Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Bucin
Duta dan Farid berangkat menuju Pati untuk kaji banding. Duta ingin melihat sektor ekonomi dari kota Pati, yang dengan hasil lautnya yang melimpah bisa dikelola dengan baik oleh masyarakatnya. Duta ingin mencontoh dan menerapkannya pada kotanya.
Meskipun beda sektor, tapi Duta yakin jika menerapkan strategi yang sama mungkin bisa sama hasilnya. Perjalanan menempuh waktu 5 jam lebih. Itu belum kalau ada macet. Duta di mobil mempelajari kembali materinya. Dia juga mengecek ponselnya. Seperti orang yang sedang menantikan sesuatu.
Farid yang duduk di depan melihat bos nya itu. "Kenapa tidak coba ditelpon saja pak? Daripada galau begitu" ucap Farid memberi saran kepada Duta.
Duta menggeleng. "Gak lah bang, dia mintanya tidak ada komunikasi dan tidak saling bertemu. Biarkan takdir yang bekerja dengan caranya"
"Terserah bapak saja lah. Saya hanya memberi saran"
Duta memasukkan ponselnya kembali. Dia mulai gusar. Dia meraih kembali ponselnya. Membuat Farid yang di depan menahan tawanya. Duta melirik ke arah Farid.
"Gak usah ngejeeekk, belum tahu rasanya galau apa?" ucap Duta sambil mengetik pesan.
"Hahaha, bapak memang benar-benar sedang jatuh cinta tapi bingung cara mengungkapkannya. Semangat paaaaakkk" ucap Farid sedikit mengejek Duta.
Duta tak menggubris omongan Farid. Dia sibuk mengetik pesan. Dia menulis tapi menghapusnya kembali. Menulis lagi dan menghapusnya kembali. Bingung dengan apa yang harus ditulisnya.
Duta : Assalamualaikum Ay, abang hanya menepati janji abang untuk berkabar kepada kamu. Abang masih dalam perjalanan menuju Pati. Sebentar lagi sampai. Selamat beraktifitas, yang semangat ya Ay kerjanya. Wassalamualaikum
Send. Duta mengirim pesan kepada Laras. Ada rasa dihatinya yang ingin pesannya dibalas. Dia menunggu balasan pesan itu. Tapi tak kunjung ada. Dia seperti bocah ABG yang sedang menunggui pacarnya memberi kabar.
Duta menyerah. Dia meletakkan ponselnya kasar diatas dokumennya. Dia bersidekap dan memasang muka cemberut. Persis seperti anak kecil yang merajuk tidak dibelikan mainan oleh ibunya.
Sedang di rumah sakit Laras yang menerima pesan dari Duta juga bingung ingin membalasnya atau tidak.
"Balas, tidak, balas, tidak, balas" ucap Laras sambil menghitung kancing dress nya.
"Ih tapi kan aku sudah bilang tidak boleh ketemu ataupun berkomunikasi. Gengsi dong melanggar ucapan sendiri. Tapi kalau tidak dibalas nanti dia makin marah sama aku. Gimana ya?" Laras bingung dengan pilihannya.
"Huft, ternyata lebih sulit jatuh cinta daripada PR matematika. Eh, apa aku bilang barusan? Jatuh cinta? Aduuuhhh, Laraaas, tenang tenang tenang" Laras mengatur nafasnya dan meraih ponselnya.
Dia mengetik dan kembali menghapusnya. Persis seperti Duta yang juga galau tadi di dalam mobil.
Laras : Waalaikum salam bang, iya terima kasih sudah menepati janji. Hati-hati dijalan. Abang juga yang semangat kerjanya ya, jaga kesehatan. Jang lupa sholat dan makan. Wassalamualaikum"
Send.
Duta yang melihat ponselnya berbunyi segera melihat chat dari siapa. Seketika senyumnya mengembang di bibirnya. Pesan dari Laras masuk. Dia membacanya sambil tersenyum. Dibaca berulang-ulang dan tersenyum lagi.
Farid ikut tersenyum sendiri melihat tingkah Duta. "Pak bos sehat kah?" tanya Farid bercanda.
"Sangat sehat dong" ucap Duta sambil tersenyum.
"Pak bos benar-benar sudab menjadi bucin ya pak Pri? Lihat lah pak, beliau senyam senyum sendiri sambil melihat ponselnya" ucap Farid kepada pak Pri.
Pak Pri hanya tersenyum.
"Memang apa sih pak isinya sampai begitu banget senengnya?" Jiwa kepo Farid sudah mulai begejolak.
