Akibat hubungan toxic Ameera sering kali tidak fokus dalam berbagai hal, sang kekasih selalu membuntutinya bahkan menghubunginya setiap saat.
Hal itu berakibat fatal pada malam saat saudari kembarnya meminta Ameera untuk mengantarnya menemui sang suami, akibat mengangkat telepon dari kekasihnya Ameera lalai mengemudikan mobilnya hingga terjadilah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa saudari kembarnya.
Ambeera wafat saat usia kandungannya delapan Minggu, hal itu membuat Ameera dihantui rasa bersalah yang amat sangat besar! Terlebih lagi Liam yang merupakan suami dari Ambeera mengalami depresi parah akibat kematian istri dan calon anaknya.
Liam hanya bisa ditenangkan ketika melihat wajah Ameera, karena itu keluarga besar keduanya memutuskan untuk menjadikan Ameera istri pengganti untuk Liam, siapa sangka ketika depresinya sembuh Liam tidak bisa menerima bahwa Ameera lah yang kini menjadi istrinya.
Ameera harus sabar setiap kali Liam berlaku kasar padanya, baik secara verbal maupun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopi_sopiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Padahal sudah berharap Liam sudah melupakan kebencian terhadapnya, tapi dugaan Ameera ternyata salah! Liam sepertinya masih membenci Ameera karena kesalahan fatal itu.
Kesalahan Ameera memang sangat fatal karena lalai dalam berkendara dan menyebabkan dua nyawa melayang, itulah sebabnya Ameera masih mau bertahan meskipun Liam setiap hari menghujamnya dengan kata-kata kasar dan menyakitkan.
Ameera selalu berpikir bahwa penderitaan yang sekarang dia dapatkan menjadi penebus atas kesalahan fatalnya menghilangkan nyawa saudarinya sendiri.
Ameera membuka kedua matanya dan Liam pun masih belum meninggalkan tempat itu.
"Am aku haus,"
"Kau punya tangan kan? Ambilah sendiri dimeja itu!"
"Tapi tubuhku masih lemas,"
Tak disangka Liam akhirnya mengambilkan air digelas untuk Ameera.
"Nih!" menyodorkan gelas.
"Apa tidak ada sedotan Am?"
"Astaga kau merepotkan sekali!" gerutu Liam lalu mencari sedotan agar Ameera bisa mudah meminum airnya.
Ameera memicingkan senyum disudut bibirnya, semakin hari sikap Liam meskipun masih sering kasar tapi dia lebih perhatian sekarang.
"Terimakasih ya," memberikan kembali gelas itu.
"Hmm," dijawab hanya dengan berdehem.
Ameera senang sekali meskipun kebencian masih menguasai diri Liam, tapi dia mau menemani menginap di rumah sakit! Padahal Ameera mengira Liam akan pulang ke rumah setelah melihatnya, tapi diluar dugaan Liam ternyata menginap disini.
Laki-laki itu terlihat memainkan ponselnya, karena Liam kelaparan jadi dia memesan makanan online untuk makan malamnya. Beberapa saat berlalu, makanan pesanannya diantar ke ruangan rawat ini.
Berhubung sudah kelaparan sejak tadi, Liam buru-buru menyantap makanan yang terlihat lezat itu! Tak lupa dia juga membeli beberapa kaleng minuman untuk persediaan kalau-kalau nanti malam dia haus.
Melihat suaminya memakan makanan seenak itu, sementara Ameera sejak di rumah sakit hanya makan yang disediakan pihak rumah sakit membuat Ameera ingin makan apa yang dimakan Liam juga.
"Ekhem,"
Mendengar Ameera berdehem Liam sempat berhenti mengunyah makanannya.
"Am aku lapar, boleh minta tidak?"
"Bukankah kau sudah makan malam tadi?"
"Iya si, tapi itu sepertinya enak aku minta ya?"
Liam tidak bergeming lalu kembali melanjutkan makan, karena tidak mendapatkan makanan yang dia mau! Ameera pun tidur menyamping membelakangi Liam yang sedang memakan banyak makanan lezat tanpa peduli dengannya.
Wajah Ameera ditekuk, hidung pun dia capit menggunakan dua jarinya agar tidak menghirup aroma makanan yang lezat itu! Tiba-tiba ada mencolek punggung belakangnya.
"Nih makan!" Liam menyodorkan makanan untuk Ameera.
"Asik, terimakasih Liam!" Ameera bersemangat dia langsung duduk membuka makanannya.
Melihat Ameera kesulitan membuka makanan dari box makanannya, membuat Liam merebutnya kembali! Lalu dibukanya makanan itu oleh Liam.
"Sejujurnya tanganku masih lemas untuk menggunakan sumpit ini Am,"
"Kalau tanganmu masih lemas, lakukan saja dengan mulutmu langsung!" ketusnya.
