Tamat (Cerita belum di revisi, masih banyak kesalahan dan typo, mohon di maklumi yes)
Satya Satyawan, pria tampan, mapan dan kaya raya...
Risa Diandra, bocah SMA , cantik dan tomboy...
Satya dan Risa di jodohkan oleh orangtua mereka dan menyembunyikan status pernikahannya dari semua orang, kecuali mereka yang sudah tahu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Relaxaaa_id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19. Risa hilang ingatan.
BAB 19.
*** Istriku Bocah SMA ***
[Risa Diandra.]
Saat pertama kali aku membuka mataku untuk yang pertama kalinya yang entah sudah berapa lama terpejam. Bau obat obatan langsung memenuhi indra penciumanku, ruangan serba putih yang aku pikir adalah rumah sakit. Dan dua orang pria yang panik karena aku tidak mengenal mereka. Aneh, bukankah mereka berdua dokter?
"Risa kamu yakin tidak ingat dengan aku?" tanya pria berkemeja putih yang di gulung hingga siku dan rambutnya yang sudah acak-acakan.
"Siapa itu Risa?" tanyaku pelan seraya menggelengkan kepala.
"Dokter bagaimana ini? Risa bahkan tidak ingat dengan namanya sendiri!" pria itu berseru dengan tangan yang mengacak acak rambutnya kembali.
"Sabar Sat... "
"Bagaimana aku bisa sabar Dok... Risa hilang ingatan!" serunya kesal lalu berjalan keluar dari ruangan ini dan membanting pintu.
Pria yang memakai jas putih itu menatapku, menghela nafas panjang sebelum duduk di kursi dekat ranjangku.
"Bagaimana perasaanmu?" tanyanya.
"Baik."
"Syukurlah... Maafkan sikap pria tadi, dia hanya terlalu takut kehilangan kamu." ucapnya.
Aku mengerutkan dahiku bingung dengan ucapannya.
"Aku dokter Fero yang sudah merawatmu selama enam bulan tidak sadarkan diri atau koma dan pria tadi itu adalah suamimu... Dia yang susah payah siang malam menjagamu walaupun dia harus bekerja juga." jelasnya yang semakin membuatku bingung.
"Enam bulan, suami?" tanyaku bingung.
Dokter Fero mengangguk. "Ya kamu mengalami kecelakaan enam bulan yang lalu."
"Suami?"
"Ya Satya adalah suamimu... Ahh biar nanti Satya yang akan menjelaskan padamu, aku tidak berhak untuk itu." ucapnya lalu mengecek denyut nadi dan denyut jantungku.
Setelah selesai memeriksaku, dokter Fero pun keluar dari ruanganku. Aku memperhatikan sekeliling yang semuanya berwarna putih, bahkan gorden pun warnanya putih. Hanya bunga mawar di meja dekat ranjangku yang punya warna lain karena sofa di ruangan ini juga berwarna putih.
Aku merenggankan otot ototku yang terasa sangat kaku.. Ahh mungkin karena lama hanya berbaring di ranjang ini makanya semua terasa sangat kaku.
Krek... Anggap saja itu bunyi pintu terbuka.
Bunyi pintu ruangan terbuka langsung membuatku melihat kearah pintu, melihat siapa yang datang. Aku pikir yang datang adalah pria bernama Sat-- siapa tadi ya? Ahh entahlah aku lupa, yang pasti bukan Bang-Sat
Ternyata bukan dan orang lain yang datang dengan senyum lebar berjalan kearahku membawa keranjang buah.
"Hai... Suah lama aku tidak kesini, ternyata kamu sudah sadar... Satya kok tidak bilang sama aku ya." ucapnya dengan senyuman lebar yang membuatku bertanya. Apa dia tidak capek, senyum terus kayak gitu?
"Hai." balasku kaku seraya mencoba untuk tersenyum, namun tidak bisa. Rasanya bibir dan wajahku sudah mati rasa karena kelamaan aku koma kali ya.
"Datar banget sih Ris." tuhkan dia bahkan nyadar.
"Kamu sudah makan belum, aku kupasin buah ya?" tanyanya.
Aku menggelengkan kepalaku pelan karena aku memang belum makan kan? Jangankan makan, minum saja belum.
Pria yang aku belum tahu namanya itu beranjak mengupas buah apel dan memotong kecil kecil di piring yang entah dia dapat darimana.
"Silahkan dimakan tuan putri." ucapnya.
Aku menerima piring buah darinya dan berusaha untuk duduk, namun gagal karena sepertinya badanku masih terlalu kaku untuk di gerakkan.
Dengan cepat pria itu pun membantuku untuk duduk bersandar pada bantal yang dia taruh di belakangku.
"Terima kasih." ucapku.
"Pake senyum bisa kali. Itu muka dari tadi datar saja kayak jalan tol." ucapnya lalu tertawa sendiri.
Aku tersenyum tipis.
"Nah begitu dong senyum, kan tambah cantik. Liatnya juga enak." ucapnya.
"Kok tidak di makan, apa mau aku suapin." lanjutnya.
Aku menghela nafas pelan, lagi pula pria ini juga agak aneh. Bagaimana aku mau makan kalau dari tadi di ajak ngobrol terus.
"Eh?"
Aku menjauhkan wajahku kaget saat pria itu menyodorkan potongan buah apel yang dia tusuk pake sendok garpu kearahku. Aku yang menatapnya dengan wajah terkejut, sementara pria itu hanya menatapku dengan senyum lebar tanpa dosanya.
"Ayo, aku bantu kamu makan buah apel ini." ucapnya.
Aku ingin menolak, namun pria itu terus mendorong potongan apel itu kearah bibirku. Hingga mau tidak mau aku membuka mulutku untuk memakan apel itu.
Suapan berikutnya aku ingin mengambil alih garpu di tangannya, namun pria itu malah menjauhkan tangannya dariku.
"Biar aku yang suapin kamu."
"Tapi--
"Aaa.."
Aku mengunyah buah apel di mulutku dengan pelan, rasanya manis, tidak ada rasa asamnya sama sekali.
"Ngapain kamu disini?" tanya seseorang yang etah sejak kapan sudah ada di ruanganku.
"Ahh Satya ngagetin saja sih."
"Ngapain kamu disini?" tanya pria yang namanya Satya itu dengan angkuh.
"Jenguk Risa lah. Ngapain lagi. " balas pria yang duduk di kursi sebelah ranjangku dengan santai,bahkan dia kembali berusaha menyuapkan buah apel itu padaku namun pria bernama Satya itu menepisnya.
"Tidak perlu pake suap-suapan bisa kali!" sarunya kesal.
"Apaan sih Satya mah cemburuan akut deh."
"RENO!"
bahasanya kek umur 35an
25 sih masih abg 😷