NovelToon NovelToon
Dinikahi CEO REDFLAG

Dinikahi CEO REDFLAG

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:38.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Payang

Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.

One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.

Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Calon Isteri Saya

"Saya pulang sendiri aja, Pak... Tadi sudah pesan taxi online..."

Kiano menghentikan pergerakannya yang sedang memasukan barang-barang Samantha ke bagasi mobilnya, ia berbalik, menatap Samantha yang tidak mau melihat ke arahnya.

"Lihat saya."

"Tidak mau," tolak Samantha.

Kiano maju beberapa langkah, reflek membuat Samantha mundur.

"Aaaah!" Samantha cepat berpegangan pada lengan Kiano yang dengan sigap telah menangkap tubuhnya.

"Ceroboh," omel Kiano, sambil melepaskan tubuh Samantha hati-hati, setelah memastikan perempuan itu sudah stabil berdirinya.

"Ini juga gara-gara pak Kiano," Samantha membela diri, masih mengatur nafasnya yang memburu naik turun, jantungnya pun masih berdetak lebih cepat. Beberapa detik yang lalu, hampir saja ia terjatuh akibat kakinya tersandung batu bata yang ada dibelakangnya.

"Batalkan taxi onlinenya, saya yang antar kamu pulang."

"Tidak bisa, Pak. Taxinya udah datang," Samantha menunjuk taxi online yang baru memasuki gerbang rumah sakit.

"Kamu tunggu disini," Kiano beranjak.

"Jangan, Pak! Kasihan!" Samantha frustasi sendiri dengan kelakuan Kiano, ia cepat mengejar laki-laki itu yang sudah mencapai taxi pesanannya.

"Permisi, Bang. Pesanan ibu Samantha, komplek Perumahan Kebangsaan?" tanya Kiano, begitu si sopir menurunkan kaca jendelanya.

"Iya, benar, Mas." sahut si sopir tersenyum ramah.

"Berapa tarifnya, Bang?"

"Seratus dua puluh rebu, Mas."

Kiano mengeluarkan dompetnya, menarik uang kertas pecahan seratus ribuan dan lima puluh ribuan. "Buat Abang. Maaf ya, tidak jadi, saya yang jemput, dia isteri saya."

"Oh, iya. Gak papa, Mas. Setengahnya aja, anggap ganti bahan bakarnya saya kemari," si sopir tidak langsung menerima.

"Gak papa, Bang. Saya ikhlas kok." Kiano masih menyodorkan.

"Terima kasih banyak, Mas. Saya juga ikhlas kok, apalagi yang baru pulang dari rumah sakit pasti masih butuh biaya pemulihan," si sopir menarik lembaran lima puluh ribu.

"Permisi, Mas. Semoga isterinya cepat pulih ya," setelah berucap demikian, si sopir kembali menjalankan mobilnya, Kiano terpaku dibuatnya. Ini kedua kalinya ia berinteraksi dengan orang kecil yang tidak mau memanfaat keuntungan yang bukan haknya, setelah pengalamannya dengan si ibu penjual sayuran beberapa minggu lalu.

"Sopirnya pergi?" Samantha bertanya lirih, menatap taxi online pesanannya berjalan perlahan menuju arah utara, gerbang keluar.

"Iya," Kiano menoleh pada Samantha yang berdiri di sebelahnya.

"Tadi saya ingin membayar tarifnya, tapi dia hanya mengambil lima puluh ribu untuk bahan bakarnya saja," Kiano menunjukan pecahan seratus ribu yang masih di tangannya, sisa yang tidak diambil.

"Lain kali, apa-apa harus izin sama saya, kamu sudah jadi tanggung jawabku, mengerti?" Kiano kembali teringat topik pembicaraan awal mereka.

Samantha mengangguk, tidak mau berdebat.

"Kita pulang sekarang," Kiano meraih tangan Samantha dan membawanya pergi.

"Tapi, Pak... Saya nggak enak sama tetangga nanti kalau pak Kiano yang antar saya pulang," Samantha berusaha mengimbangi langkah panjang Kiano.

"Saya yang akan kasih tahu ke mereka kalau kamu adalah calon isteri saya," Kiano membuka pintu, Samantha terpaksa masuk.

"Ja-jangan, jangan bilang dulu ke mereka, Pak."

"Kenapa?" Wajah Kiano mengeras. "Kamu malu jadi calon isteri saya? Iya?"

"Bu-bukan begitu, Pak," tangan Samantha bergerak rusuh di depan wajahnya, tatapan tajam Kiano membuatnya takut.

"Lalu apa?" masih menatap tajam.

"Saya belum sepenuhnya bercerai, nanti apa kata orang-orang kalau saya ini sudah punya calon suami," Samantha mengemukakan alasannya dengan raut cemas.

Tatapan Kiano berubah datar. Tangannya menarik sabuk pengaman, memasangnya dengan hati-hati. Samantha menahan nafas, saat wajah Kiano hampir menempel di pucuk hidungnya.

