NovelToon NovelToon
PEMBALASAN Di KEHIDUPAN KEDUA

PEMBALASAN Di KEHIDUPAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bullying dan Balas Dendam / Chicklit
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Reina, seorang siswi yang meninggal karena menjadi korban buly dari teman temannya.
Di ujung nafasnya dia berdoa, memohon kepada Tuhan untuk memberikan dia kesempatan kedua, agar dia bisa membalas dendam pada orang orang yang telah berbuat jahat padanya.

Siapa sangka ternyata keinginan itu terkabul,
dan pembalasan pun di mulai.
Tetapi ternyata, membalas dendam tidak membuatnya merasa puas.
Tidak membuat hatinya merasa damai.
Lalu apa yang sebenarnya diinginkan oleh hatinya?

Ikuti kisahnya dalam

PEMBALASAN DI KEHIDUPAN KEDUA

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Mobil mewah milik Nyonya Sumitra Adiguna berhenti di depan sebuah gerbang besar yang menjulang tinggi. Nyonya Adiguna, dengan jantung yang berdebar kencang, turun dari mobil.

Ia sedikit tertegun menatap bangunan megah di hadapannya. Bangunan megah itu layaknya istana presiden, terbuat dari batu bata merah dan dihiasi dengan ornamen-ornamen rumit.

"Apa benar ini alamat yang diberikan oleh penelpon misterius tadi?" gumamnya, suaranya terdengar bergetar.

Dengan ragu-ragu Nyonya Adiguna melangkah menuju gerbang menjulang rumah megah tersebut. Tersentak kaget ketika tiba-tiba saja pintu gerbang tersebut terbuka dengan sendirinya.

"Tuan Muda sudah menunggu Anda di dalam, silakan masuk!" Seorang penjaga berbadan tegap dengan seragam hitam berdiri tegap di hadapannya.

Sumitra mengangguk. Matanya memindai sekitar. Taman yang luas di depan rumah itu dipenuhi dengan tanaman eksotis dan air mancur yang menjulang tinggi.

Wanita itu pun melangkah mengikuti arah tangan penjaga, dan melihat di teras sudah ada sesosok pria muda sedang menunggunya. Pria itu mengenakan setelan jas hitam dan berwajah tampan, matanya tajam dan sorotnya sulit diartikan.

"Apakah pria itu yang tadi menelponku?" tanyanya dalam hati, perasaannya semakin tidak menentu.

Pria itu bahkan seperti tak memiliki rona wajah. Hanya datar tanpa riak. "Selamat datang, Nyonya Adiguna." Suaranya pun terdengar datar, ada sesuatu yang menyeramkan di dalamnya. “Tuan Muda sudah menunggu Anda.”

"Ternyata bukan dia," gumam Sumitra, mencoba menenangkan hatinya. Ia pun segera mengikuti langkah pria itu masuk ke dalam rumah.

Lagi-lagi ia merasa takjub, kondisi dalam rumah tersebut bahkan jauh lebih mewah dari penampakan luar. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan bernilai tinggi, lantai marmer berkilauan, dan perabotan antik terpajang dengan elegan di setiap sudut ruangan.

"Siapa gerangan pemilik istana ini?" tanya Nyonya Adiguna dalam hati. Ia berjalan dengan hati-hati, memandangi setiap detail ruangan dengan rasa heran.

Tanpa kata, Sumitra terus mengikuti langkah pria itu hingga keduanya tiba di ruang tamu yang luas dan megah. Di tengah ruangan, terdapat sebuah sofa besar berbalut kulit berwarna merah tua. Di seberang sofa, terdapat sebuah meja antik yang dihiasi dengan vas bunga berisi mawar merah.

Di salah satu sofa, Sumitra melihat seorang pria muda dengan wajah tampan sedang fokus dengan ponsel di tangannya.

"Nyonya Adiguna sudah datang, Tuan Muda," lapor pria yang tadi diikuti oleh nyonya Adiguna.

Pria muda itu mendongak. “Kau boleh pergi, Haikal. Kerjakan apa yang aku perintahkan sebelumnya!” titahnya.

Nyonya Adiguna mengerutkan kening, seperti ada sesuatu yang familiar. “Apa aku pernah melihat Tuan Muda ini? Tapi, di mana?” Mencoba mengingat-ingat, tapi tetap tak berhasil.

“Baik, Tuan Muda.” Haikal menunduk hormat lalu undur diri.

