaya yang baru saja padam dari dalam kuil Shinomiya menyisakan keheningan yang tebal.

Sean masih terduduk di tanah, napasnya memburu, tubuhnya gemetar bukan karena ketakutan melainkan karena sesuatu dalam dirinya baru saja pecah.

Dalam diam, sebuah ingatan muncul seperti fragmen yang selama ini tersembunyi di sudut terdalam memorinya.

Lima tahun yang lalu.

Seorang gadis, gadis yang sangat mirip dengan Liliana, dengan senyum lembut namun mata yang menyimpan duka dalam, berdiri di bawah hujan.

Ia memanggil nama Sean, ia mengaku mengenalnya, bahkan memeluknya sebentar sebelum tubuhnya perlahan menghilang bersama kabut dan hujan yang berhenti mendadak.

Dan saat itu, Sean mengira semua itu hanya mimpi dan Ilusi. Tapi kini, semua terasa nyata dan jelas.

"Itu dia, itu memang Liliana!" gumamnya dengan air matanya langsung jatuh satu per satu.

Sean menengadah menatap langit kuil, hatinya seperti diikat oleh rasa bersalah dan harapan yang saling tarik-menarik. Ia sadar bahwa Liliana bukan hanya bagian dari masa lalu atau sekadar mimpi anehnya tapi bagian dari takdir yang telah tertulis lama sebelum mereka bertemu.

Kepala keluarga Shinomiya yang masih berdiri dengan tongkat di depan kuil, memperhatikan Sean yang menangis dalam diam.

Dalam hatinya, ia tahu, "Anak muda itu membawa beban yang tak seharusnya ia pikul. Tapi mungkin, justru karena beban itulah, ia ditakdirkan menjadi kunci."

"Kau mengingatnya, bukan?" suara serak sang kakek menginterupsi pelan.

Sean mengangguk, air mata masih membasahi pipinya.

"Dia, dia datang padaku lima tahun lalu. Tapi aku belum mengenalnya dan aku bahkan tak percaya pada saat itu."

Setelah mengucapkan kata terakhirnya kepada kepala keluarga Shinomiya, Sean tak lagi mampu menopang tubuh dan pikirannya. Langkahnya limbung.

Napasnya berat, dunia terasa berputar, dan saat lututnya menyentuh lantai batu kuil, semuanya menjadi gelap.

Dalam ketidaksadarannya, Sean seperti melayang dalam kehampaan. Tidak ada lantai, tidak ada langit, hanya kekosongan dan bisikan-bisikan samar yang tak bisa dia mengerti.

Namun, di tengah kekosongan itu, muncul suara lembut, lembut dan penuh rasa rindu.

"Sean!"

Mata Sean terbuka, tapi dia tidak yakin di mana dirinya berada. Di hadapannya, Liliana berdiri, wajahnya penuh kesedihan namun tetap tersenyum hangat.

"Maaf, aku membuatmu bingung," katanya.

"Tapi ini memang takdir yang menyakitkan."

Sean mencoba meraih tangannya, namun seperti kabut, Liliana perlahan memudar saat disentuh.

"Jangan menyerah! Aku— aku masih di sini, di balik tirai waktu."

"Liliana! Tunggu!" seru Sean, tangannya terulur, namun Liliana telah menghilang lagi, menyisakan cahaya samar yang menyelimuti dirinya.

 

...----------------...

Pelayan yang mendengar suara tubuh terjatuh langsung berlari mendapati Sean yang tergeletak tak sadarkan diri di depan kuil.

Kepala keluarga Shinomiya segera memerintahkan untuk membawa Sean ke ruang perawatan sementara, wajahnya penuh kecemasan.

"Dia terhubung terlalu dalam!" bisik sang kakek. "Kalau dia tidak kuat, dia bisa terkunci dalam waktu itu sendiri."

Hujan belum turun, namun langit malam tampak kelam seolah turut menanggung beban hati para penghuninya.

Di dalam ruangan yang sunyi, kepala keluarga Shinomiya duduk termenung, memandangi jendela dengan tatapannya kosong, tangannya gemetar menggenggam cangkir teh yang sudah dingin.

"Demian, menantuku, putrimu dan istrimu, kalian semua lenyap begitu saja!" bisiknya lirih.

Dia menoleh ke arah pelayan yang menunduk hormat.

"Hubungi keluarga Ito, panggil master tertinggi mereka dan katakan aku memohon bantuannya secara pribadi."

 

Sebuah mobil hitam berhenti di depan gerbang utama, dari dalamnya keluar seorang pria tua berjubah putih dengan tongkat kayu sakura di tangannya.

Tatapannya tajam namun dalam, seolah mampu melihat kebenaran di balik tirai waktu. Di belakangnya, dua murid muda dari keluarga Ito mengikutinya dalam diam.

Pria itu adalah Master Ichiro Ito, kepala spiritual keluarga Ito, keluarga nomor satu di Jepang yang selama ratusan tahun mengurusi batas dimensi dan keanehan spiritual dalam sejarah negeri itu.

"Aku datang karena permohonan langsung dari Shinomiya Taisho," ujarnya di depan pintu utama.

Kepala keluarga Shinomiya menyambutnya langsung, membungkuk dalam-dalam meski tubuhnya harus ditopang pelayan.

"Ichiro-dono, tolong, bantu kami! Seorang pemuda terseret ke dalam takdir keluarga kami. Dia, dia melihat dan mengalami sesuatu yang bahkan generasi kami pun tak mampu pahami."