"Dia bilang hati-hati, kerjanya yang semangat, jangan lupa makan dan sholat" jawab Duta masih dengan senyum merekahnya.
"Aiiihhh, si bapak. Itu mah biasa aja pak"
"Biasa bagi yang tidak jatuh cinta. Beda dong kalau yang sedang jatuh cintaa" elak Duta membungkam Farid.
.
Laras menyelesaikan pasiennya dengan cepat. Nina membawakannya makanan karena sudah waktunya makan siang.
"Dok, dapat pesan dari suster Dila, besok mamah nya Riana bisa untuk menjenguk anaknya. Gitu katanya" ucap Nina menyampaikan pesan dari Dila.
"Jam berapa Nin?" tanya Laras.
"Yaaaahh, saya lupa tanya dok" balas Nina sambil tepok jidat.
"Ya sudah nanti saya tanya ke suster Dila langsung. Makasih sudah disampaikan pesannyaaa"
"Sama-sama. Itu dokter Ais pingsan apa gimana dok? Kok daritadi tidur gak bangun-bangun" ucap Nina.
"Bentar lagi pasti bangun" jawab Laras datar.
Jeng jeng jeng...., Ais sudah rapi dan lebih segar daripada pagi tadi. Dia akan bangun ketika mencium bau makanan.
"Ras, kakak pinjem hp sama carger kamu dong. Kakak mau ngasih tahu mamah kalau hari ini kakak gak pulang. Mau evaluasi pasien yang kemarin" ucap Ais menyodorkan tangannya.
Laras memberikan ponselnya.
"Aaaa" ucap Ais minta disuapi oleh Laras
"Hih, kakak nih kebiasaan. Makan sendiri kek"
"Tangan kakak lagi sibuk buka hp kamu dek. Lupa pasword nya. Apa sih?" tanya Ais sambil mengunyah makanan yang disuapkan oleh Laras.
"Ayuay12"
Ais mengetikkan kode itu dan kuncinya terbuka. Seketika dia melihat pesan yang belum ditutup oleh Laras. Dia membaca dan tersenyum.
"Cieeee, udah mulai perhatian aja nih. Kemajuan dong yaaaa" ledek Ais kepada Laras.
"Apa sih dok? Gak ngerti saya" ucap Nina.
"Nin, bos mu kayaknya sedang falling in love deh" Ais melirik Laras yang mukanya sudah merah.
"Balikn hp Laras!"
"Bentar dong, belum juga kakak minta pulsa kamu. Makanya kalau habis chat itu ditutup. Bukan salah kakak dong kalau kebacaaaaa. Ihirrr, cie cie cie" goda Ais semakin membuat merona Laras.
"Maksudnya gimana sih? Saya beneran gak ngerti deh" ucap Nina lagi.
"Nin, kamu tahu wajah pak bupati kan? jadi nanti kalau ada pak Bupati kesini, tahu kan Nin dibawa kemana?" tanya Ais kepada Nina.
"Tahu, kenapa?" Otak Nina mulai bekerja. "Wait, jangan dijawab dok, Dokter Laras falling in love sama pak Bupati Duta??? Waw. saya ketinggalan berita dong!" jawab Nina cepat.
"Doain aja mereka jadi ke pelaminan Nin" goda Ais kembali.
Laras memanyunkan bibirnya dan bersidekap.
"Hahaha, dokter malu yaaaa? Ih beneran jatuh hati kalau ini" goda Nina kepada Laras.
"Sok tahu kamu Nin" sanggah Laras.
"Eits, kalian lupa Nina ini diberi julukan apa? Amoy dari barat. Nina lebih berpengalaman soal cinta dokter-dokter cantiiiik. Ketahuan sama saya mana yang benar-benar jatuh cinta. Mana yang pura-pura" jelas Nina.
"Terus menurutmu Laras jatuh cinta sama pak Bupati kita gak?" tanya Ais.
"Mmm, sebentar Nina terawang dulu"
"Haishh, apaan sih kalian. Kakak cepet balikin ponsel Laras"
"Mmmm, dokter Laras bakalan jatuh cinta nih sama pak bupati. Aye aye"
"Hish sok tahu banget sih kamuuuu. Tahu darimana?" sanggah Laras kembali.
"Dokter, lihat mata dokter aja itu udah ketahuan. Iya apa iya?"
Laras diam tak menjawab pertanyaan Nina. Dia membuang muka sambil bersidekap.
.
.
.
Like
Vote
Komen (kencengin please 😁)
Tip
Mbak Ay perhatian banget sama bang Dut. Mau dooong diperhatiin beginiiii. Wkwkwkw
😂😂😂