Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
"Mas......"
"Hmm?" Ronald mencium punggung tangan istri cantiknya yang ia genggam.
Apakah aku harus bilang tentang penculikannya Archie? Archie hampir diculik dan Amos yang menyelamatkan Archie. Kalau aku katakan itu, Mas Ronald pasti nanya kok aku bisa bareng dengan pemuda yang bernama Amos itu? Aku harus jawab apa? Agnes menggelengkan kepalanya, nggak, nggak usah bilang aja, toh, semua penculiknya Archie sudah diringkus polisi..
"Ada apa?" Ronald kembali mencium punggung tangan istrinya.
"Emm, siapa mister A?" Agnes memilih menyemburkan pertanyaan ini.
"Dia klienku yang aku temui di Bali. Kenapa emangnya?"
"Pas ponsel kamu ketinggalan, ia kirim pesan gambar tangan cewek pakai gelang dan ada pesan, terima kasih gelangnya sudah aku pakai"
"Oh, itu anaknya. Anaknya udah nolong aku memenangkan proyek lalu aku kasih gelang untuk ucapan terima kasih"
"Hanya ucapan terima kasih?"
"Iya" Jawab Ronald dengan tegas sambil menoleh sekilas ke Agnes.
Agnes menemukan kejujuran di bola mata Ronald.
Mas Ronald jujur dan tidak gugup. Berarti ia tidak selingkuh, kan? Aku yang berpikir berlebihan. Gumam Agnes.
Aku tidak bohong karena waktu itu aku hanya berterima kasih ke Alexa. Batin Ronald.
Justru aku yang sudah...........Agnes menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? Kamu pusing?" Ronald melirik istri cantiknya.
"Nggak, Mas. Aku hanya ngantuk"
Ckiiitttt!!!!! Ronald mengerem dadakan mobil mewahnya saat mobil Van hitam berhenti dadakan di depan mobil mewahnya.
Ronald masih menunggu di dalam mobil saat lima orang berbadan besar dan bersenjata keluar dari dalam mobil Van itu.
"Mereka siapa, Mas?" Tanya Agnes dengan wajah ketakutan.
"Kamu tunggu di dalam mobil. Jangan keluar!" Ronald mengusap lembut rambut Agnes.
"Kamu jangan keluar, Mas! Telpon polisi aja"
"Aku harus keluar. Tenang saja" Ronald berkata sambil membuka pintu mobil.
Saat Ronald menutup pintu mobil, Agnes menoleh kaget ke pintu di sebelah kirinya dan membeliak kaget saat seorang pria menekankan sapu tangan ke hidungnya. Agnes sempat mendengar suara teriakan suaminya, "Jangan sentuh Istriku!" Sebelum Agnes jatuh pingsan.
Tanpa terasa malam hari pun tiba. Amos mulai khawatir karena Agnes belum kembali ke rumahnya untuk menjemput Archie dan ponselnya Agnes tidak bisa dihubungi sementara mobilnya Agnes yang dipasangi alat pelacak, Amos temukan berada di rumahnya Agnes. Agnes sudah pulang tapi kenapa tidak menjemput Archie dulu? Meskipun khawatir, Amos tidak menunjukkan kekhawatirannya ke Archie, ia terus asyik mengajak Archie bermain dan Archie ternyata anak yang sangat sabar selain sangat pintar. Ia tidak merengek menanyakan mamanya.
Di jam makan malam, Archie duduk di meja makan dan dikelilingi anak buahnya Amos. Semua anak buahnya Amos tersenyum lebar ke Archie. "Itu Om Bas, itu kembarannya Om Bas namanya Om Gas......"
Archie tertawa renyah, "Omnya lucu-lucu namanya"
"Ih kok gitu manggilnya?" Bagaskara menyemburkan protes.
"Iya, diketawain anak kecil, tuh" Baskara mengerucutkan bibir.
Rama dan Doni tertawa ngakak.
Ratna dan Aurora yang muncul dari dapur menyusul tertawa. Ratna duduk di sebelahnya Archie dan Aurora duduk di sebelahnya Bagaskara karena tersisa satu ngaku saja yang kosong. Bagaskara memang sengaja menyediakan satu bangku kosong di sebelahnya untuk Aurora.
"Jangan duduk di bangku ini biar Rora gampang ambil nasinya!" Ucap Bagaskara di sepuluh menit yang lalu dan semua temannya mengangguk setuju.