Ameera menarik nafas panjangnya dia sudah menduga Liam pasti tidak akan mau menyuapinya!
Diraihnya sumpit itu oleh Liam, dan akhirnya Liam menyuapi Ameera walaupun sambil memasang wajah jutek dan kesal. Ameera membuka mulutnya lebar-lebar untuk menerima makanan yang disuapi oleh Liam
Kalau tau Liam akan sedikit peduli padanya seperti ini, dari dulu saja pikirnya dirawat di rumah sakit.
Sesekali Liam memandangi wajah Ameera yang meskipun sedang sakit tapi Ameera terus selalu tersenyum padanya. Kebencian dan rasa sayang yang mulai memercik melebur menjadi satu dalam hati Liam saat ini.
Terdapat sisa makanan dipojok bibir Ameera, lalu Liam pun membersihkannya dengan jari hingga jari itu menyentuh bibir Ameera.
"Am,"
Liam terus memegangi bibir Ameera yang ranum, pandangan kedua mata Liam terus tertuju pada bibir merah muda yang ranum milik Ameera.
Ameera pun sudah berharap kalau Liam akan menciumnya kali ini, tapi dugaan Ameera meleset karena Liam buru-buru menurunkan tangannya.
Selesai menyuapi Ameera, Liam membereskan bekas makanan-makanan itu!
"Am aku bahagia sekali hari ini, aku senang kau merawat ku!" Ameera tidak berhenti tersenyum.
Liam pun mendekatkan wajahnya dengan wajah Ameera, yang membuat Ameera gelagapan sendiri berpandangan sedekat ini dengan Liam.
"Kau jangan pernah percaya diri tentang sikap ku hari ini! Aku melakukan ini semata-mata agar kau tidak mati sekarang karena aku ingin membuatmu lebih menderita lagi, jadi cepatlah sehat kembali agar aku bisa menyiksa mu lebih dari kemarin!"
Sampai hati Liam mengatakan hal menyakitkan lagi padahal Ameera saja belum sembuh, ternyata kebaikan Liam tadi hanya karena dia ingin Ameera cepat sehat dan bisa kembali menyakiti Ameera.
"Kalau aku bisa, aku akan menukar posisiku dengan Ambeera pada saat itu Am! Lebih baik aku yang mati daripada aku melihat mu menderita seperti ini, maafkan aku Liam," dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
Liam tidak bergeming dia kembali ke sofa untuk tidur. Mungkin karena kecapean dengan pekerjaan hari ini, Liam sudah tertidur pulas sementara Ameera masih memandangi punggung suaminya yang berada di sofa sana.
"Liam aku jatuh cinta padamu!" lirih Ameera.
"Aku mencintaimu Liam, tolong cintai aku dan sayangi aku Liam!"
Keesokan harinya pagi-pagi sekali Charles sudah datang berkunjung, saat Liam terbangun dia melihat Charles sedang menyuapi Ameera! Entah kapan pria tengil itu masuk kedalam ruangan ini.
"Apa yang kau lakukan sepagi ini di sini?" Liam menghampiri Charles.
"Kau tampan tapi kau buta ya? Masa tidak lihat aku sedang melakukan apa? Nih lihat aku sedang menyuapi Ameera karena dia kesulitan kalau makan sendiri memangnya kau mau menyuapinya, nih lakukan kalau kau mau!" Charles menyodorkan mangkuk pada Liam.
Ditepisnya oleh Liam.
"Kau saja yang lakukan!"
Charles sampai geleng-geleng kepala melihat Liam tidak mau menyuapi Ameera.
"Kalau saja dia bukan cucu dari Tuan Lan, aku pasti sudah,"
"Sudah apa? Memangnya kau yakin menang melawan dia!" ledek Ameera.
"Ya tidak si sudah pasti aku yang kalah,"
Ckckck...
Ameera dan Charles tertawa bersama-sama sementara Liam sedang sibuk dengan layar dilaptopnya.
"Aku pamit pulang dulu ya Ra, kabari kalau kau butuh bantuan!" ujar Charles.
"Iya terimakasih ya, mantan calon suami," ledek Ameera.
Charles pun mengacak-acak rambut Ameera lalu berjalan keluar dari dalam ruangan.
"Hei bung titip bidadari ku!" lalu menutup pintu.
Liam tidak bergeming saat Charles mengatakan hal itu. Melihat suaminya sibuk bekerja, Ameera jadi tidak enak hati Liam sampai bekerja dari sini dan tidak datang ke kantor.
"Am, aku sudah tidak apa-apa kok, kau pergilah ke kantor aku bisa di sini sendiri!"
Perkataan Ameera tidak ditanggapi oleh Liam.