NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Ibu Mertua Kejam / Office Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.

"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.

"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23 - Tawaran Baik (bagian 02)

"Kamu pasti akan protes terus kalo selalu kubiayai, kan? Maka dari itu, penawaranku adalah bisa bantu kamu cari kerja, Nad. Ada lowongan cleaning service di rumah sakit tempatku bekerja." jelasnya.

Nadine terdiam, bingung dan masih tak percaya. “Cleaning service?” gumamnya pelan.

Bu Minah yang duduk di sampingnya pun ikut terkejut, "Apa pekerjaan itu nggak berat buat nyonya Nadine, dok?”

“Aku tahu ini akan memberatkanmu. Aku pun tidak memaksa sama sekali, Nad. tapi ini adalah kesempatan dan awal yang baik. Susah lho, mencari lowongan pekerjaan di rumah sakit selain cleaning service, kalau kamu belum punya keahlian medis tertentu," kata dokter Hans, coba meyakinkan pujaan hatinya.

"Dengan kondisi seperti ini, kamu nggak apa-apa Nad jika harus kerja bersih-bersih begitu?" tanya lagi Bude Cici, khawatir dengan kondisi Nadine yang belum stabil.

"Kalau kamu mau tinggal di sini selama enam bahkan dua belas bulan, pakde nggak akan keberatan, kok. Tinggal lah selama yang kamu mau. Toh, kamu ini sudah pakde anggap anak sendiri," ujar pakde Rusli.

"Makasih bude, pakde... udah baik banget sama Nadine semenjak kepergian Abah dan Umi," ucapnya seraya bersyukur.

"Tenang aja, kamu nggak usah mikirin gimana-gimananya, ya! Asal kamu bahagia selama di sini, pakde nggak akan malu saat ketemu Abahmu nanti pas di sana."

Ucapan pakde Rusli yang terkesan seolah punya waktu sedikit lagi, membuat orang-orang di rumah itu merinding. Terutama Nadine. Ia tidak menyangka, saudara nya bahkan sangat peduli ketimbang suami dan mertuanya.

Hans bertanya lagi kepada Nadine, "Gimana keputusanmu, Nad?"

Nadine menghela napas panjang, "Bentar, Hans... aku butuh waktu sejenak untuk mikir."

Dokter Hans mengangguk, "Silakan ambil sebanyak mungkin waktu yang kamu butuhkan. Ee... tapi jangan kelamaan, ya. Kesempatan ini bisa hilang kapan aja. Cuma dua pilihan, ambil atau nggak sama sekali!" ujarnya tegas.

Bu Minah menoleh ke arah Nadine yang masih mempertimbangkan dan belum memberi keputusan, "Kalau nyonya mau dan berkenan, Bu Minah izin ikut juga, ya? Siapa tau bisa meringankan pekerjaan nyonya."

"Dok, apakah loker cleaning service itu bisa untuk dua orang?" tanya Bu Minah pada Hans. Tersirat harapan besar dari pertanyaan wanita paruh baya itu.

"Oh, bisa kok. Itu mah gampang Bu Minah, bisa diatur." jawab Hans dengan enteng

Nadine tersenyum tipis, "Makasih, Bu… selalu ada untuk saya. Jujur, kalau sendiri, saya mungkin akan kewalahan nantinya."

"Kan saya sudah berjanji sejak awal, setelah insiden air keras itu, saya bertekad akan selalu bersama nyonya Nadine dan melindungi nyonya Nadine. Soalnya, saya pun sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini." ucap Bu Minah lirih.

"Jadi, kalau saya harus mengabdi pada seseorang, saya sudah meyakinkan diri ini, kalau orang tersebut layak dan patut untuk dilindungi. Mohon maaf jika omongan ini terkesan lancang, tapi, semenjak keberadaan nyonya, saya merasa punya anak baru. Nggak tau kenapa ya, saya juga punya feeling kuat di masa depan, nyonya Nadine ini akan sukses." imbuhnya.

"Tapi... Bu Minah jangan panggil saya 'nyonya' terus-terusan ya! Soalnya panggilan tersebut cocok buat mereka yang saldo rekeningnya banyak digit. Lah saya, masih luntang-lantung nggak jelas begini, Bu Minah. Apalagi wajah saya udah rusak parah," ucap Nadine.

Semua yang mendengar percakapan itu, rasanya mau kesal, tapi bingung. Karena mereka kompak kesal pada satu komplotan yang punya kekuasaan besar.

Mereka secara batin sudah bersatu padu, menaruh dendam kesumat pada konglomerat ternama, keluarga Hartono itu, yang telah membuat Nadine menjadi buruk rupa dan sengsara hingga saat ini.

