Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKIT 20
Alma mulai memberikan Zaidan waktu, tidak muda bagi dia untuk langsung masuk begitu saja di hari anak sambungnya, karena memang suaminya butuh proses, apalagi Alma menyaksikan sendiri bagaimana ibu tiri dari suaminya itu playing victim dan pintar mencari muka.
'Aju harus sabar lagi menghadapi Zaidan aku yakin sebenarnya ini anak memiliki hati yang baik," batin Alma lalu mulai kembali masuk ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar, Alma tengah mendapati suaminya itu yang sedang fokus dengan layar laptopnya, setelah itu Alma pun langsung masuk begitu saja tanpa menegurnya karena memang dia berpikir suaminya itu merupakan sosok yang cuek dan ketus.
Akan tetapi ketika Alma berusaha untuk menghindar tiba-tiba saja Ameer mulai mengajaknya bicara mengenai keluarga Alma yang barusan menelpon Ameer.
"Alma, tadi kakak perempuanmu telepon, katanya ibumu sakit dan di rawat di rumah sakit," ucap Ameer.
"Apa Mas, dia sakit," sahut Alma.
"Iya," sahut Ameer singkat.
"Terus sekarang gimana keadaan Ibu?" tanya Alma.
"Katanya harus di operasi, dan mereka pun meminta bantuan kepadaku untuk biaya operasinya," sahut Ameer yang benar-benar membuat Alma terkejut.
Alma sejenak terdiam dia tidak pernah menyangka kalau keluarganya akan melibatkan suaminya dalam perihal biaya.
"Apa Mas! Mereka meminta uang sama kamu ... Memangn?" tanya Alma benar-benar tidak percaya.
"Sakit tumor jinak, meskipun jinak kan tetap harus di operasi. Ini buktinya," ucap Ameer sambil menunjukkan bukti transfer pembayaran di handphone nya.
Sejenak Alma terdiam, ada rasa malu dan merasa tidak enak sendiri dengan kejadian ini, tapi di sisi lain ia khawatir dengan keadaan Dian, meskipun Alma tidak pernah diperlakukan baik oleh ibu tirinya itu, akan tetapi Alma tetap menyayangi dan menghargai dirinya.
"Mas, terima kasih banyak aku pikir kamu akan menolak jika dimintai bantuan oleh keluargaku," ucap Alma.
"Memang, itu gak gratis dan kau harus membayarnya," cetus Ameer.
"Apa! Membayar, dengan apa?" tanya Alma bingung.
Ameer mulai menyeringai melihat istri kecilnya itu mulai panik. "Layani dan puaskan aku, aku tidak mau mendengar kata penolakan dari kamu Alma," seringai Ameer.
"Apa!"
"Kenapa kau terkejut bukannya ini sudah menjadi kewajibanmu, sebagai seorang istri, atau jangan-jangan kau sudah ada pria lain selain aku," ucap Ameer, yang merasa cemburu ketika tahu istri kecilnya itu ternyata sudah kenal dengan adik nya sendiri.
"Baiklah kalau begitu aku akan melayani mu sebagai seorang istri, bukan seperti pelacur yang ada di imajinasi mu," ucap Alma yang pada akhirnya buka suara.
"Maksud kamu?" tanya Ameer, dengan mengerutkan keningnya.
"Aku ingin melayani mu sebagai istri bukan sebagai budak sex mu," sahut Alma.
Sejenak Ameer mulai terdiam ternyata istrinya itu pintar menebak isi hatinya, yang memang niat awal ingin membuat gadis itu sebagai pemuasnya, saja. Akan tetapi semakin jauh, Ameer mengenal Alma bukan sebagai gadis penebus hutang untuk keluarganya lagi, akan tetapi ia mengenal Alma lebih dari itu, apalagi setelah dia tahu data-data Alma yang begitu dekat dengan ibu kandungnya yang sudah mengganti identitasnya itu.
Dari sini Ameer semakin yakin kalau Alma memang gadis baik-baik yang tidak pantas ia jadikan budak nafsu karena hutang keluarga gadis itu.
"Heeemb, baiklah. Jika maumu begitu, dan kamu tidak boleh menolak ku kapanpun aku mau, termasuk sekarang," bisik Ameer yang membuat hati Alma semakin deg-degan.
Ameer pun segera mengunci pintunya, kali ini pria itu sudah benar-benar ingin menikmati tubuh wanita yang sudah dia nikahi dua hari yang lalu.
Saat ini keduanya saling berhadapan sunyi mulai mencengkram keduanya, seolah terbawa dengan hawa panas yang telah tercipta. Ameer mulai menempelkan bibirnya ke bibir istrinya, saat ini Alma mulai bisa mengimbangi permainan bibir suaminya, lenguhahnya begitu indah ketika jemari Ameer mulai menjelajahi titik sensitif di tubuhnya.
Semakin dalam mereka bermain, akan tetapi permainan mereka harus tertunda gara-gara suara kecil yang memanggil-manggil nama Papa nya.
"Papa!" panggil bocah kecil itu.
"Ah! Sial ... Kenapa dia harus datang di saat waktu yang kurang tepat sih," gerutu Ameer.