“Selamat datang di gubug saya, Nyonya,” sapa Tuan Muda yang tak lain adalah Baim.

Sumitra menelan ludahnya. Jika istana semewah ini dibilang gubug, lalu seperti apa yang disebut rumah. Hatinya tiba-tiba merasa tercubit. Selama ini dia selalu membanggakan apa yang dia miliki, yang sejatinya adalah milik suaminya. Nyatanya itu belumlah seberapa. Ada yang masih jauh lebih di atasnya.

“Salam, Tuan Muda. Anda terlalu rendah hati,” jawab Sumitra seraya menunduk hormat, “Jika Anda tidak keberatan, bolehkah saya mengetahui siapa Anda?”

“Humm, tidak masalah. Hanya nama saja. Saya Ibrahim. Silakan panggil senyaman Anda!”

“Apa??” Sumitra segera menutup mulutnya yang lancang berteriak. “Jadi, saya sedang berhadapan dengan Tuan Muda Ibrahim yang terkenal itu?” Nyonya Adiguna segera menjatuhkan lututnya.

“Bangunlah, Nyonya! Tidak perlu seperti itu,” ucap Baim. “Karena kau adalah Ibunya Hera- ku.” Baim hanya melanjutkan ucapannya dalam hati.

“Terima kasih telah mengundang saya. Ini adalah suatu kehormatan. Maaf karena tidak mengenal Anda sebelumnya. Maaf juga, Saya datang karena ada banyak hal yang ingin saya ketahui. Terutama tentang putri kandung saya.” lalu tanpa basa-basi mengutarakan keinginannya.

“Anda orang yang sangat tidak sabaran sepertinya?” Baim menyahut tenang.

“Karena ini menyangkut putri saya. Saya harus tahu di mana, dan bagaimana kehidupan putri saya selama ini.” Nyonya Adiguna mengepal tangannya erat. Wajahnya mengeras. Di sorot matanya tersimpan tekad yang kuat.

“Well, saya suka itu. Setidaknya Anda seorang ibu yang menyayangi anaknya.” Baim kemudian berdiri. “Silakan ikuti saya!” titahnya.

Nyonya Adiguna mengangguk, lalu mengikuti langkah Baim.

“Bahkan Hera belum pernah aku ajak masuk ke dalam ruang kerjaku. Tapi aku mengajaknya. Tapi tak apa. Aku melakukan ini demi Hera. Dengan begitu, dia akan bisa berkumpul dengan orang tua kandungnya. Dan nyonya Adiguna harus membalas setiap perbuatan Starla.” sepanjang langkahnya, Baim terus berbicara dalam hati.

Langkah mereka berdua, akhirnya sampai juga di ruang kerja Baim. Mata Nyonya Adiguna kembali terbelalak sempurna. Ada banyak komputer canggih terpampang di depan matanya. “Tidak salah. Tuan muda Ibrahim memang ahli IT paling handal dan terkenal di seluruh negeri,” gumamnya.

“Silakan Nyonya. Anda bisa duduk di sini!” Baim mengarahkan telapak tangannya pada sebuah kursi panjang yang desainnya lebih mirip kursi santai, atau kursi malas.

“Di sini?” Nyonya Adiguna tampak ragu.

“Ya. Karena saya ingin mengajak Anda untuk menyaksikan perjalanan hidup putri Anda, dari awal dia dilahirkan hingga saat ini. Apa Anda meragukan saya?”

“Tidak. Tentu saja tidak. Saya percaya, Tuan Muda Ibrahim tidak mungkin melakukan kecurangan.” Nyonya Adiguna segera duduk di kursi itu walaupun merasa aneh. Ada banyak tombol yang tak dia ketahui fungsinya pada kursi itu.

“Pejamkan mata, dan tenangkan pikiran Anda Nyonya,” ucap Baim dan nyonya Adiguna pun menurut. Begitupun saat Baim meluruskan kaki, kemudian mengikat kedua tangannya pada tanganan kursi dengan alat khusus.

“Apa Anda sudah siap?”

Nyonya Adiguna mengangguk mendengar pertanyaan Baim. Baim bergegas duduk di atas kursi kerjanya. Mengotak-atik komputer yang ada di hadapannya.

Sesaat kemudian nyonya Adiguna merasa mengantuk, kantuk yang sama sekali tak bisa ditahan, lalu benar-benar tertidur. Dalam mimpinya, ia merasa tubuhnya melayang.

