Penderitaan yang di alami Lara di masa lalu membuatnya mendekap dalam penjara, namun beruntungnya Lara memiliki seorang kakak tiri yang tegas namun baik hati, akankah Lara jatuh hati pada kakak tirinya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weta anjelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18 Keluar penjara
Genap dua bulan sudah aku di penjara, tuhan masih ingin menolongku akhirnya awal bulan ini aku di nyatakan bebas dari tersangka
Persidangan akhirnya di menangkan oleh kuasa hukum yang berpihak kepadaku
Tuhan memang tidak pernah tidur, dia selalu mendengar doa ku, dia juga menakdirkan orang yang baik seperti kak Wendi
Entah bagaimana caranya aku harus membalas kebaikan kak Wendi, dia bagaikan malaikat penolong dalam hidupku
Jika bukan karena kak Wendi mungkin aku masih mendekap di penjara hingga saat ini
"Ayo pulang, tidak usah melamun di situ!" Ujar kak Wendi sedikit ketus
Aku terdiam saat kak Wendi mengajakku pulang, apa ibu ingin menerimaku? ahk itu tidak mungkin terjadi, ibu pasti tidak akan membiarkanku tinggal di rumah itu lagi
"Sebaiknya aku pergi dari kehidupan mereka, aku tidak ingin menyakiti perasaannya lagi"
"Kak Lara tidak akan pulang bersama kakak, biarkan Lara pergi kak, Lara tidak ingin menyakiti hati ibu dan Lili lagi!" Ujarku sedikit meneteskan air mata
"Kau mau pergi kemana malam-malam begini, kau tau aku tidak suka di bantah, naiklah cepat?" Ujar kak Wendi menyuruhku untuk naik di atas motor yang di kendarainya
Aku menganguk pelan, dan menaiki motor itu, ada rasa takut saat aku pulang kerumah, wajah ibu memarahi ku sudah terbayang di pikiran ku
Namun aku tidak berani membantah keinginan kak Wendi, aku paham sekali bagaimana kalau kak Wendi sampai Marah
Mau tidak mau aku terpaksa pulang kerumah atas keinginan kak Wendi, di perjalanan aku mencoba menghilangkan pikiran burukku, namun tetap saja terpapar jelas di pikiran ku
Di perjalanan kami tidak saling bicara, kulihat kak Wendi begitu fokus mengendarai motornya
Akupun tidak berani membuka mulut atau kak Wendi akan mamarahiku lagi
Tiba-tiba di perjalanan menuju desa motor yang di kendarai kak Wendi kempes, kulihat pukul sudah menunjukkan angka dua belas malam
Tukang tambal ban tidak ada lagi berkerja semalam itu, apalagi perjalanan menuju desaku itu cukup jauh dan sekelilingnya hanya ada perbukitan dan hutan lebat
Akhirnya kami memutuskan untuk mengiring motor saja, aku mengikuti kemana langkah kak Wendi pergi mengiringi motornya
Satu jam sudah kami di perjalanan, karena jalan yang begitu sulit jadi kami memutuskan untuk beristirahat
"Apa kau capek?" Ujar kak Wendi membuka pembicaraan
"Tidak Kak!" Ujarku sedikit pelan
Kak Wendi memalingkan wajahnya dari pandanganku, kami kembali saling mendiami.
Kulihat kak Wendi mengambil sesuaktu dari dalam tasnya
Kak Wendi mengeluarkan beberapa jenis makanan ringan, dan memberinya kepadaku
"Makanlah kau dari tadi belum makan!" Ujarnya sembari menatap ke tempat lain
Aku sedikit menganguk sembari membuka kue yang di bawakannya
"Dengar malam ini kita terpaksa harus menginap disini, cuaca mendung sebentar lagi pasti akan hujan!"
"Tapi dimana kak?" Aku sedikit bertanya heran pada kak Wendi
"Di gubuk atas bukit itu!" Ujarnya sembari menunjuk gubuk kecil yang berada di atas perbukitan itu
Aku sedikit terkejut mendengar perkataan kak Wendi, rasanya tidak mungkin sekali jika aku dan kak Wendi harus tidur di sana, bagaimana kalau terjadi sesuaktu atau alasnya gubuknya roboh?
Ingin sekali aku mengatakannya kepada kak Wendi tetapi aku tidak berani, aku takut kak Wendi akan membentakku lagi dan meninggalkan aku sendiri di sana
"Kakak yakin kita akan kesana?" Ujarku sedikit pelan
"Jangan banyak bicara, atau akan ku tinggal kau disini!" Ujarnya ketus kepadaku
Aku terdiam dan tidak melanjutkan pertanyan itu lagi, atau kak Wendi akan benar-benar neninggalkan ku sendiri di sana
Bergegas kak Wendi mengunci motornya lalu neninggalkannya terparkir begitu saja, bergegas pergi ke atas bukit yang ada gubuknya itu, aku mencoba mengikutinya dengan pelan
Awh,,,
Kaki sebelah kiriku tersangkut di salah satu akar yang ada di perbukitan itu
"Kau tidak apa-apa?" Ujar kak Wendi bergegas menolongku
"Kaki Lara sakit kak, kepatok batu!" Ujarku sembari menahan sakit
"Tunggu sebentar!"
Kulihat kak Wendi mengeluarkan obat merah yang ada di dalam tasnya dan meneteskan di kakiku yang terasa sakit itu
"Aw sakit kak!" Ujarku sedikit menahan rasa sakit
"tenanglah pelan-pelan bicaranya atau binatang buas sekitaran sini akan memburu kita, kau ngak lihat di sini hutan!" Ujarnya sedikit memarahiku
Kak Wendi membantuku untuk berdiri, dan memapahku ke atas menuju gubuk itu.