"Kalau begitu, kamu hanya punya dua pilihan, langsung tinggal bersama saya atau tinggal bersama keluarga mas Antonio." Kiano menghidupkan mesin mobilnya, lalu menjalankannya perlahan, meninggalkan area parkir rumah sakit.

"Kenapa pilihan yang pak Kiano berikan selalu sulit?" Samantha menatap jengkel pada Kiano yang fokus mengemudi di sebalahnya.

"Saya tahu kamu pasti tidak mau memilih alternatif itu. Jadi, kita tetap pada alternatif pertama, kasih tahu para tetanggamu supaya tidak ada laki-laki lain yang mengganggumu termasuk mantan suami kamu. Karena, kamu adalah calon ibu dari anak-anak saya."

Samantha memijat pelipisnya. Inilah akibat balas dendamnya ke Elias waktu itu, buntutnya terlalu panjang, sampai bercabang kemana-mana. Rasanya ingin menyerah, tapi tidak tahu caranya.

...***...

Drrt. Drrt. Drrt.

Samantha cepat mengambil ponselnya yang bergetar di dalam tas.

"Kak Dona?" gumamnya, begitu melihat nama tetangga samping rumahnya itu tertera di layar ponselnya.

Ia sedikit menjauh, takut mengganggu pembicaraan antara Kiano dengan pak RT komplek rumahnya.

📞"Halo, Kak Dona..." sambut Samantha begitu telepon tersambung.

📞"Kamu kemana aja sih, Sa? Kok nggak pulang-pulang? Rumahmu yang gelap terlihat serem semalam, mobilmu juga nggak ada di garasi.

"Bukan hanya rumahku, hidupku juga seram saat ini, Kak," ingin rasanya Samantha mengadu begitu pada tetangganya yang sudah ia anggap seperti kakak perempuannya sendiri, tapi tidak mungkin ia lakukan, itu terlalu pribadi.

📞"Sa, kamu mendengarkanku, kan?" Dona bertanya, saat Samantha tidak kunjung berucap.

📞"Aaa... I-iya, Kak. Aku dengar, heee.... Maaf, tidak sempat ngabarin, aku dirawat di rumah sakit, Kak."

📞"Yaelah... Pake minta maaf segala, orang sakit ya mana bisa nelpon kasih kabar. Kan sakit?" Dona tertawa, merasa lucu sendiri mendengar ucapan Samantha. "Emang kamu sakit apa'an, Sa? Di rumah sakit mana? Kakak kesana!" mendadak Dona cemas, baru loading.

Samantha gantian tertawa, mendengar nada kepanikan dari tetangganya itu.

📞"Aku nggak papa kok, Kak. Ini sudah pulang, sudah di jalan, sebentar lagi sampai rumah."

📞Oh, syukurlah, Sa. Kakak memang cemas, kamu sekarang 'kan sendiri, semoga kamu selalu sehat ya... Kakak tutup dulu, tunggu kamu datang."

📞"Iya, Kak..."

Samantha mendadak ikut sedih mendengar nada sedih Dona di seberang sana, mood-nya cepat berubah. Selain faktor kehamilannya, mungkin ini juga karena pengaruh masalah besar yang tengah ia hadapi, cukup menyita fikirannya.

"Siapa yang telepon?"

Samantha berbalik, menemukan presisi Kiano tengah menatapnya penuh selidik.

"Kak Dona, tetangga sebelah rumah. Sudah selesai ngobrolnya dengan pak RT?" Samantha beralih memandangi pak RT-nya yang tengah tersenyum ramah seperti biasanya.

"Oh, kirain mantan suami kamu. Sudah selesai, ayo pulang," ajak Kiano.

"Jangan lupa kabari hubungan mas Kiano dan bu Samantha ke tetangga kiri kanan, ya. Supaya mereka tidak bertanya-tanya dan menimbulkan fitnah saat mas Kiano-nya ngapel." Pak RT berucap sambil tertawa.

"Siap, pak RT," sahut Kiano tanpa beban, ia ikut tertawa.

Samantha tersenyum canggung, hubungan barunya dengan Kiano sungguh menjadi beban fikirannya. Oh, Tuhan... Ini semua memang salahku yang ceroboh ketika itu! Samantha ingin meneriakan itu sekencang-kencangnya. Ia belum siap menghadapi semua resiko itu.

Begitu mobil Kiano memasuki pintu pagar rumah Samantha, Dona cepat-cepat menyusul.

"Sa..." Dona langsung memeluk Samantha, rasa cemas langsung menguap melihat tetangganya itu baik-baik saja.

"Kakak senang liat kamu sudah pulang, Sa," Dona mengurai pelukannya.

"Terima kasih, Kak." Samantha tersenyum, perasaannya penuh haru.

"Mas sopir, ma kasih ya, udah berbaik hati mengantar Samantha pulang," Dona memandangi Kiano yang baru selesai memasukan barang-barang Samantha ke rumah.

