Elara: Ibu Tiri Bidadari?

​Dengan Countess Seraphina ditangkap dan ancaman politiknya selesai, mansion Duke Alaric akhirnya diselimuti kedamaian sejati. Seluruh kota berbicara tentang keberanian Nyonya Duke Elara, si pengusaha misterius Ny. Calla, yang telah menyelamatkan keluarganya dari konspirasi berbahaya.

​Dalam beberapa hari setelah penangkapan Seraphina, Duke Alaric menyelesaikan urusan politiknya. Ia kembali ke mansion dan mencari Anya.

​Pengakuan di Ruang Keluarga

​Duke Alaric menemukan Anya di ruang keluarga, duduk sendirian di samping perapian yang menyala. Dia tidak sedang bekerja, hanya menikmati keheningan.

​Duke Alaric duduk di kursi di seberangnya, menatap api. Keheningan itu terasa panjang, tetapi kini nyaman, tidak lagi canggung.

​“Aku ingin mengucapkan terima kasih lagi,” kata Duke Alaric, suaranya rendah. “Kau menyelamatkan nyawa anak-anakku dua kali, menyelamatkan reputasiku, dan menyelamatkan diriku sendiri. Kau adalah pahlawan yang tidak pernah kuduga akan kumiliki.”

​Anya tersenyum lembut. “Aku melakukannya untuk kita, Alaric. Untuk memastikan kami semua selamat.”

​Duke Alaric menghela napas panjang. “Elara… aku harus jujur. Ketika kita menikah, aku mengira aku tidak akan pernah bisa mencintai wanita lain setelah istriku meninggal. Aku melihat pernikahan ini sebagai kontrak, sebuah kebutuhan untuk anak-anak.”

​Dia menoleh, matanya yang abu-abu menatap Anya dengan intensitas yang baru.

​“Kemudian kau datang, dan kau adalah seorang wanita yang jahat dan kejam. Aku membencimu. Aku hidup dengan kewaspadaan dan rasa sakit. Aku berpikir bahwa pernikahan ini adalah hukuman.”

​“Aku tahu,” bisik Anya. “Aku adalah Elara yang lama. Aku mengerti.”

​“Tidak,” potong Duke Alaric. “Kau bukan Elara yang lama. Kau adalah wanita yang datang padaku dengan rasa takut akan nasib buruk, tetapi kemudian kau memilih keberanian dan kebaikan. Aku melihatmu bekerja tanpa lelah, mendidik anak-anak, melawan musuh terkejam, dan menolak godaan kekayaan.”

​Duke Alaric bangkit dan berlutut di hadapan Anya, sebuah tindakan yang sangat tidak terduga dari seorang Duke yang kaku.

​“Aku melihat integritasmu, kecerdasanmu, dan ketulusanmu saat merawat Siera. Aku telah jatuh cinta padamu, Elara,” akunya, suaranya sedikit bergetar.

​Anya terdiam. Dia telah mencapai tujuannya: kelangsungan hidup, keluarga, dan karier. Dia tidak pernah menduga bahwa dia akan mendapatkan cinta Duke Alaric juga.

​“Alaric…”

​“Aku tahu ini tiba-tiba,” lanjut Duke Alaric, memegang tangan Anya dengan erat. “Aku tahu aku tidak romantis. Aku tahu aku tidak pernah memberimu alasan untuk mencintaiku. Tapi aku mohon, berikan aku kesempatan. Aku ingin kita menjadi suami dan istri sejati. Bukan kontrak, tetapi sebuah ikatan yang didasarkan pada rasa hormat, persahabatan, dan cinta yang baru tumbuh ini.”

​Menghadapi Masa Lalu

​Anya membiarkan keheningan itu terjadi. Jantungnya berdebar, bukan karena rasa takut, tetapi karena emosi yang hangat. Dia telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk berfokus pada survival sehingga dia lupa memikirkan kemungkinan cinta.

​“Bagaimana dengan istrimu?” tanya Anya pelan, pertanyaan yang selalu menghantuinya. “Bagaimana kau bisa mencintai wanita lain setelah mencintainya begitu dalam?”

​Duke Alaric mengangguk, matanya menunjukkan rasa sakit yang tulus. “Aku selalu merasa bersalah. Aku pikir mencintai wanita lain adalah pengkhianatan. Tetapi kau mengajarkanku, Elara, bahwa cinta tidak datang dari masa lalu. Istriku akan selalu menjadi bagian dari hati kami, sebagai ibu Siera dan Rian. Tapi hati ini tidak harus ditutup. Kau telah membuka hatiku, tidak dengan paksaan, tetapi dengan kebaikanmu.”

​“Aku tidak ingin kau melupakannya,” kata Anya. “Aku hanya ingin kau mencintaiku apa adanya, Alaric. Aku adalah Anya yang transmigrasi, yang takut mati, yang hanya tahu cara mendesain dan membuat sabun. Bukan wanita bangsawan yang sempurna.”

​Duke Alaric tersenyum. "Aku tidak peduli dengan desainer atau bangsawan. Aku hanya peduli pada wanita yang menyelamatkan keluargaku. Aku mencintai wanita yang tangguh, yang bisa mengalahkan musuh dengan minyak mint dan integritas. Aku mencintaimu, Elara."

​Anya merasakan air mata. Cinta itu nyata, dan itu didapatkan dari usahanya yang paling tulus.

​“Aku… aku juga mencintaimu, Alaric,” jawab Anya, membiarkan perasaannya meluap. “Aku mencintai dirimu yang dingin, yang ternyata bisa menjadi ayah yang baik. Aku mencintai dirimu yang mendukung bisniskku. Dan aku akan membangun masa depan ini bersamamu.”

​Duke Alaric berdiri, mengangkat Anya, dan menciumnya. Ciuman itu adalah janji, bukan kontrak. Janji untuk masa depan yang baru, yang jauh lebih bahagia daripada alur cerita novel yang pernah ada.

​Restu Anak-anak

​Keesokan paginya, Duke Alaric dan Anya memberi tahu Siera dan Rian tentang keputusan mereka.

​Siera dan Rian, alih-alih terkejut, malah gembira.

​"Aku sudah tahu, Ayah," kata Siera, menyeringai. "Mama sudah baik sejak lama. Itu benar-benar aneh kalau kalian hanya berteman!"

​Rian memeluk kaki Elara/Anya. "Akhirnya! Sekarang Mama tidak akan lari lagi, kan?"

​"Tidak, Sayang," jawab Anya. "Mama akan selalu di sini."

​Keluarga itu kini utuh, dibangun di atas fondasi yang kokoh: penebusan, rasa hormat, dan cinta yang tumbuh dari masa-masa sulit. Anya telah mencapai segalanya.

​

...****************...

Bersambung....

Terima kasih telah membaca📖

Jangan lupa bantu like komen dan share❣️