"Nggak bisa nyonya. Tenang aja, saya nggak ada niatan buruk lain kok memanggil dengan sebutan itu. Justru saya senang. Itung-itung, nyonya Nadine latihan dari sekarang, sebelum jadi Nyonya besar beneran. Hehe," ucap Bu Minah dengan candaannya.

Nadine sudah tidak bisa berkutik lagi, hanya mengiyakan dan menganggukkan kepala.

Dalam beberapa saat, kondisi yang penuh amarah dan dendam, kini berubah menjadi cair dan hangat kembali.

Sejak pengakuan itu, semua orang paham, mengapa Bu Minah selalu saja mengekori dan standby di sekitar Nadine. Ternyata memiliki alasan yang cukup mulia dan tulus.

-----

"Bagaimana, Nad? Aku sudah harus balik ke rumah sakit. Kalau kamu memutuskan ikut, kita berangkat minggu depan." ujar dokter Hans sambil melihat arlojinya.

"Baik, akan kuberitahukan besok ya, Hans. Perlu diskusi dulu dengan Pakde dan Bude," jawab Nadine penuh pertimbangan.

"Oke. Aku pamit duluan ya, Nad. Pakde, Bude, Bu Minah, semuanya... pamit duluan ya, assalamualaikum."

Semua serempak menjawab salam itu. Hans pergi dengan terburu-buru karena banyak pasien sudah menunggunya.

Malam harinya, Nadine duduk di kamar sambil menatap langit-langit. Ia ditemani Bude Cici dan Bu Minah.

"Bude, apa aku tega nanti, kalo ninggalin rumah ini?" tanyanya pelan.

"Lho... kok ada pertanyaan seperti itu? Kamu nggak usah khawatir, sayang... kami nggak akan kesepian ataupun merasa kehilangan. Rumah ini cuma bangunan saja, Nad. Yang paling penting, kenangan selama kamu di sini, akan tetap kamu bawa di hati kecilmu itu," jawab Bude Cici bijak.

"Lagipula, nyonya bisa pulang ke sini kapanpun kan, Bude?" tanya Bu Minah.

"Tuh dengerin ibu asuhmu yang sekarang. Bu Minah aja paham maksud Bude. Pastinya dong, Bu Minah. Nadine sudah kami anggap sebagai anak, jadi pulanglah Nad kalau kamu kangen kondisi di sini, ya." ucap Bude Cici dengan tulus.

Mereka saling memeluk satu sama lain, untuk melepas kerinduan sebelum akhirnya Nadine dan Bu Minah balik lagi ke kota untuk waktu yang sangat lama.

Keesokan harinya, Nadine menghubungi Hans.

"Hans… setelah kupertimbangkan dengan matang, aku mau ikut!' katanya mantap lewat telepon.

"Akhirnya... bagus, Nad! Keputusan yang sangat tepat," sahut dokter Hans semangat.

"Tapi aku punya satu syarat, Hans."

"Syarat apa?" tanya dokter Hans.

"Aku harus bersama Bu Minah. Sekarang, dia udah kayak keluarga buatku."

"Pastinya, Nad. Beres lah itumah. Akan kuurus secepatnya. Aku harus izin dulu ke manajemen rumah sakit, ya."

“Oke, Hans. Aku tunggu kabarnya." Nadine menutup telepon dengan jantung berdebar.

Ini adalah salah satu resiko dan keputusan besar yang ia ambil. Sekali melangkah, surut niat untuk kembali.

Sekali ia mempertaruhkan hidup di kota sebagai cleaning service, ia harus pulang kembali ke rumah pakde Rusli membawa emas, dan dikalungkan untuk Bude Cici. Itulah tekadnya saat ini.

Nadine harus mengubah kondisi finansialnya bersama Bu Minah. Mereka sudah saling berjanji akan selalu bersama dan sepaket.

Selama beberapa hari, Nadine dan Bu Minah bersiap-siap. Mereka berkemas perlahan, membereskan pakaian dan menyicil barang-barang yang dirasa penting.

"Bude, saya boleh izin bawa foto Abah dan Umi?" pinta Nadine.

"Tentu saja boleh dong, sayang. Silakan bawa dan simpan dengan baik-baik, ya. Supaya mereka selalu dekat denganmu," jawab Bude Cici diiringi senyum tulus.

Mereka membersihkan rumah untuk terakhir kali.

"Aku nggak tahu kapan bakal balik ke sini lagi, Bude." ujar Nadine dengan mata sembab.

"Udah nggak usah dibuat pusing. Yang terpenting sekarang, kamu jalanin hidupmu dulu, sayang.” sahut Bude Cici sambil memeluknya.

"Iya, Bude. Semoga ini langkah dan keputusan yang benar."

Beberapa hari kemudian, dokter Hans datang membawa kabar gembira.

"Nad... Bu Minah, aku punya kabar baik!" serunya dari depan pintu setelah bersalaman dengan Pakde Rusli dan Bude Cici.

