Musuh tapi menikah?
Itulah yang terjadi pada Essa dan Maureen, menjadi rival sejak kecil membuat hubungan mereka seperti Tom and Jerry, bertengkar dan selalu bertengkar tiap kali bertemu. Namun sebuah insiden yang terjadi membuat hubungan mereka seketika berubah dari musuh menjadi sepasang pasutri, padahal Maureen sudah punya kekasih yang akan melamarnya namun semuanya gagal akibat insiden ini.
Mampukah mereka mengarungi bahtera rumah tangga tanpa cinta ini sebagai mana mestinya? Atau kah pernikahan ini akan berakhir begitu saja?
Simak terus ceritanya ya. Boleh kasih like, komen, vote, dan Rate bintang 5 nya jika kalian suka. Segala bentuk dukungan kalian adalah penyemangat bagi author. Terima saran dan komentar membangun, tapi tidak hate komen ya, jika tidak suka skip saja, terimakasih 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Mengunjungi rumah mertua
Essa dan Maureen sampai di kediaman orang tuanya Essa. Essa seperti halnya dirinya yang hanya tinggal bersama Ibunya, namun berbeda dengan Maureen yang anak tunggal Essa punya seorang adik laki-laki yang kini masih berstatus pelajar SMA, Ayahnya juga tidak meninggal seperti Ayahnya Maureen, mereka bercerai. Ibu Hasna tidak menikah lagi sedang mantan suaminya kini telah membina keluarga baru.
Sebetulnya Maureen juga punya seorang Adik laki-laki, namun Adiknya meninggal karena kecelakaan bersama Ayahnya.
“Sa, elu dah kasih tahu nyokap lu kalau kita dateng kesini malam ini?” tanya Maureen.
“Udah,” sahutnya, dia hendak berjalan masuk namun Maureen menarik tangannya.
“Err, apa oleh-oleh yang kita bawa udah cukup?” tanya Maureen lagi.
“Kan aku udah bilang gak bawa pun gak papa,” tanggap Essa, “Reen, ayo kita rubah panggilan kita dari gue, elu jadi aku, kamu, rasanya gak enak di denger.” ujarnya
“Ya lu bener Sa, tapi gue udah kebiasaan manggil lu kaya gini gimana dong.”
“Ya, setidaknya di depan orang lain Reen, kalau cuma kita berdua gak papa. Ayo,” Essa berjalan kembali hendak memasuki rumah, namun lagi-lagi Maureen menarik tangannya.
“Sa.”
“Hem?”
“Aku gugup,” lirih Maureen, kakinya tampak gemetar wajahnya pun pucat pasi.
Essa mengulum senyum, wanita yang biasanya petantang petenteng terhadapnya kini berubah 180° kakinya gemetar wajahnya berubah pucat.
“Ko lu malah senyum sih Sa?” keluh Maureen.
“Gak papa, tenang aja kan ada gue disini.” Ucapnya menenangkan.
Tiba-tiba Essa menggenggam tangan Maureen, sejujurnya Maureen terkejut dengan apa yang dia lakukan, namun dia tetap membiarkan tangan itu menggenggam jemarinya, setidaknya untuk saat ini. Rasanya ada sebuah kekuatan yang mengalir dari genggaman tangan Essa, memberikan Maureen sedikit keberanian.
“Assalamualaikum.” Ucap Essa sambil mendorong pintu dan berjalan masuk dengan tangan Maureen tetap dalam genggamannya.
“Waalaikum salam,” sahut Bu Hasna dari arah dalam.
Essa menyalami tangan sang Ibu dan Maureen pun melakukan hal yang sama. Bu Hasna menerima tangan menantunya dalam diam.
“Kita bawain Ibu kue buatan Mamah, dicobain Bu,” Ucap Essa, sambil menaruh barang bawaannya di atas meja makan.
“Iya, sampaikan ucapan terimakasih Ibu sama Bu Arumi.” Sahutnya.
“Si Radit ada di atas Bu?” tanya Essa.
“Ada, biasa lah tuh anak kalau di rumah maen hp mulu kerjaannya. Suruh turun gih, kita makan malam bareng.” titahnya.
“Iya Bu.” Essa langsung meluncur pergi tanpa bisa Maureen cegah.
‘Dih si Essa, ko gue di tinggal berdua doang sama Ibunya. Gue harus ngomong apa coba sama Bu Hasna.’
“Duduk Reen.” Ucap Bu Hasna saat melihat sang menantu hanya berdiri sejak datang kemari.
“Ah, i-iya Bu.” Sahut Maureen gugup, dia menarik kursi meja makan dan mendudukinya dengan sopan.
Hening kembali. Maureen tak berani berucap kalau tidak di tanya, takut salah kata.
“Gimana kerjaan kamu?” tanya Bu Hasna sambil menuangkan teh ke cangkir dan menyodorkannya kearah Maureen.
“Terimakasih Bu. Alhamdulillah kerjaan saya lancar,” sahutnya dengan nada canggung.
“Oh. Ngomong-ngomong sampai kapan kamu akan bekerja?”
“Hah? M-maksud Maureen kenapa emangnya Bu?”
Bu Hasna menghela nafas berat sebelum kembali berkata, “kalau kalian punya anak nanti, siapa yang akan ngurusin anak kamu kalau kamu masih terus kerja. Saya tidak ingin kalau sampai kamu nyusahin Mamah kamu untuk ngurusin anak nantinya.” jelas Bu Hasna.
“Itu, saya dan Essa belum berencana ingin punya anak Bu. Kami masih ingin menikmati pacaran versi halal,” dusta Maureen.
Bu Hasna menatap aneh kearah Maureen, dia ingin berkata dengan jelas perihal dia tahu tentang hubungan Maureen dengan laki-laki lain, namun sebisa mungkin ia menahannya karena sang putra.
“Jangan terlalu lama, karena kuatnya sebuah pernikahan salah satunya karena kehadiran anak.”
“Bu,” panggil Essa, dia turun bersama adik laki-lakinya yang wajahnya mematut, mungkin karena di paksa turun oleh Essa.
Seketika Bu Hasna jadi bungkam, seakan satu kata yang keluar dari mulut Essa bermakna lain di hatinya.
Mereka makan malam bersama seperti sebuah keluarga pada umumnya, terlihat jelas kalau Essa begitu menyayangi Ibu dan Adiknya, entahlah pemandangan itu membuat hati Maureen terasa hangat.
❤❤❤❤❤😉😀😀😀😀😀
di perusaahaan lain masih banyak...
❤❤❤❤
itu akal2an Arkan aja biar Maureen mau kembali padanya...
hubungan mereka jln di t4 aja...
😀😀😀❤❤❤❤
gak usah pakai kode apa2..
pasti Essa langsung ngerti klao kmu mau diunboxing ama essa..
Mauteen..
😀😀😀❤❤❤❤
daripada penasarannn..
😀😀😀❤❤❤❤❤
cari keeja di tempat lain..❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
apa dia niat ceraikan Maureen pas udah setahun..
❤❤❤❤❤
dikit amat .....
btw vanya ngetik apa buat Essa....
terus dibalas apa ya ama Essa...
❤❤❤❤❤
ayo akui kalo syka ama essa..
biar dia gak lari..
❤❤❤❤
segera buka hatimu buat Essa..
kalo gak keburu diembat oeang..
😀😀😀❤❤❤
❤❤❤❤
moga2 hati maureen segera terbuka buat Essa..
❤❤❤❤
mantan nempel Mulu kah kalau iya bagus tapi ga bagus jg sih
kalo gak gtu..
mqireen gak cemburu..
😀😚😀❤❤❤