MULAN, JIWA YANG TERLAHIR KEMBALI

Tanpa penundaan Mulan segera berbenah diri, kemudian keluar dari kamar kosannya untuk mencari sarapan. Perutnya sudah sangat kelaparan, dan harus segera di isi.

Mulan tidak ingin kehilangan nyawa untuk kedua kalinya, hanya karena perut kosong.

"Karena tubuh ini sekarang menjadi milikku, aku tidak akan menyia-nyiakannya lagi."

"Jangan sampai nyawa melayang untuk kedua kalinya, hanya karena menahan rasa lapar."

"Sekarang ayo cari sarapan, yang lain pikir belakangan. Perut kenyang, rejeki pasti datang."

Karena jiwanya sudah menyatu dengan raga barunya, Mulan juga menyesuaikan makanan yang ada di sekitarnya.

Tidak mungkin kan, di sini dia ingin sarapan dengan menu negara asalnya. Dengan sisa uang di tangannya, pasti tidak akan membuat perutnya kenyang.

Di sini kebanyakan menu sarapannya bubur ayam, nasi uduk, nasi kuning, lontong sayur, nasi pecel, dan soto.

Sebenarnya soto terdengar sangat menggugah selera, dengan tambahan jeruk nipis, koya, bawang goreng dan sambal. Membayangkan saja sudah membuat air liur ingin menetes tak terkendali.

Tapi mengingat perut yang kemaren di biarkan benar-benar kosong. Akhirnya pilihan Mulan jatuh pada bubur ayam, yang teksturnya lebih bersahabat dengan kondisi lambungnya saat ini.

"Nanti siang saja baru makan soto, malamnya makan pecel ayam. Oh tidak, bagaimana dengan hari esok?" memikirkan uang yang semakin menipis, besok Mulan memutuskan untuk berangkat kerja.

"Nggak kerja lagi, Lan?" suara seorang wanita mengagetkan Mulan yang sedang menutup pintu kosan.

"Nggak Bu" jawab Mulan kepada wanita yang ternyata adalah pemilik tempat kos.

"Emang masih sakit?" tanya ibu kos lagi, yang di jawab dengan senyuman tidak pasti dari Mulan.

"Jangan lupa besok jadwal bayar kontrakan ya Lan." Lanjutnya lagi dengan sedikit senyuman.

"Iya Bu" jawab Mulan seenaknya.

"Yang penting jawab aja dulu, urusan besok pikir besok lagi." Sekarang yang ada di pikiran Mulan hanya bubur ayam.

"Saya permisi dulu ya Bu. Mau cari makan." setelah di persilakan oleh ibu kosnya, Mulan segera melipir keluar pagar.

Belum juga ada sehari menempati tubuh gadis ini. Ralat, bukan gadis lagi tapi wanita ini. Mulan harus menghadapi masalah yang di tinggalkan pemilik sebelumnya.

Sebenarnya bisa saja Mulan mengambil uang di rumah lamanya, tapi tidak se gampang itu. Lihat saja betapa sulitnya plankton yang mencoba mencuri resep krabby patty milik tuan crab.

Mulan yang ini sama sekali belum pernah kemana-mana, sehingga belum memiliki alat-alat yang bisa di gunakan untuk bepergian ke luar negri.

Sedangkan untuk membuat kelengkapan itu, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi dengan kondisi Mulan yang kekurangan uang seperti saat ini. Untuk makan aja susah, gimana mau sok-sokan bikin paspor. Nanti malah di kira mau cari pekerjaan jadi babu di sana.

Keesokan harinya, Mulan bangun pagi dan bersiap untuk berangkat kerja.

Kali ini Mulan tidak mengalami morning sickness parah seperti sebelumnya. Dia hanya merasa mual dan ingin muntah saat menggosok gigi, selebihnya baik-baik saja.

Mungkin si kacang polong mencoba menyembunyikan keberadaannya. Karena dia tidak ingin Mulan terbebani, kemudian berniat mengeluarkannya secara paksa.

Setelah membeli sarapan, dan membayar angkot, sisa uang di miliki Mulan tinggal 7.100 rupiah.

