Rendra Adyatama hanya memiliki dua hal: rumah tua yang hampir roboh peninggalan orang tuanya, dan status murid beasiswa di SMA Bhakti Kencana—sekolah elite yang dipenuhi anak pejabat dan konglomerat yang selalu merendahkannya. Dikelilingi kemewahan yang bukan miliknya, Rendra hanya mengandalkan kecerdasan, ketegasan, dan fisik atletisnya untuk bertahan, sambil bekerja sambilan menjaga warnet.
Hingga suatu malam, takdir—atau lebih tepatnya, sebuah Sistem—memberikan kunci untuk mendobrak dinding kemiskinannya. Mata Rendra kini mampu melihat masa depan 24 jam ke depan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilo Ginting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18. Benteng Rahasia dan Serangan Jual Singkat
Ruko kecil di Jakarta Timur bukan hanya properti, melainkan Benteng Rahasia bagi Rendra. Lantai bawah, yang ditutupi oleh alibi toko vape yang sepi, berfungsi sebagai fasad. Lantai atas adalah jantung operasionalnya: kantor analisis yang kedap suara, berlapis baja ringan, dan dipenuhi teknologi yang disembunyikan.
Di sana, di balik pintu baja dengan kode akses yang rumit, Rendra akhirnya bisa bernapas tanpa perlu menjaga peran siswa miskin. Ia memiliki dua laptop gaming kuat—satu untuk analisis bursa dan Visi nya, satu lagi khusus untuk jaringan pribadi dan enkripsi data. Keamanan digital adalah prioritas utamanya, terutama setelah peringatan Pak Bima dan kecurigaan Tuan Wirawan.
Perencanaan Serangan Jual Singkat (Short Selling)
Dengan modal likuid tersisa sekitar Rp250.000.000, Rendra harus membuat keputusan finansial yang bukan hanya menghasilkan uang, tetapi juga menciptakan gejolak yang dapat ia manfaatkan. Ia tidak akan lagi bermain di saham Wirawan. Kali ini, ia akan menyerang target Wirawan.
Rendra membuka file W Network dan mengintegrasikannya dengan Visi nya. Ia menemukan target yang sempurna: PT Mitra Sejahtera (MTSA), sebuah perusahaan konstruksi menengah yang menjadi pesaing utama Ayah Clara di tender properti dan kini menjadi sasaran tekanan politik dari kandidat Partai Merdeka yang didukung Wirawan.
Rendra melihat dalam Visi nya: dalam waktu sepuluh hari, MTSA akan menghadapi pemutusan kontrak besar di Sumatra Utara akibat intrik politik Wirawan, diikuti oleh penurunan rating kredit yang signifikan. Kejatuhan harga saham MTSA akan tak terhindarkan.
MTSA adalah target ideal untuk Jual Singkat (Short Selling). Ini adalah strategi yang sangat berbahaya: meminjam saham dari broker, menjualnya, dan berharap harga saham itu turun sehingga ia bisa membelinya kembali dengan harga lebih rendah (mengembalikan pinjaman) dan mengantongi selisihnya.
Rendra mengalokasikan Rp200.000.000 dari modalnya untuk operasi Short Selling ini.
Ia tidak bisa menggunakan akun broker lamanya karena sudah diawasi. Rendra menggunakan koneksi terenkripsi untuk membuka akun broker anonim baru, yang dikelola dari bunker rukonya. Dalam waktu 48 jam, ia berhasil meminjam dan menjual singkat saham MTSA dengan harga tinggi.
Kini, Rendra harus menunggu sepuluh hari, memantau pergerakan politik Wirawan, dan menunggu badai finansial di MTSA terjadi. Ia tahu, jika MTSA runtuh, Ayah Clara (sebagai pesaing terdekat MTSA) akan mendapat tekanan besar—tetapi sekaligus membuka peluang besar bagi Wirawan. Rendra harus siap memanfaatkan kejatuhan ini.
