Setelah lima tahun Fatur pergi ke luar negri untuk menghilangkan luka hatinya karena Anggita, kini ia kembali ke Indonesia dan tiba-tiba bertemu lagi dengan perempuan yang sangat ia cintai di masa lalunya. Sampai akhirnya Fatur jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya kepada Anggita.
Disarankan membaca novel 'Jatuh Cinta Lagi' sebelum membaca novel ini.
Up dari senin sampai sabtu ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Snow White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Need More Powers
Mata Anggita begitu lekat menatap Fatur, ia begitu kaget karena melihat lelaki yang masih dicintainya berada di Bandung. Bukankah Fatur seharusnya berada di Batam? Apa mungkin Fatur sudah kembali ke Bandung tanpa sepengetahuannya? Tatapan mata Anggita tidak lepas menatap Fatur yang sedang berbincang dengan seorang perempuan di pojok sana, terlihat begitu intens sekali. Sesekali mereka berdua tertawa bahagia seolah Fatur sangat nyaman dan bahagia bersamanya.
Ada rasa bahagia yang Anggita rasakan saat melihat Fatur lagi, dan di sisi ada rasa penasaran di hati Anggita akan siapa perempuan yang sedang duduk bersamanya. Apakah itu kekasihnya? Apakah Fatur kembali ke Bandung mengajak kekasihnya?
"Kita pulang yuk?" ajak Kania kepada Fatur sambil menyeruput kopi terakhir miliknya.
"Ayo," sahut Fatur mengambil ponsel di meja lalu bangkit dari duduknya diikuti Kania dari belakang.
Melihat Fatur berjalan bersisian dengan Kania membuat Anggita cemburu, dan hatinya terasa sedikit sesak dan sakit sakan Anggita tidak bisa menerima Fatur bersama dengan perempuan lain selain dirinya.
"Apa itu kekasih Fatur?" tebak Anggita bertanya sendiri dalam hati dengan nada sedikit lirih.
Sepulang mengantar Kania dengan cepat Fatur kembali ke rumah Erik dan ia melihat sahabatnya sudah pulang dari proyek rumah Damar. Terlihat Erik begitu lelah karena mengurus pekerjaan yang harus dikerjakan oleh dirinya.
"Dari mana lo?" tanya Erik ketika ia melihat Ervan baru saja memasuki rumahnya dengan wajah begitu terlihat lelah.
"Mengantar Kania," jawabnya singkat sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
Seketika tatapan tajam Erik menghujam ke arah Fatur, bagaimana bisa Fatur bersama Kania sementara dirinya mati-matian menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan oleh Fatur. Erik mulai merasa cemburu melihat kedekatan calon istrinya dengan sahabatnya.
"Kenapa bisa lo sama Kania?" tanya Erik dengan nada kaget menatap Fatur yang sedang melepas penatnya di atas sofa.
"Tadi siang Kania datang ke sini dan dia mencari lo, karena lo nggak ada akhirnya gue antar dia pulang. Terus kita ngobrol sebentar di cafe," jawab Fatur menjelaskan panjang lebar kepada Erik.
"Wah, gue merasa cemburu," gumam Erik dengan nada bercanda menatap Fatur.
Melihat ekspresi Erik membuat Fatur tertawa ringan dan ia pun bangkit dari duduknya lalu menuju kamar.
"Mau kemana lo?" tanya Erik ketika Fatur pergi meninggalkannya tanpa pamit menuju kamarnya.
"Mau mandi, makan, tidur," jawabnya singkat dengan nada sedikit terdengar lelah.
"Jangan lupa besok ke proyek!" sahut Erik dengan nada sedikit berteriak karena Fatur semakin lama pergi jauh meninggalkannya.
"Siap!" balas Fatur berteriak dari kejauhan.
Erik menatap kepergian Fatur dengan nanar sendu sambil tersenyum manis, ia berharap jika mulai besok sahabatnya akan bisa bekerja dengan baik karena pernikahannya tinggal menghitung hari. Erik juga berharap jika Fatur bisa mengendalikan perasannya jika ia bertemu dengan Anggita nanti.
"Semoga lo bisa melewati hari-hari selama tinggal di Bandung," kata Erik bicara sendiri di dalam hati.
Malam itu juga Lara dan Indra sudah berpamitan untuk pulang kembali ke Jakarta, walaupun hanya sebentar tapi Lara merasa sangat senang karena bisa bertemu dengan sahabatnya Anggita
Di kamar kosan Anggita melamun sendirian teringat akan apa yang dilihatnya tadi di cafe. Kehadiran Fatur bersama dengan seorang perempuan mereka terlihat begitu sangat dekat sekali dan Anggita menyangka itu adalah kekasihnya Fatur.
"Apa itu pacarnya?" kata Anggita bertanya sendiri di dalam hati dengan mata mulai berkaca-kaca.
Kenapa Anggita merasa sangat sedih dan kecewa ketika ia melihat Fatur dengan perempuan lain? Seharusnya ia bahagia karena Fatur bisa move on darinya dan membuka lembaran baru. Tetapi tetap saja Anggita merasa sedih dan tidak rela jika Fatur mempunyai seseorang di sisinya.
"Kenapa aku merasa sangat sakit ketika melihat itu semua? Kenapa aku merasa nggak rela kalau Fatur bersama dengan perempuan lain?" tambah Anggita dengan air mata yang mulai jatuh ke pipinya.