Aurora langsung berucap saat pantatnya menyentuh bangku meja makan, "Itu Om Mama dan itu Om Nini"
"Wah Abang sama adik sama aja ternyata, lebih parah adiknya malah, bisa-bisanya aku dipanggil mama, hiks!" Rama melengkungkan bahunya ke depan dan Doni melotot kaget sambil menyemburkan, "Emang Gue nenek-nenek dipanggil Nini, ish!"
Semua tertawa ngakak dan Ratna langsung berucap, "Sudah, makan dulu"
"Baik" Sembur semuanya dengan kompaknya.
Ratna lalu mengusap kepala Archie dengan senyum penuh kasih sayang, "Makan yang banyak ya, Archie"
Archie menoleh ke perempuan manis paruh baya di sebelah kirinya dan berucap dengan wajah penuh senyum, "Tentu, Oma karena masakan Oma enak banget"
"Wah, pinternya. Oma boleh cium pipi kamu?"
Archie mengangguk dengan senyum yang semakin lebar.
Ratna mencium pipi Archie dengan penuh kasih sayang.
Aurora nyeletuk, "Habis ini ajari Kak Rora main catur, ya, Archie"
Archie mengarahkan pandangannya ke Aurora lalu mengangguk dengan senyum lebar.
Bagaskara sontak menoleh ke Aurora, "Ra, kamu suka cowok tampan tapi pinter atau cowok jelek tapi nggak pinter?"
Alis Aurora sontak menukik tajam dibarengi gelak tawanya Amos, Rama, dan Doni.
Kepala Bagaskara kena toyoran telunjuk Baskara, "Bukan gitu pertanyaannya tol......"
"Ada anak kecil, jaga bicara!" Cetus Ratna.
Baskara menoleh ke Ratna, "Ah, iya, Tante, maaf"
"Lalu gimana nanyanya?"
Archie menyahut, "Kak Rora yang cantik, kakak milih cowok jelek tapi pengertian apa cowok tampan tapi tidak pengertian? Nah begitu pertanyaannya, Bang"
"Tuh, Kak Bagas kalah pinter tuh sama Archie" Rora mengulum bibir menahan geli.
Semua mata tertuju ke Archie yang sedang mengulum bibir menahan geli.
Bagaskara yang mengerucutkan bibirnya.
"Nah apa jawabannya Rora?" Tanya Doni.
"Pilih jelek tapi pengertian"
"Fix, Rora sukanya sama aku. Aku, kan, jelek tapi pengertian" Doni mengusap dadanya dengan cengiran lebar.
Pletak! Sendok yang dilemparkan oleh Bagaskara mendarat sempurna di jidat Doni.
Doni meringis kesakitan sambil melemparkan sendok ke Bagaskara tapi sendok itu justru mendarat di jidatnya Baskara. Baskara melotot kesal.
"Nggak bagus lempar-lempar di meja makan, Bang" Cetus Archie.
"Tuh denger! Anak kecil aja tahu nah kalian yang udah gede malah kayak anak kecil, ish!" Ratna mengusap dada dan menggelengkan kepala.
"Kalau begitu aku pilih Archie aja, udah tampan, pinter, baik pula, sempurna" Celetuk Aurora.
Archie tersenyum lebar ke Aurora, "Terima kasih untuk pujiannya, kak"
Bagaskara sontak menyipitkan matanya ke Archie, hiks! Kenapa sainganku anak sekecil itu, hiks!
Makan malam di rumahnya Amos diakhiri dengan tawa bahagia. Ratna menggandeng Archie ke ruang tengah sementara Aurora, Amos, dan semua anak buahnya Amos sedang mengantre untuk mencuci piring dan gelas mereka masing-masing. Kali ini giliran Aurora yang mencuci piring dan gelas mamanya ditambah punyanya Archie untuk itulah gadis remaja yang sangat cantik itu berada di barisan pertama.
Setelah selesai, Amos dan semua anak buahnya pamit untuk rapat di markas bersama atasan mereka.
...♥️♥️♥️♥️...
Agnes terbangun dengan kondisi terikat kedua tangan dan kakinya. Agnes mencoba bergerak dengan wajah panik saat ia menemukan dirinya terbaring di atas ranjang dan berada di dalam kamar yang belum pernah ia lihat. Agnes berhasil menjatuhkan tubuhnya di lantai, bugh!