Umpan Balik Kritis dan Kedekatan dengan Elena
Tepat setelah Rendra menyelesaikan operasi Short Selling-nya, email dari Elena masuk. Kali ini, nadanya berbeda.
Rendra. Solusi birokrasi yang kau berikan di Badan YY benar-benar memotong waktu tunggu 60 hari menjadi tiga hari. Itu menyelamatkan proyekku dari penundaan yang fatal.
Aku tidak tahu bagaimana kau tahu tentang Lampiran D dan prosedur Badan YY, tetapi itu lebih dari sekadar analisis angka. Aku berterima kasih.
Setelah baris ucapan terima kasih yang langka itu, Elena menambahkan pertanyaan:
Bisakah kau melihat apa yang membuat Ayahku sangat tertekan saat ini? Ini tidak ada hubungannya dengan proyek Wirawan. Ini masalah pribadi, dan itu memengaruhi kemampuanku bekerja.
Rendra tersenyum. Game is on. Elena, yang dingin dan tertutup, kini meminta bantuan pribadinya, melanggar perintah Wirawan. Rendra telah menembus dinding profesionalismenya.
Rendra memfokuskan Visi nya pada masalah pribadi Ayah Clara. Ia melihat Ayah Clara tengah berjuang dengan kasus penggelapan pajak yang disiapkan oleh lawan politik lama. Kasus ini sangat rahasia, belum terekspos ke media.
Rendra membalas email Elena, memadukan fakta yang ia lihat dengan bahasa analisis yang dingin:
Nona Paramita. Tekanan pada Ayah Anda bukan masalah proyek, melainkan masalah yang berasal dari catatan finansial masa lampau. Kasus ini akan memuncak dalam lima hari dan dapat melibatkan otoritas pajak. Anda harus segera menanganinya secara proaktif, karena ini bisa merusak reputasi seluruh keluarga.
Rendra tidak menawarkan solusi. Ia hanya memberi Elena informasi mentah yang hanya diketahui segelintir orang. Ini untuk membangun kepercayaan mutlak, bukan hanya sebagai asisten, tetapi sebagai sumber informasi utama yang lebih unggul dari Wirawan.
Bayangan di Dunia Maya
Di tengah semua aktivitasnya, Rendra tidak pernah lengah terhadap ancaman Wirawan.
Di dashboard server analisisnya, ia melihat adanya upaya ping yang berulang-ulang dari sebuah IP mencurigakan. IP itu mencoba mencari celah di jaringan VPN berlapisnya.
Rendra segera mengaktifkan protokol pertahanan. Ia tidak memblokir IP itu, melainkan mengalihkannya ke jaringan umpan (honeypot)—sebuah server palsu yang berisi data-data menyesatkan dan file yang sudah kadaluarsa.
Ia menggunakan Visi nya untuk memprediksi sumber serangan itu. Ia melihat seorang pria muda, berjaket hitam, duduk di kantor teknologi Wirawan, mencoba meretasnya.
Rendra tersenyum dingin. Wirawan sedang mencoba mengikatnya, tetapi Rendra sudah dua langkah di depan. Dia menggunakan orang-orang Wirawan untuk melakukan pekerjaan kotor, sementara Rendra membangun kekayaan dan mengumpulkan informasi dari dalam.
Rendra kembali ke kursinya, menatap grafik MTSA yang mulai menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Dalam sepuluh hari, MTSA akan runtuh, Rendra akan untung besar, dan Ayah Clara akan menjadi target yang lebih besar.
Rendra tahu, ia harus bergegas. Uang hasil Short Selling MTSA harus digunakan untuk memutus ikatan Ayah Clara dengan ancaman pajak yang Elena coba selesaikan, sekaligus menghentikan rencana pindah Clara.
Tujuan Rendra kini jelas: Menjadi sangat kaya, sangat cepat, untuk membeli kebebasan keluarga Paramita dari tangan Tuan Wirawan.
Semangat Thor