"Lebih baik kita keluar dulu," ucap istrinya itu.
"Ya sudah ayo," sahut Ameer dengan raut wajah yang cemberut akibat aktivitasnya terjedah gara-gara anak kecil itu.
Pintu mulai di buka Ameer mulai membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan pangeran kecilnya itu, yang terlihat cemberut entah apa yang ia inginkan.
"Sayang, kamu mau apa?" tanya Ameer, begitu hangat ketika sedang berhadapan dengan anaknya.
"Aku ingin ke tempat permainan Pa," pinta anaknya itu.
"Ya sudah kamu boleh kok, sama sus ya," ucap Ameer.
"Gak mau, tolak anaknya itu.
"Lah terus," sahut Ameer.
"Sama Papa saja, susunya Zaidan penakut dia tidak mau diajak naik perosotan yang tinggi," adu anaknya itu.
"Ya sudahlah kalau begitu kau pergi sama Papa dan juga Mama Alma ya," ucap Ameer yang diangguki oleh anaknya.
Zaidan pun terpaksa mengiyakan karena anak itu tidak berani melawan kata-kata ayahnya, saat ini kedua orang dewasa itu tengah siap-siap untuk pergi ke tempat bermain, semenjak di nikahi Ameer perempuan biasa itu kini terlihat begitu modis dari segi penampilan dan gaya make up nya yang tipis tapi terkesan cantik dan kalem di wajahnya.
"Sudah siap?" tanya Ameer.
"Sudah Mas," sahut Alma.
Ameer menggandeng tangan istrinya itu lalu keduanya mulai keluar dari kamarnya, sementara Zaidan anak itu sudah menunggu ayah dan ibu sambungnya di bawa.
"Papa ... Cepetan Zaidan sudah tidak sabar ingin segera sampai," ucap anak itu.
"Baiklah Nak, ayo kita berangkat," ajak Ameer.
Saat ini mereka bertiga berjalan bergandengan, layaknya keluarga Cemara yang begitu hangat, meskipun saat ini Zaidan masih belum bisa sepenuhnya menerima ibu sambungnya akan tetapi anak itu berusaha menerima karena dia tidak berani melawan ayahnya.
*******
Mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti di res area, saat ini ketiganya mulai masuk ke dalam Mall tersebut, sebagai ayah yang baik, Ameer pun langsung membeli tiket untuk masuk ke play ground tersebut.
"Sayang, ayo kita masuk Papa sudah dapat tiketnya," ujar Ameer dengan nada yang ceria.
Di sini Alma mencoba belajar bagaimana cara Ameer melakukan buah hatinya dengan kesabaran dan keceriaan, bahkan melihat kedekatan Ameer ini menjadi harapan dan semangatnya, untuk bisa mengambil hati anak sambungnya itu.
"Alma ....," panggil Ameer.
"Iya Mas," sahut Alma.
"Kamu temani Zaidan dulu ya, aku ada telepon," ucap suaminya itu yang diangguki oleh Alma.
Zaidan pun merasa kesal kepada ayahnya itu yang menyerahkan dirinya kepada ibu sambungnya itu, akan. 'Kenapa sih Papa menyuruhku main dengan Mama Alma,' batin anak itu menggerutu.
Sementara Alma, menjadikan hal ini sebuah kesempatan baginya untuk bisa dekat dengan anak sambungnya.
"Sayang, kamu mau naik perosotan yang tinggi itu?" tanya Alma.
Sedangkan anak itu seperti mengentengkan Mama sambungnya itu.
"Memangnya Mama Alma berani?" tanya Zaidan.
"Berani dong," sahut Alma.
"Ayo," ajak Zaidan.
Saat ini Alma dan Zaidan mulai naik keatas untuk bermain perosotan berukuran panjang dan berbelok itu, ketika susah berada diatas entah kenapa Zaidan merasa ketakutan, karena sebenarnya dia belum pernah bermain perosotan setinggi dan sepanjang ini.
"Nak, kenapa? Kamu takut ....?" tanya Alma.
"Iya Ma," angguk anak itu seperti menahan malu.
"Ya sudah kalau begitu kau peluk Mama, kita meluncur bersama," ajak Alma sambil memberi ketenangan kepada anak sambungnya itu.
Entah kenapa Zaidan pun mulai mengiyakan perkataan dari ibu sambungnya itu, karena dia ingin membuktikan kepada teman-temannya kalau dia juga bisa seperti mereka menaiki perosotan yang tinggi dan berbelok ini.
"Tenang tetap rileks," ucap Alma, sambil berbaring dan memeluk tubuh kecil itu.
Saat ini mereka berdua meluncur sambil berteriak kegirangan, sepertinya anak kecil itu begitu menikmati wahana ini bahkan dirinya tidak berhenti berteriak menikmati momen keseruan ini.
Bersambung .....
kalau sampai kecolongan ya ttnda global 😂😂😂😂 ya kan thor
ibu ga da otak,, segampang itu ninggalin anaknya segampang itu minta peluk
keren Alma good girl,,smart juga tuan Ammer
itu ibu turu perlu di kasih pelajaran yg sadis bisa Thor,,ku rasa ga yah is ok yg lain aja yg bikin dia sengsara