Melewati berbagai peristiwa, dimulai dari saat ibu mertuanya membawa pergi putrinya, menelantarkannya di dekat tong sampah, seakan itu hanya seekor anak kucing tak berharga. Nyonya Adiguna melihat bagaimana putrinya tumbuh dari waktu ke waktu, hingga kemudian setiap keburukan yang dia terima dari Starla.

Baim bangkit dari tempatnya. Dipandangi setiap perubahan raut nyonya Adiguna. Terlihat olehnya wajah wanita itu yang perlahan basah oleh air mata, dan juga tangganya yang seolah meronta ingin menggapai sesuatu. Dan kemudian dua mata wanita itu terbuka dengan napas terengah-engah.

Baim melepas ikatan di kedua tangan Sumitra. “Apa yang Anda lihat?” tanyanya.

“Sesuatu yang sangat buruk.” Sumitra mengusap air matanya. Baim mengulurkan segelas air putih yang segera ditenggak habis olehnya. “Jadi, Reina adalah putriku? Gadis yang baru saja aku caci maki beberapa hari lalu adalah putriku?” Sumitra menatap Baim dengan air mata mengalir deras.

“Apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?” Baim balik bertanya tanpa menjawab.

“Aku akan membawanya pulang!” Sumitra menjawab yakin.

“Dan membiarkannya serumah dengan putri kesayanganmu, yang selama ini selalu menyakitinya?”

“Dia bukan putriku,” bantahnya. “Tuan Muda, bantu Saya untuk membongkar kejahatan ibu mertua.” Tanpa ragu, Sumitra menjatuhkan diri, berlutut memohon.

“Putriku harus mendapatkan keadilan dan juga semua hak-nya.”

“Baiklah. Anggap saja itu sudah berhasil.” Baim tersenyum tipis. Sangat tipis hingga hanya dia dan Tuhan yang tahu.

1
🌞MentariSenja🌞
emang
🌞MentariSenja🌞
nah itu ngerti,
🌞MentariSenja🌞
karena dirimu terlalu fokus sm starla sm reina, makanya gak merhatiin yg lain
🌞MentariSenja🌞
bingung amat sih mak, katanya orang kaya, gitu aja masih terkagum-kagum
🌞MentariSenja🌞
eeelah, sepemikiran, kirain si baim, tumben pake jass./Facepalm/
FT. Zira
apa yg akan dilakukan Baim?🤔🤔
FT. Zira
tangganya.../CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy/
🌞MentariSenja🌞: dah keduluan ternyate.../Facepalm/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: tangannnnnnnn/Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/
total 2 replies
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
gambarnya ganti apa mmng dr awal ini y🤭
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: aku gak ganti cover tuh kak?
apa diganti sama editor ya?
tp kok gak ada pemberitahuan
total 1 replies
tutiana
Luar biasa
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
lanjut...sgra terungkap biar starla d usir
FT. Zira
langsung tau di retas si nyonya.. hebat juga😳
Cass
kisah Baim ternyata balas dendamnya lebih kuat. keren sih menurutku.

baru komen setelah di bab ini✌️✌️. maaf ya kak Author
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: hallo Kak. terima kasih sudah mampir. semoga ttp suka sampai akhir.

iya, gpp. tidak masalah kok itu
total 1 replies
Aafry
kalo beneran kolaborasi, keren sih ini
Aafry
jadi Baim di sini ya..
ini setting murid SMA kan? kalau di sebelah kuliah, apakah kaka author berkolaborasi dalam membuat cerita?
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: ya cm gk pd aja sih.
mungkin karena yg ini nyungsep
gak kaya buku sebelumnya
Aafry: kok gitu? tulisannya dah bagus kok. punya ciri khas sendiri
total 3 replies
FT. Zira
giaman reaksinya kalo tau Reina anak kandung ya🤔🤔🤔
FT. Zira
Baim . siapa lagi
FT. Zira
amplop.. antara foto atau tes dna/Tongue//Tongue/
🌞MentariSenja🌞
tabir mulai terkuak...
bagaimana ya kira² klo tahu reina ternyata justru anak kandungnya 🤔🫣
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
semoga g kelamaan nya y bkn ny adiguna tau kl starla bkn anak kandungnya🙏
🌞MentariSenja🌞
baik, aku tunggu aksimu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!