Agnes mencoba untuk berdiri dan saat ia sudah berhasil berdiri, ia meloncat-loncat ke meja rias untuk meraih gunting kecil yang ada di atas meja rias. Ini kamar cewek? Ada meja rias dan warna temboknya pink. Gumam Agnes sambil meloncat-loncat dan mengedarkan pandangannya.
Agnes bersusah payah meraih gunting lalu berusaha keras menggunting ikatan di pergelangan tangannya dengan gunting itu lalu ia berjongkok untuk melepas ikatan di pergelangan kakinya setelah ikatan di pergelangan tangannya terputus.
Agnes duduk selonjor sebentar untuk menghela napas panjang lalu berusaha berdiri kembali sambil bergumam, "Jangan keluar lewat pintu. Coba lewat balkon saja" Dengan kaki telanjang Agnes berlari ke pintu sliding, bersyukur karena pintunya tidak terkunci lalu ia bergegas melongok ke pembatas besi yang mengelilingi balkon. "Tidak tinggi ternyata" Agnes kemudian melompati pagar besi pembatas balkon dengan buru-buru saat ada dua orang pria berteriak, "Jangan lari!!!!!"
Kedua pria itu berdecak kesal saat tawanan mereka berhasil melarikan diri menuju ke kebun jagung.
Agnes berhasil menemukan balik kayu cukup besar dan kokoh, ia dekap balok kayu itu lalu melanjutkan laju larinya. Saat lengannya dicekal dari belakang, Agens refleks berputar ke belakang sambil mengayunkan balik kayu itu dan orang yang mencekal lengannya langsung terjatuh ke tanah. Agnes berjongkok untuk merogoh semua saku pria itu dsn tersenyum senang saat ia menemukan ponsel. Ia bergegas memasukkan nomer suaminya, tiga kali teleponnya tidak diangkat. Lalu, ia memasukkan nomer ponsel kedua yang ada di benaknya.
Amos langsung mengangkat panggilan telepon saat layar ponselnya menampilkan nomor asing, "Halo? Siapa ini?"
Suara Agnes terdengar serak dan sangat lirih, "Cepat tolong aku!" Napas Agnes pun terdengar menderu.
"Nes, kamu kemana aja? Archie nyari kamu......"
"Aku sudah share lokasi......."
Tur, tut, tut, tut. Begitu panggilan telepon dari Agnes terputus, Amos langsung berlari ke mobilnya dan meninggalkan semua anak buahnya begitu saja.
Dua jam kemudian,
Seorang perempuan menggelinding dari atas bukit dan terjatuh di aspal dengan posisi tengkurap.
Amos mengerem mobilnya dadakan.
"Semoga itu bukan Agnes"
Amos mengucapkan hal itu untuk menenangkan dirinya, lalu membuka pintu mobil dengan tangannya yang bergetar dan keluar dari dalam mobilnya. Di sudut sorotan lampu depan mobilnya, terlihat ada sosok yang tengkurap. Sekitar lima meter di depan mobilnya.
"Apa kau baik-baik saja?" Amos dengan tergesa-gesa menghampiri wanita tersungkur itu.
"Kuatkanlah dirimu" Amos mengangkat kepala wanita tersebut dan memeluknya.
Amos terkesiap melihat wajah wanita yang terlihat sangat putih. Hidungnya pun sangat mancung. Kecantikan wanita tersebut sungguh mengejutkan siapapun yang melihatnya. "Agnes?"
Amos melihat ke bawah dan menemukan rok Agnes robek, kemeja yang dikenakannya dipenuhi lumpur. Bukan hanya itu. Agnes tidak mengenakan sepatu ataupun sandal. Pada kaki telanjangnya itu selain lumpur, kakinya juga penuh lecet.
Apa ini berarti Agnes lari di pegunungan dengan kaki telanjang? Tapi, kenapa........
Amos melihat telapak tangan Agnes terbuka pelan dan ponsel Agnes merosot turun terjatuh ke aspal.
Setelah memastikan Agnes masih bernapas, Amos langsung membopong Agnes lalu berlari ke mobilnya sambil bergumam, "Ayolah Agnes! Stay with me. Jangan menyerah!"
Setelah membaringkan Agnes di jok belakang mobil, Amos bergegas kembali ke jok kemudi lalu buru-buru tancap gas.
Perjalanan ke rumah sakit terdekat umumnya ditempuh dalam waktu setengah jam, tapi Amos sampai di pintu UGD rumah sakit terdekat dalam waktu lima belas menit saja. Jangan ditanya segila apa ia mengebut karena mengkhawatirkan kondisi Agnes.