—dono adalah sebutan untuk tuan/nyonya yang dihormati. Karena Ichiro merupakan seorang master, kepala keluarga Shinomiya tidak lupa untuk menghormatinya dan menyebutnya -dono di akhir namanya.

Sean masih belum sadarkan diri, tubuhnya berbaring di atas tempat tidur futon dengan wajah pucat.

Master Ichiro mendekat, lalu duduk bersila di samping Sean, dia meletakkan telapak tangannya di atas dada Sean, menutup mata, dan mulai membaca mantra kuno yang hanya dimengerti oleh keluarga spiritual Jepang.

Aura samar keluar dari tubuh Sean, suara Liliana, tangis Demian, dan jeritan waktu yang terputus mengalir ke dalam ruangan seperti gema dari dunia lain.

"Anak ini bukan sekadar manusia biasa," gumam Master Ichiro perlahan.

"Ia adalah saksi, dan sekaligus pintu, jika dia tidak diselamatkan maka sejarah dan masa depan keluarga Shinomiya akan runtuh bersamanya."

Kepala keluarga Shinomiya berpikir bahwa meskipun Sean merupakan kunci dari kutukan waktu di keluarganya. Namun, Sean hanyalah orang luar yang tidak seharusnya terdampak akan takdir ini, oleh karena itu kepala keluarga Shinomiya memohon pada Master Ichiro untuk menyelamatkan Sean apa pun yang terjadi meskipun keluarganya hancur sekali pun.

Master Ichiro terdiam cukup lama setelah mendengar keputusan kepala keluarga Shinomiya.

Sorot matanya dalam, seolah menimbang antara keadilan dan pengorbanan.

"Menghapus ingatan artinya menghapus takdir yang sudah menautkan jiwa mereka," ucapnya perlahan. "Tapi jika itu adalah permintaanmu, Taisho Shinomiya, maka aku akan memenuhinya."

Kepala keluarga Shinomiya menunduk dalam-dalam, suaranya bergetar namun tegas.

"Sean bukan siapa-siapa, tapi dia membawa beban yang bahkan tidak bisa kami tanggung. Jika kelak Liliana kembali, dan dia membenci kami karena ini biarlah aku sendiri yang menanggung dosanya."

 

Ruangan dipenuhi mantra kuno, lingkaran spiritual dengan simbol keluarga Ito bersinar lembut, mengelilingi tubuh Sean yang masih terbaring.

Lilin putih menyala di keempat penjuru, dan manik-manik japa mala tergantung di udara, berputar pelan mengikuti aliran energi.

Manik-manik japa mala ialah rangkaian manik-manik yang digunakan untuk meditasi atau ritual spiritual.

Master Ichiro meletakkan tangan di dahi Sean dan dalam sekejap, gambar-gambar masa lalu mulai muncul di ruang antara pikiran, wajah Liliana tersenyum saat hujan turun, pundaknya yang gemetar saat dia menangis di hadapan Sean dan panggilan lembutnya itu.

"Sean, jangan berhenti menulis karena kisah kita belum selesai."

Master Ichiro menutup matanya rapat-rapat. Dengan suara lirih tapi pasti, ia mengucapkan kalimat pamungkas, "Izinkan aku membawanya keluar dari takdir Shinomiya."

Kilatan cahaya lembut menyelimuti tubuh Sean, dan semua kenangan pertemuan, pelukan, harapan, dan perpisahan terurai menjadi debu cahaya.

...----------------...

Sean perlahan membuka matanya, wajahnya kosong tapi damai, dia tidak ingat kuil itu, keluarga Shinomiya, bahkan nama Liliana, dia hanya merasa seolah baru saja bangun dari mimpi panjang.

Aoxue langsung menghampirinya, memeluknya erat.

"Sean! Akhirnya kau bangun!" katanya sambil menahan tangis.

Sean mengerutkan alis, "Aoxue? Kita lagi di mana? Aku kenapa aku merasa lega ya? Sepertinya beban ku menghilang? Apa yang terjadi?"

Aoxue menggenggam tangannya erat.

"Tidak apa-apa, semuanya sudah selesai, ayo pulang!"

1
M miftahus Sururi Aas ikuloh
keren banget xue... nice
girl
itu teracabut, katanya emang teracabut apa tercabut
girl: makasih dah kasih tau
Aoxue: ga salah, emng belum tau
total 6 replies
girl
udah serius baca eh ada typo🤣
Aoxue: mna typo nya
total 1 replies
girl
apakah tidak bisa dipersatukan krmbali?
girl
sad sih emang kalau terlalu mencintai berlebihan
girl
kadang pengharapan yang tinggi justru menjatuhkan lebih dalam
girl
jika kembali dengan versi lebih baik itu sepertinya akan terlihat bagus
girl
kasihan
girl
bisa balikin ingatannya gak sih thor, kasihan liliana
girl
up soalnya masih bingung
girl
jadi waktu itu ternyata dicuekin emang belum kenal yah
girl
lagi nunggu lanjutan yg kemaren
Dark
apa karna dia kau mau kesana lagi karma? dan uhm apakah yang terjadi sampai kalian bisa selamat dari kejadian malam itu?
Dark
jangan bilang lu jatuh bareng 🏃🏃🏃
Dark
ck kaga jadi niih,haiss aku udah nantiin kamu jump loh 🤣🤣
Dark
wkwkwk jadi kaga fokus bundirnya yah🤣🤣
Yunia Afida
kayak kecuten
Yunia Afida
magic iniya
Desilia Chisfia Lina
jadi dia mau bunuh diri karena perundungan
YouTrie
Oh jadi ini alasanya gak mau sekolah di situ ternyata karma dibuli
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!