NovelToon NovelToon
Cinta Laki-laki Penghibur

Cinta Laki-laki Penghibur

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / PSK
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Galih adalah seorang lelaki Penghibur yang menjadi simpanan para Tante-tante kaya. Dia tidak pernah percaya Cinta hingga akhir dia bertemu Lauren yang perlahan mulai membangkitkan gairah cinta dalam hatinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAAB 30

Sudah dua minggu berlalu sejak Lauren tinggal di apartemen ibunya. Selama waktu itu pula, luka di hatinya yang dulu terasa menganga kini mulai berangsur pulih. Senyumnya yang dulu sempat hilang karena kegagalan pertungannya dengan Aldo. kini perlahan kembali menghiasi wajah cantiknya. Di balik semua luka dan kesedihan yang dia rasakan, Lauren menemukan kembali kehangatan yang telah lama ia rindukan—kehangatan seorang ibu yang dulu sempat hilang. Kini kembali dia rasakan.

Namun, hari itu, dengan langkah berat, Lauren telah memutuskan untuk pulang kerumah karena mengkhawatirkan ayahnya. Lauren berdiri di ambang pintu apartemen. Dia menatap ibunya dengan perasaan sedih.

“Mama… aku harus pulang,” ucapnya lirih, mencoba tegar meski hatinya enggan beranjak. “Papa pasti khawatir banget sama Aku. Aku juga udah terlalu lama ninggalin rumah.”

Tante Liana berdiri mematung beberapa detik. Matanya menatap wajah putrinya yang mulai tampak kembali ceria, tapi juga penuh dengan keraguan apakah kesedihan di hati putrinya sudah benar-benar hilang. Lalu, tanpa banyak berkata-kata. Ia menarik Lauren ke dalam pelukannya.

Pelukan itu terasa sangat hangat, rasanya begitu dalam dan menenangkan, Ia seperti tak ingin melepaskan pelukan itu.

“Terima kasih ya, Ma…” bisik Lauren di dada ibunya. “Kalau bukan karena Mama, mungkin aku masih jatuh dalam terpuruk. Tanpa Mama mungkin aku tak bisa bangkit kembali. Setelah hal buruk yang telah terjadi padaku.”

Tante Liana membelai rambut anaknya. “Mama cuma melakukan apa yang seharusnya Mama lakukan dari dulu… menemani kamu, melindungi kamu.”

Hening sesaat. Tak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan isi hati mereka. Hanya pelukan panjang dan napas yang terasa berat menahan air mata perpisahan.

“Aku bakal sering main ke sini,” janji Lauren. “Kita masih harus lanjutin hunting makanan viral minggu depan. Aku mau nyobain mie ayam viral yang toping ayamnya banyak banget.”

Tante Liana tersenyum meski matanya berkaca-kaca. “Oke tenang aja Minggu depan kita pasti ke sana. Dan kalo kamu dateng lagi kesini. Mama janji bakal masakin menu spesial khusus buat kamu.”

"Aku pulang ya, Mah."

Setelah pelukan itu dilepas, Lauren melangkah keluar. Ia melambai pelan, dan Tante Liana berdiri di depan pintu, mengantarkannya dengan tatapan penuh kasih.

Dia melihat anak gadis yang kini telah tumbuh dewasa. Dimana sekarang putrinya perlahan harus menghadapi kenyataan hidup yang terkadang sangat menyakitkan. Dia berharap putrinya akan bisa melewati semua rintangan yang menghadangnya.

Sepeninggal Lauren, apartemen itu terasa sunyi. Tapi bukan kesunyian yang mengganggu pikiran Tante Liana—melainkan rasa mual yang tak kunjung reda dan tubuhnya yang semakin lemas dari hari ke hari.

Dengan langkah gontai, ia menuju rumah sakit. Hanya untuk memastikan. Mungkin masuk angin, pikirnya. Mungkin karena stres. Tapi jauh di dalam hati, ada satu kemungkinan yang begitu ia takuti… dan kini tak bisa ia abaikan lagi.

Di ruang periksa, dokter wanita paruh baya menatap hasil pemeriksaan dengan tenang. Senyumnya ramah namun tajam. “Bu Liana… Anda tidak sakit. Tapi berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan ringan, kemungkinan besar Anda sedang hamil.”

Deg.

"Hamil, Dok?"

“Iya Bu Liana, Namun untuk benar-benar memastikannya, saya sarankan Ibu melakukan tes mandiri menggunakan test pack di rumah. Kalau perlu, bisa dilanjutkan dengan tes darah nanti.”

"Baik Dok, Secepatnya saya akan melakukan test mandiri untuk memastikan hasilnya."

Tante Liana hanya mengangguk. Napasnya tercekat, namun wajahnya tetap tenang. Terlalu tenang.

---

Di rumah, sore itu terasa lebih gelap dari biasanya.

Tangan Tante Liana gemetar saat memegang test pack. Satu benda kecil itu kini terasa berat… seolah menanggung seluruh beban masa lalu dan masa depan sekaligus. Ia masuk ke kamar mandi, menutup pintu pelan, dan menjalankan instruksi seperti yang tertulis.

Beberapa menit berlalu—menunggu dengan degupan jantung yang tak karuan.

Saat ia menatap benda itu…

Dua garis.

Matanya membesar. Tenggorokannya tercekat. Lututnya nyaris lemas.

“Tidak… ini pasti salah, Aku ngga mungkin hamil.” bisiknya. Tapi ia tahu, ia hanya menyangkal.

Ia terduduk di lantai kamar mandi. Air matanya jatuh tanpa suara. Dalam hatinya, ada badai emosi yang saling bertabrakan—takut, bingung, marah pada diri sendiri… dan rasa bersalah yang menyergap tanpa ampun.

Namun ia tidak kehilangan akal.

Masih dengan tangan gemetar, ia mengambil ponselnya, memfoto hasil test pack itu… dan mengirimkannya kepada satu-satunya orang yang harus tahu:

Galih.

Pesannya singkat, tapi sarat makna:

“Kita perlu bicara. Aku ingin bertemu. Segera.”

Setelah pesan itu terkirim, Tante Liana menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi.

Wajah yang dulu selalu ia banggakan, kini terlihat rapuh. Tapi di balik mata itu… ada ketegasan. Ia tahu, hidupnya akan berubah. Dan kali ini, tak ada tempat untuk lari.

1
Mawar Agung
saya suka ceritanya semangat ya Thor💪😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!