Diperlakukan bak seorang ratu oleh suaminya, membuat Mentari percaya bahwa tidak akan pernah ada orang ketiga di rumah tangganya.
Namun, kenyataan seolah menamparnya dan membuat ia sadar, bahwa ia hanya dimanfaatkan bukan diinginkan.
Pria yang sangat ia cintai dan sangat dipercaya sepenuhnya oleh wanita itu, kini berhubungan dengan wanita lain, dan hanya menganggap dirinya sebagai istri pajangan.
Jika menyerah karena dikhianati, itu bukan putri Devan namanya, Mentari yang merasa kecewa, ia memilih mencari seorang pria yang mau menemaninya tidur layaknya seorang suami pada istrinya, hingga hubungan terlarang itu membuat Mentari hamil dengan selingkuhannya tersebut.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Ikuti yuk karya Author ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tufa_hans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menantu VS Mertua
Brian pun mengambil kotak tersebut dan membukanya. Lalu, ia mengerutkan kening saat melihat sebuah tumpukan surat beserta amplopnya.
"Ini terlihat seperti surat lama," ucap Brian dengan alis yang terangkat sebelah.
Setelah itu, Brian mengambil salah satu amplop surat tersebut. Lalu, Brian tersenyum tipis saat membuka dan membaca amplop itu.
Bagaimana tidak tersenyum, di surat yang Brian pegang, tampaklah lukisan Mentari kecil dengan seorang pria kecil yang terlihat begitu romantis yang Brian yakini itu adalah Gala.
Di lukisan itu, wajah Gala dan Mentari begitu dekat. Jika Mentari mendongak sedikit demi melihat wajah sang pria, sementara Gala menundukkan kepalanya seraya menatap Mentari yang sedang menatapnya begitu lekat.
Brian menoleh pada pria yang mengaku calon menantunya itu. "Apa ini lukisanmu sendiri?" tanya Brian tersenyum.
Gala tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, itu lukisanku, Tuan! Setiap hari aku habiskan waktuku hanya untuk melukis wajahnya."
"Dan Itu Salah satu suratku waktu masih kecil, tapi sayang ... ternyata selama ini surat itu tidak pernah sampai di tangan wanita yang aku cintai," ucap Gala tersenyum miris.
Brian beralih melirik Devan yang masih bersikap santai mendengar perbincangan Brian dan Gala. "Apakah benar yang diucapkan Gala, Dev?" tanya Brian seraya menatap wajah putranya dengan wajah yang tidak terbaca.
Devan pun mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Brian. "Iya, Dad! Aku yang selama ini menahan surat-surat Gala untuk Mentari."
Brian pun mengepalkan tangannya, namun ia mencoba menahan amarahnya karena ia tidak tahu pasti apa yang terjadi sebenarnya. "Jadi hidup putrimu hancur karena dirimu sendiri, Dev?" tanya Brian seraya menatap wajah Devan dengan tatapan tajam.
"Aku punya alasan kenapa aku melakukan semua itu, Dad!" jawab Devan dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Apa alasannya, Tuan? Apakah Anda tidak tahu mengapa Mentari memilih menikah dengan Demian?"
"Apa alasannya?" tanya Brian dengan wajah penasaran.
"Mentari menikah dengan Demian karena mengira aku melupakannya, dia Kecewa padaku karena dia pikir aku sudah punya wanita lain." Gala menatap Devan lekat.
"Memang itu kenyataannya bukan?" tanya Devan yang menatap Devan tak kalah lekatnya.
"Itu tidak benar, Tuan! Karena pada kenyataannya, Tuan sendiri yang menghalangi surat-suratku untuk sampai di tangan orang yang aku cintai" ucap Gala tidak terima.
"Kamu tidak perlu menyalahkan orang lain atas kesalahanmu, Dev! Seandainya kamu tidak menghalangi hubungan mereka, mungkin Mentari tidak akan pernah mengalami nasib seperti Catherine." Brian menatap Devan tajam.
"Daddy tidak perlu membawa-bawa nama Catherine, aku punya alasan kenapa aku melakukan hal itu Dad! Tapi maaf, aku tidak bisa mengatakannya! Yang jelas aku melakukan semua itu demi kebaikan putriku," ucap Devan tak terbantahkan.
"Kebaikan? Kamu bilang kebaikan?" Brian menarik sebelah sudut bibirnya.
Devan bungkam, pria paruh baya itu merasa tidak berdaya untuk menjawab ucapan sang Daddy.
"Daddy harap alasanmu bukan demi kebaikanmu sendiri," ucap Brian yang menatap sang putra dengan wajah kecewa.
"Satu lagi kesalahanmu!" Brian tidak mengalihkan sedikitpun tatapannya dari sang putra.
"Aku tahu itu, Dad! Kesalahanku karena aku kalah sama putri dan istriku karena aku terlalu mencintai mereka," jawab Devan.
"Jika kamu tahu, kenapa kamu masih menuruti keinginan mereka?" tanya Brian geram.
"Putriku mengatakan bahwa dia sangat mencintai Demian, bahkan Mentari sampai beberapa hari tidak bicara denganku karena menghalangi hubungan mereka. Hingga akhirnya bujukan Catherine membuatku lemah, dan aku tidak bisa lagi menolak," ucap Devan.
"Setelah kamu mengetahui putrimu menderita, kamu meminta Gala untuk jadi selingkuhan putrimu?" tanya Brian yang tidak mengerti dengan jalan pikiran sang putra.
Devan menghela nafas mendengar sang Daddy. "Aku tidak meminta Gala untuk menjadi selingkuhan putriku, tapi aku meminta dia untuk menjadi sandaran Mentari agar putriku tidak pernah merasa sendiri," ucap Devan.
Brian menatap Gala sekilas, lalu menatap Devan kembali dengan wajah mengintimidasi. "Apa kamu yakin bahwa Gala tidak akan melakukan hal lebih pada Mentari?" tanya Brian.
"Kali ini aku tidak akan salah, aku yakin dan aku sangat tahu dengan pilihanku!"
"Aku sudah pernah melarang Mentari untuk menikah dengan Demian, tapi dia tidak menuruti ucapanku, dia begitu keras seperti Daddy," ucap Devan tanpa sadar.
"Apa kau bilang?" tanya Brian dengan tatapan yang begitu tajam.
Devan terkejut dengan ucapannya sendiri. "Tidak, Dad! Aku salah bicara!" jawab Devan untuk menenangkan Brian.
Sementara Gala hanya mendengar perdebatan antara anak dan orang tuanya itu dengan wajah datar tanpa ekspres. "Maaf, Tuan! Bolehkah aku meminta surat-surat itu?" tanya Gala pada Devan.
Devan pun mengalihkan tatapannya pada Gala. Lalu, menatap pria itu dengan wajah tak kalah datarnya. "Tidak! Aku ingin melihat seberapa besar kamu mencintai putriku. Aku ingin kamu buktikan ucapan kebenaran cintamu pada Mentari tanpa surat ini!" ucap Devan dengan wajah seriusnya.
"Ingat! Jika kamu gagal, maka kamu juga gagal menjadi menantuku!" ucap Devan.
pemeran utama wanita (istri) bebas selingkuh bahkan membiarkan tubuhnya dijamah pria lain itu bukan kesalahan
sedangkan suami selingkuh adalah kesalahan paling fatal
*pelakor adalah wanita hina dan laknat sedangkan pebinor adalah lelaki sejati
kalian bangga dengan pemikiran munafik kayak gini yang kalian bawa kedalam novel kalian, miris
awal awal aja yg indah