Kirani, bisa di katakan gadis yang malang. Hidupnya tak di inginkan oleh Ayah kandungnya sendiri bahkan saudara kembarnya pun ingin menghancurkan nya hanya demi kepentingan nya sendiri.
Bagaimana caranya Kirani melewati semua tantangan hidupnya yang sangat berat, apakah Ia mampu bangkit dan menemukan kebahagiaan nya sendiri tanpa merasa ketakutan oleh bayang-bayang masa lalu yang membuatnya trauma.
Yuk simak kelanjutan kisahnya di karya " Korban Saudara Kembar "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah Rumah
...****************...
Azka kembali dengan wajah kusut, seperti biasa Rani tidak menyambut nya. Azka langsung mencari keberadaan Rani, karena sudah sore tentu Rani masih sibuk di dapur.
Azka menghela nafas lega, Ia langsung menghampiri wanita itu. Rani terkejut karena tidak mengetahui kalau Azka sudah pulang, biasanya Pria itu akan pulang paling cepat pukul lima sore tetapi lebih sering pulang setelah magrib.
" Masak lebih banyak ya, karena malam ini mau makan di rumah. "
Rani mengangguk, Ia mengelus dadanya pelan ketika Azka berbalik meninggalkan nya.
" Ya Allah, ngagetin saja kerjanya. Untung nih jantung buatan Tuhan jadi aman, coba kalau buatan pabrik bisa- bisa jatuh. " Gumam Rani.
Malam itu mereka makan malam berdua, karena Azka selalu meminta di temani. Mau tak mau Rani pun tidak bisa menolak nya.
Sesudah makan malam dan Azka sudah berada di ruang tengah dengan laptop di tangannya, Rani ingin berbicara namun ragu.
Ia meremas tangan nya sendiri karena gelisah, tanpa Ia sadari kalau kehadirannya sudah mengalihkan perhatian Azka dari laptopnya.
" Kemarilah Tiara. "
" Ah.... I- iya. " Rani terperanjat kaget namun Ia tetap melangkah pelan ke arah ruang tengah dan duduk di sofa.
Azka nampak kembali sibuk dengan laptop nya namun fokus nya lagi- lagi terbagi karena melihat gelagat Rani.
Ia menutup laptopnya dan menatap Rani, Rani yang di pandangi seperti itu tentu merasa tidak nyaman. Ia merasa bersalah karena mengganggu pekerjaan Pria itu, namun Rani juga harus mengutarakan niatnya pada Azka.
" Ada apa, apa ada yang ingin kamu bicarakan. Kalau memang ada yang ingin kamu bicarakan, silahkan. Aku akan mendengarkan nya. "
Rani mengangguk dan mulai mengutarakan maksudnya.
" Hmm, sepertinya aku tidak bisa tinggal disini Azka. "
" Maksudnya, tapi kenapa. " Tanya Azka yang tentu saja terkejut mendengar penuturan Rani yang tiba-tiba.
Rani diam, bingung harus mengatakan apa lagi. Sedangkan Azka pun bingung, karena Ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun yang membuat Rani sampai merasa tidak nyaman.
" Apa kamu merasa tidak nyaman bekerja disini dan ingin berhenti, atau apa gajihnya kurang sehingga kamu ingin mencari pekerjaan di luar sana. " Tanya Azka lagi.
" Bu- bukan Azka, bukan itu maksud ku. Aku masih ingin bekerja di sini, tapi aku tidak mau tinggal disini. Maksud ku, bisakah aku cari kontrakan saja di sekitar sini. Aku bisa kemari pagi- pagi sekali dan pulang setelah kamu kembali dari bekerja. "
" Tapi kenapa Tiara, apa kamu takut padaku. Ha- ha- ha, aku tidak sekeji itu sampai melakukan hal yang tidak- tidak padamu. Aku juga tau batasannya, tidak mungkin aku......
" Justru karena itu Azka, bagaimana pun juga kita ini adalah dua orang yang berbeda jenis. Mungkin benar, kamu tidak akan melakukan hal yang bodoh apalagi pada seorang Ibu hamil seperti ku. Tapi Azka, bagaimana dengan penilaian orang luar sana. "
Keduanya kompak terdiam tentu saja dengan gejolak pikiran masing-masing.