Nadine dan Bu Minah langsung penasaran, "Apa itu, Hans?" tanya Nadine.

"Manajemen rumah sakit akhirnya setuju. Kalian berdua bisa mulai bekerja minggu depan." ucap Hans dengan wajah sumringah.

"Alhamdulillah!" seru Nadine, sangat bahagia.

"Makasih banyak, dok. Kami bener-bener bersyukur." Bu Minah pun mengangguk.

"Sekali lagi, terima kasih banyak, dok. Semoga Allah membalas kebaikanmu." sambung Bude Cici melantun doa.

Hari itu pun, Nadine dan Bu Minah langsung bersiap-siap untuk berangkat. Mereka menaiki mobil dokter Hans menuju kota. Semuanya telah berpamitan kepada keluarga besar Pakde Rusli dan Bude Cici. Pelukan hangat dan tak sedikit linangan air mata, mengakhiri perpisahan singkat ini.

Sepanjang perjalanan, Nadine lebih banyak diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Bu Minay sudah terlelap di kursi tengah. Nadine yang duduk di kursi depan, menemani Hans yang mengemudi untuk sekadar ngobrol dan berbincang santai.

Tiba-tiba, tanpa di sengaja, tangan kiri Hans menyentuh paha mu-lus Nadine.

"Hans... kamu jangan kurang ajar, ya!" Nadine coba memperingatkan.

"Yaampun, Nad. Maaf, aku cuma mau oper gigi mobil ini. Nggak usah dipikirin. Sekali lagi, maaf ya." ucap Hans, dengan nada penuh penyesalan.

Nadine tak habis pikir, ternyata jika ada kesempatan dalam kesempitan, Hans punya niat dan na-fsu kotor terhadap dirinya.

Sejak saat itu, Nadine lebih waspada dan hati-hati terhadap pergerakan Hans. Ia tidak boleh salah tingkah. Saat ini, Hans adalah penolongnya.

Sudah setengah jam perjalanan berlalu, sejak perbuatan kotor Hans, suasana di mobil itu menjadi canggung. Bu Minah masih terlelap, terlalu letih dan capek karena seharian beberes rumah pakde Rusli sebelum berpamitan.

"Kamu masih ragu atas keputusanmu, Nad?" tanya dokter Hans, coba memecah kebisuan diantara mereka.

"Ng-nggak kok, Hans. Aku cuma… ya, masih takut aja," jawabnya pelan.

"Itu wajar. Tapi kamu bakal kuat dan betah nantinya, aku yakin."

"Makasih, Hans. Udah nolongin aku terus," ucap Nadine, masih terus waspada.

"Tenang aja. Aku yang minta maaf atas perbuatanku barusan. Aku khawatir, semua pengorbanan yang kuberikan padamu, langsung hilang karena tidak sengaja barusan," Hans masih bersikeras, atas perbuatannya yang tak senonoh sebelumnya.

Nadine hanya mengangguk saja.

Setibanya di rumah sakit, Nadine dan Bu Minah langsung diperkenalkan dengan manager rumah sakit. Manager itu langsung memberikan sedikit arahan,

"Kalian akan bekerja mulai besok, ya. Dan kami pantau pelatihannya selama tiga hari dulu. Kalau bagus, bisa lanjut terus," jelasnya.

"Baik, Pak. Kami siap," kata Nadine semangat.

"Kalian nanti akan dibimbing oleh langsung sama kepala bagian. Tenang aja, semua staf di sini ramah-ramah."

Manager itu berlalu setelah memberikan arahan dan bersalaman dengan dokter Hans.

Di ruang administrasi, mereka mengisi berbagai formulir.

"Atas nama Bu Minah, ini formulir anda." ucap petugas.

"Iya, terima kasih," jawab Bu Minah.

Nadine mengisi data dengan teliti. "Bu Nadine, ini seragam kerja untukmu," kata petugas lainnya.

"Terima kasih, Pak," sahut Nadine.

"Mulai besok pagi, wajib standby mulai pukul enam, ya."

"Siap, Pak." Nadine dan Bu Minah menjawab kompak.

Malam itu, Nadine dan Bu Minah tidur di mess rumah sakit, tidak jadi ngekost karena hemat biaya.

Besok adalah hari pertama Nadine bekerja di rumah sakit. Dan besok, ia akan bertemu sosok yang membuatnya jengkel dan marah.

Bersambung.....

Penasaran? Ikuti terus dan tunggu kelanjutannya, ya....

1
Isma Isma
kejamn sekali keluarga arka
alfphyrizhmi: iya, kejam banget emang kak... 🥺
total 1 replies
arniya
mampir kak
alfphyrizhmi: terima kasih sudah mampir, kak. Semoga betah yaaa sama ceritanyaaa... ^_^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!