"Sama-sama, Kak Dona." Kiano tersenyum tipis,

"Eheumph!" Dona gelagapan, ini kali pertama sopir tampan itu memanggilnya seperti itu, biasanya selalu, "Bu-,"

"Ini, dari Samantha," Kiano menurunkan satu barang lagi dari bagasinya.

"Parcel?" Dona melihat barang itu, lalu beralih pada Samantha. "Ih, kamu itu ya, Sa. Baru pulang rumah sakit juga, udah kasih-kasih yang beginian, ah!"

Samantha tergelak melihat wajah manyun Dona.

"Udah lama jadinya, Kak. Aku baru ambil aja tadi, pas pulang. Bawa gih, anggap oleh-oleh karena aku nggak pulang semalam."

"Ya ampun.... Ma kasih banyak loh, Sa. Ini udah ketujuh kalinya Kakak dapet Parcel Lebaran dari kamu."

"Aduh... Kak Dona pake ngitung lagi," Samantha menepuk jidatnya sendiri.

Selama menjadi warga komplek, Samantha memang rajin menyisihkan rejekinya untuk para tetangganya, termasuk di saat menjelang lebaran, memberikan parcel-parcel sebagai tanda silaturahmi dan kebersamaan. 

"Bu Samantha, saya pamit dulu. Jangan lupa minum susu dan vitaminnya."

Samantha langsung pucat pasi mendengar ucapan Kiano, ingin rasanya ia berteriak karena marah, laki-laki itu sepertinya sengaja tidak memberinya ruang barang sedikit untuk bernafas.

Dona yang mendengar ikutan kaget, langsung berfikir jauh, seperhatian itu laki-laki itu pada Samantha. Belum juga rasa kaget Samantha dan Dona hilang, Kiano kembali berbicara.

"Kak Dona, saya titip bu Samantha ya, dia calon isteri saya sekarang."

Jedar!

Bersambung✍️

1
Zea Rahmat
obsesi nih cewekkk... kaga sadarr
NurAzizah504
Antara kasian dan ngakak deh aku /Facepalm/
Dewi Payang: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
NurAzizah504
Apa ini krna salting /Facepalm/
Dewi Payang: Salting di panggil Papio...
total 1 replies
NurAzizah504
Nah nahhhh
NurAzizah504
Mau ngehasut nih kayaknya
Dewi Payang: Sedikit..
total 1 replies
mama Al
lah yang nanya duluan tadi siapa?
Dewi Payang: /Facepalm//Facepalm/memang membagongkan....
total 1 replies
mama Al
ada Nada cemburu
Dewi Payang: Kayanya/Joyful/
total 1 replies
mama Al
nah iya betul
mama Al
seorang kiano bisa terjengkang juga
Dewi Payang: Saking anunya dengar di panggil Papio
total 1 replies
NurAzizah504
Mampuslah kamu /Facepalm/
Dewi Payang: /Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
NurAzizah504
Nadine mash mencoba peruntungan
NurAzizah504
Aku baru sadar kalo mrka ngomongnya mash formal gitu ya /Facepalm/
Dewi Payang: Formal banget/Facepalm/
total 1 replies
NurAzizah504
Lho, bukannya cowok pas makan keliatan kasian ya /Facepalm/
Dewi Payang: Keliatan kasian memang kak, jadi kesannya org baik/Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
NurAzizah504
Ehhh, mau jdi saingan nih ceritanya?
NurAzizah504
Bak model
Dewi Payang: Yup kak... aku pernah ketemu cewe Indo-Belanda di gereja, kurang 6senti lagi, 2 meter tingginya, dan keluaeganya gitu semua.
total 1 replies
NurAzizah504
Kalo udh tau, mau apa kamu? Awas kalo macem2
Dewi Payang: Nadine : hue langsung diancem🙈
total 1 replies
NurAzizah504
Kalo Non Muslim, puasanya kayak org Muslim juga kah? Ada sahur dan buka puasanya kapan kalo boleh tau? /Joyful/
Dewi Payang: Gak pake sahur kak, langsung puasa setelah makan malam. bukanya nanti pas mata hari terbenam, atau jam 6 sore. 😁😁😁
Tapi ada juga nih yg mulai jam 6 pagi, nanti tutup jam 6 sore, tergantung niat atau nazarnya kak.
total 1 replies
NurAzizah504
Lho, udh ga syuting lagi nih, Ind /Facepalm/
Dewi Payang: Indra : Wkwk/Facepalm/izin disini dulu, dipinjem author, aku kasian sama authornya/Facepalm/
total 1 replies
NurAzizah504
Tanda kutipnya typo, Thor
Dewi Payang: Ma kasih kak, otw perbaiki💪🏻
total 1 replies
NurAzizah504
Tuhan itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Selama hamba-Nya mau bertobat, Tuhan pasti akan memaafkan.
Dewi Payang: Amin... benar kak....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!