" Tiara, bukankah itu justru akan sangat berbahaya untuk mu. Ingat, saat ini kamu tidak sendiri, sangat riskan kalau kamu berkeliaran di luar sana seorang diri. Ah begini saja, kamu tidak perlu pindah kalau memang alasan nya hanya itu. Kebetulan apartement di sebelah kosong, itu juga punya ku. Kenapa tidak kamu saja yang tinggal disana, jadi kita tidak akan tidur di dalam satu atap yang sama dan orang- orang tidak akan berpikir macam- macam. "
Akhirnya Rani tidak bisa mencari alasan lagi, sebenarnya itu bukan alasannya yang sebenarnya.
Niatnya adalah pergi jauh dari tempat itu agar keluarga Azka tidak mengetahui keberadaan nya, termasuk Tedi dan juga saudara kembarnya.
" Apa tidak apa- apa kalau aku tinggal disana. "
" Tidak apa- apa, itu milik ku juga. "
" Hm, berapa aku harus bayar perbulan. Jangan mahal- mahal ya, potong saja dari gajih ku. "
Azka tertawa mendengar ucapan Rani
" Kamu tinggal saja disana, sampai kapan pun kamu mau. Tidak perlu memikirkan bayaran perbulannya. "
Rani ingin mengatakan banyak hal namun Azka tidak ingin berdebat lagi.
" Sudah Tiara, keputusan nya sudah final. Aku tidak mau berdebat lagi, ini sudah malam. Kamu tidurlah, besok baru kamu pindah, aku juga masih ingin menyelesaikan beberapa pekerjaan ku. "
Mau tak mau Rani pun pasrah, Ia mengangguk pelan lalu pamit pada Azka. Azka menatap punggung Rani hingga hilang di balik pintu, helaan nafasnya terdengar berat.
" Ini lebih berat daripada setumpuk pekerjaan di kantor. Ternyata dari dulu sampai sekarang perempuan memang ribet. "
***
Esok harinya setelah menyiapkan semua keperluan Azka dan Pria itu sudah siap berangkat, Azka mengajak Rani ke apartement sebelah.
Ia membuka kunci pintu nya, Rani hanya mengekor di belakang. Rani memindai ruangan itu, sangat rapi dan juga sudah lengkap dengan perabotan di dalam nya.
Memang tidak sebesar yang di tempati Azka namun tempat itu tak kalah nyaman.
" Disini aman, keluarga ku tidak ada yang tau kalau ini milikku. Jadi mereka tidak akan kemari, setelah selesai pekerjaan mu di rumah kamu bisa istirahat disini. Oh ya, aku pergi dulu. Kamu hati- hati di rumah, jangan segan- segan untuk hubungi aku kalau ada apa-apa. "
Di kantor, Azka di kejutkan dengan kedatangan Bu Sinta, Ibu kandung Azka. Azka menghela nafas berat saat yang masuk adalah Ibunya.
" Ibu, kenapa Ibu datang kemari. " Tanya Azka yang langsung berdiri.
" Azka, apa kamu tidak suka Ibu datang menemui mu. Ibu ini adalah Ibumu, Ibu bebas menemui ku kapan saja. Lagipula kamu juga yang salah, kamu tidak pernah datang setiap kali Ibu minta kamu datang. Kamu memang tidak pernah peduli sama sekali pada Ibu, mungkin kalau pun Ibu meninggal kamu pun tidak akan datang. "
Sinta melenggang dan duduk manis di sofa, Ia menumpangkan satu kaki di atas kaki yang lain.
" Ibu, jangan bicara seperti itu. Ibu tau bagaimana Azka, Azka sangat menghormati Ibu, tapi Ibu sendiri yang membuat aku enggan untuk menemui Ibu. Setiap kali bertemu yang di bahas selalu itu dan itu lagi, aku bosan Bu. "
Sinta menatap sangat anak, Azka adalah Putra satu- satunya yang Ia miliki. Itu karena ketika menikah dengan Gunawan Ayah kandung nya Tedi, mereka belum juga di beri kepercayaan lagi.
" Sekarang katakan pada Azka, perempuan mana lagi yang mau Ibu jodohkan pada Azka. Azka akan pergi menemui nya, meskipun Azka juga tidak janji apakah setelah pertemuan ini akan ada kelanjutan nya atau tidak. "
Sinta masih diam hingga beberapa saat Ia berdiri mengambil tasnya dan hendak pergi meninggalkan ruangan Azka.
" Ibu tidak akan menjodohkan mu lagi Nak, kalau kamu bisa membawa seorang wanita kerumah. Ibu akan menyetujui nya siapa pun pilihan mu kali ini. Ibu tunggu di rumah. "
Setelah mengatakan itu, Sinta pun melenggang pergi. Azka meraup wajahnya dengan kasar, hidup nya benar-benar rumit kali ini.
...----------------...