Mobil Indra melaju dengan kecepatan tinggi menuju Jakarta dari Bandung, rasanya ia sangat lelah sekali menyetir seharian pulang pergi Jakarta-Bandung-Jakarta. Andai saja jika Lara bisa menyetir pasti akan lebih nyaman bisa beristirahat.
"Lo belum bisa nyetir?" tanya Indra kepada Lara yang ada di sampingnya ketika mereka berada di dalam mobil.
Lara yang sedang bersandar melepas lelahnya menoleh seketika ke arah Indra ketika lelaki tampan mulai bertanya kepadanya.
"Belum, kenapa?" jawab Lara lalu balik bertanya kepada Indra.
"Mau belajar?"
Ucapan Indra seketika membuat Lara lupa akan rasa lelahnya, mengapa Indra tiba-tiba menjadi baik kepadanya? Lara menatap Indra keheranan, apa benar Indra mau mengajaknya belajar menyetir mobil?
"Belajar? Belajar menyetir mobil?" tanya Lara memperjelas pertanyaan Indra dan seketika Indra tertawa ringan menatapnya.
"Iya lah."
"Gue nggak tertarik," jawab Lara kembali dengan moodnya yang jutek dan sinis membuat Indra hanya menggelengkan kepala sambil tertawa ringan.
Pagi itu sesuai janjinya Fatur kembali menangani proyek yang dipegangnya, walaupun hatinya masih sedikit ragu dan gusar tapi ia harus tetap profesional terhadap pekerjaannya. Terlihat saat sarapan wajah Fatur begitu sangat gugup dan bingung, mungkin ia sangat takut untuk bertemu dengan Anggita. Erik sedari tadi menatapnya, dan heran ketika melihat Fatur tiba-tiba melamun sedari tadi tanpa menyentuh sarapannya.
"Lo baik-baik aja?" tanya Fatur menyadarkan lamunan Fatur.
"Hah?" kata Fatur tersentak kaget menatap Erik yang sedari tadi menatapnya.
"Lo baik-baik aja?" Erik kembali mengulang pertanyaannya.
"Baik," jawab Fatur singkat sambil mengambil sarapan di atas meja makan.
"Kalau lo sakit nggak usah pergi," kata Erik memberi saran menatap Fatur.
"Lo tenang aja, gue nggak kenapa-kenapa kok," balas Fatur mencoba meyakinkan Erik.
"Makan yang banyak, karena pura-pura bahagia itu butuh tenaga," sindir Erik meledek Fatur yang akan bertemu dengan Anggita.
Deg, kedua bola mata Fatur mendelik sinis ke arah Erik. Apa maksud ucapan Erik sangat Fatur pahami. Tanpa banyak bicara Fatur melemparkan sapu tangan yang tidak jauh dari piringnya dan dilemparkan kepada Erik. Merasa Fatur terbawa emosi membuat Erik tertawa, akhirnya Erik berhasil mengetahui kembali perasaan sahabatnya yang masih menyukai Anggita.
"Berisik lo!" Fatur sambil melemparkan sapu tangan ke arah Erik yang nyatanya tidak mengenai wajah tampah Erik.
"Tenang masih ada gue di samping lo, hahaha," ledek Erik lagi mencoba menghibur sahabatnya.
Namun Fatur tidak menghiraukan ucapan Erik, ia kembali menyelesaikan sarapannya dan berangkat ke tempat proyek. Mobil Fatur melaju dengan kecepatan tinggi, Erik meminjamkan mobilnya kepada Fatur selama berada di Bandung. Pikirannya mulai kembali tidak karuan dan tenang, ia takut bertemu dengan Anggita. Tapi ini sudah menjadi keputusannya untuk kembali lagi ke Bandung. Tidak lama Fatur sampai di proyek dan bertemu dengan mandor yang sudah dikenalnya sejak pertama mereka memulai proyek ini.
"Selamat pagi, Pak," sapa mandor menghampiri Fatur ketika Fatur baru saja sampai proyek.
"Pagi," balas Fatur sambil sesekali menatap bangunan yang sedang dibuat berdiri kokoh di depannya.
Bangunan yang baru saja berdiri setengah lantai terlihat begitu kokoh dan kuat. Fatur tidak menyangka jika nantinya bangunan ini diperuntukan oleh seseorang yang sangat dicintainya. Fatur berharap jika dia adalah lelaki yang akan menempati rumah ini sebagai pendamping Anggita, namun nyatanya tidak.
"Bagaimana? Apa ada kendala selama aku nggak ada?" tanya Fatur sambil matanya memperhatikan bangunan dengan seksama.
"Nggak, Pak. Selama Anda tidak ada kami nggak mengalami kendala karena Pak Erik sudah menghandle-nya."
"Oke. Aku melihat-lihat dahulu dibangunan belakang," pamit Fatur melangkahkan kakinya menuju bangunan belakang.
"Baik, Pak."
Langkah kaki Fatur menelusuri setiap sudut bangunan, sepertinya Erik mengerjakan semuanya dengan sempurna sesuai yang Fatur mau tidak ada yang terlewatkan sedikitpun. Sungguh Erik adalah sahabat yang sangat sempurna baginya. Seperti tahu apa yang Fatur inginkan. Dan Fatur tidak tahu jika di sana ia akan bertemu dengan luka lamanya. Percuma saja Fatur mencoba menghindar jika nyatanya Tuhan mendekatkan Anggita kepadanya.