Bagaimana uangnya tidak langsung ludes. Kemarin setelah sarapan bubur ayam, Mulan jajan donat yang ada taburan gula dinginnya. Sore harinya jajan siomay, dan malam harinya sebelum tidur jajan kue putu.

Entah karena Mulan yang doyan makan, atau karena efek bawaan bayi. Jadi mudah lapar dan pengin ngemil terus.

"Pinjem duit dong, Vin." kata Mulan pada Vina, tanpa rasa malu.

"Berapa?, hihihi." Jawab gadis bernama Vina dengan terkikik.

"Kamu lupa ya kalo hari ini kita gajian." lanjutnya lagi dengan wajah berseri-seri.

Devina, gadis yang tinggal di kamar sebelah. Juga teman yang bekerja di tempat yang sama dengan Mulan.

"Iya kah. Syukur deh kalo gitu." jawab Mulan biasa saja. Karena uang itu pasti hanya mampir sebentar di tangannya. Ada ibu kos yang sudah menagihnya kemaren. Belum lagi kebutuhan sehari-hari yang habis semuanya.

Tadi saja Mulan kesulitan menemukan stok shampo. Karena sudah terlanjur membasahi rambutnya, akhirnya Mulan meniru kebiasaan kebanyakan orang. Dengan cara memasukan sedikit air kedalam botol shampo. Supaya sisa-sisa shampo yang menempel pada kulit botol, bisa terkuras habis. Dari pada shampoan pakai deterjen pencuci baju. Bisa-bisa kepalanya botak, karena rambut rontok.

Mulan bekerja sebagai pelayan di salah satu rumah makan, yang menyediakan menu masakan Nusantara.

Setelah bekerja setengah hari, tubuh Mulan mulai merasa kelelahan. Mengetahui Mulan yang sebentar-sebentar istirahat, ada beberapa pekerja yang mulai berbisik menggosipkannya. Tapi melihat wajah Mulan yang memang terlihat semakin pucat, mereka tidak berani menegurnya secara langsung.

"Tubuh ini benar-benar lemah. Astaga, aku tidak kuat lagi." Mulan bersandar di dinding dengan mata terpejam.

"Kalau masih sakit, harusnya nggak usah berangkat kerja dulu Lan." seorang wanita memberi nasihat kepada Mulan, dengan nada kurang enak di dengar.

Mungkin karena wanita bernama Anggun, sudah lebih lama bekerja di rumah makan ini. Jadi dia merasa sok senior. Padahal mah sama-sama karyawan biasa.

"Emang sakit apa sih Lan? Lemes banget, kayak orang hamil aja." kali ini gantian Maya yang melontarkan candaan yang di bumbui dengan sarkasme.

Mulan masih setia memejamkan matanya, enggan menjawab ejekan dan sarkasme mereka.

"Yuk ah May, kerja lagi. Jangan ikut-ikutan lemes. Nanti di kira hamil juga." Ajak Anggun pada Maya, kemudian mereka meninggalkan Mulan sendirian.

"Sampah" Mulan yang di tinggalkan, melirik punggung kedua wanita tersebut dengan kilatan tajam di matanya.

Setelah merasa lebih baik, Mulan kembali melanjutkan pekerjaannya hingga sore menjelang.

Yang lain sudah mendapatkan amplop gaji. Kini giliran Mulan yang masuk ke ruangan pimpinan.

"Mulan Guanlin?!" seorang pria paruh baya duduk di kursi kebesarannya, merupakan pimpinan di rumah makan ini. Wajah pria tua itu sungguh tidak sedap di pandang, seperti orang yang menahan p*p.

"Benar, pak." jawab Mulan sembari menganggukkan kepalanya.

"Ini gaji kamu. Sudah di potong selama lima hari tidak masuk kerja." pria tua itu menyodorkan amplop berisi uang gaji Mulan.

"Mulai besok dan seterusnya, kamu bisa beristirahat di rumah dengan baik. Tidak perlu lagi bekerja di rumah makan ini."

"Silakan keluar."

Mohon dukungannya.