NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:596
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RITME JIWA TERLARANG

“Rael!!” teriak Jae-hyun dengan suara serak. Ia segera berlari, lututnya menghantam lantai keras saat ia menunduk di sisi tubuh gadis itu. Tangannya gemetar saat membalik tubuh Rael pelan, menepuk pipinya yang dingin, “Rael… buka matamu… ya Tuhan, buka matamu!”

Namun Rael hanya mendengus lirih, napasnya pendek. Bibirnya bergerak pelan, membentuk senyum samar di antara noda darah.

“Lihat… aku masih hidup,” katanya pelan, hampir seperti gumaman mimpi.

Hyeri dan teman-temannya, yang masih berdiri di sudut ruangan, membeku. Salah satu dari mereka berbisik dengan wajah pucat,

“Dia… dia masih bisa tersenyum…?”

Tatapan Jae-hyun menembak ke arah mereka,tajam, dingin, penuh kemarahan.

Keringat dingin menetes dari pelipis Hyeri saat mata Jae-hyun bertemu dengannya.

“Shibal sekkiya…” umpat Hyeri dalam suara gemetar, “Kenapa dia harus datang…”

Begitu langkah Jae-hyun berdiri, mereka semua tahu itu waktunya lari.

Hyeri menarik tangan teman-temannya dan berteriak, “Cepat keluar dari sini!”

Suara langkah mereka berlarian keluar, menyeret ketakutan mereka bersama. Hening menggantung sesaat setelah pintu menutup rapat.

Jae-hyun menatap Rael,matanya lembut namun penuh amarah yang tertahan. Ia menatap darah di tangan dan seragamnya yang sobek.

“Kenapa kau tidak melawan?” suaranya serak, tertahan di tenggorokan.

Rael membuka matanya pelan, memandang Jae-hyun dari bawah.

“Mereka cuma manusia, Jae-hyun. Aku tak perlu takut pada kematian… karena aku sudah mati berkali-kali.”

"Jae-hyun menatap tubuh Haeun yang terbaring tengkurap di lantai, darah mengalir di sela rambutnya. Napasnya memburu, matanya menyala penuh kekhawatiran.

“Rael…” bisiknya pelan, namun suaranya tegas. “Aku tidak khawatir apakah kau mati atau tidak. Aku hanya peduli pada tubuh ini… tubuh Haeun. Kenapa kau membuatnya terluka? Kenapa kau memaksanya merasakan sakit ini? Baru sehari kau berada di dalamnya, dan kau sudah melukai Haeun…”

Di saat itu, Rael yang menguasai tubuh Haeun menatap Jae-hyun dengan mata yang menyala, rasa marah dan kecewa membuncah dalam setiap gerakannya. Ia menatap lekat, tubuhnya ingin menjauh, namun Jae-hyun melangkah cepat dan menahan Haeun di pelukannya, menggendong tubuh itu dengan hati-hati.

“Jangan bergerak,” ucap Jae-hyun dingin tapi lirih, seolah menenangkan badai yang ada di dalam diri Rael. Tubuh Haeun bergetar, bukan karena sakit yang parah, tapi karena setiap sensasi di tubuhnya kini terasa lebih hidup,dan Rael pun merasakan setiap luka itu, sedikit demi sedikit.

“Rael… aku hanya ingin kau menjaga tubuh ini… kau harus melindunginya, setidaknya untuk saat ini,” ucap Jae-hyun, suaranya nyaris pecah oleh kekhawatiran, namun tetap tegas.

"Rael menatap Jaehyun dengan mata yang sedikit menyipit, napasnya masih berat. Suaranya penuh rasa kesal. "Ternyata kau hanya mengkhawatirkan Haeun. Kau sama sekali tidak peduli padaku," ucapnya, nada itu menggantung penuh amarah.

Jaehyun tetap menatapnya, wajahnya dingin tapi ada sedikit rasa bersalah yang tak ia tunjukkan.

Rael menolak digendong lebih lama. "Turunkan aku sekarang! Aku bisa berjalan sendiri. Aku tidak butuh bantuan manusia rendahan seperti kamu," katanya, langkahnya berusaha mantap meski tubuhnya masih lelah.

Jaehyun memandangnya sebentar, lalu perlahan melepaskan genggamannya, membiarkan Rael melangkah di depan. Hati kecilnya masih gelisah, tapi ia tahu Rael memang mampu menjaga dirinya sendiri, meski ada rasa sakit yang tersembunyi dalam diamnya.

"“Rael, kita harus ke rumah sakit,” suara Jae-hyun terdengar tegas, tapi getaran khawatir tak bisa ia sembunyikan. Ia menatap wajah Rael yang pucat, darah kering menempel di rambut dan bajunya, tubuhnya tetap tenang meski baru saja melalui siksaan.

Rael menoleh pelan, senyum tipis terukir di bibirnya. “Jangan hiraukan aku, Jae-hyun,” ucapnya lirih namun penuh ketegasan. “Aku akan pergi ke suatu tempat dan kau tidak boleh mengikutiku.”

Jae-hyun mengerutkan kening, napasnya tercekat. “Maksudmu apa? Jangan pergi sendiri.”

Rael menatapnya dalam-dalam, matanya seperti menelan cahaya di lorong itu. “Pergilah ke pemakaman eomma nya haeun, iblis seperti ku tidak pantas berada di sana, karena yang membunuh dia adalah aku, itulah akibatnya jika dia bersekutu dengan ku, kematian akan merenggut nyawanya.

Langkahnya perlahan, punggungnya menyentuh dinding dingin lorong. “Aku ingin mencari ketenangan. Malam ini aku tidak akan kembali ke rumahmu.”

Jae-hyun menahan napas, hening menyelimuti lorong, udara seakan ikut menahan langkah Rael. Sebelum hilang sepenuhnya, Rael tersenyum samar, dan dengan suara pelan, hampir tak terdengar, ia berbisik, “Masih ada sesuatu yang harus kulakukan.”

"Malam menelan jalanan, hanya lampu jalan yang memercikkan cahaya keemasan di aspal yang basah. Jae-hyun melangkah perlahan, matanya tak lepas mengikuti sosok Rael yang bergerak di depan, bayangan tubuhnya terdistorsi oleh cahaya yang redup.

“Haeun… maafkan aku,” bisik Jae-hyun, suaranya bergetar meski ia berusaha terdengar tenang. “Aku tak bisa berada di sisi Eomma-mu saat terakhir… Rasanya semua yang menimpa dirimu, seakan… karena dia.”

Rael menoleh sebentar, senyumnya tipis, penuh rahasia. Ia tahu Jae-hyun mengikutinya, tapi pura-pura tak menyadari. Langkahnya ringan, seolah menari di antara bayangan, membuat Jae-hyun semakin penasaran dan cemas.

" aishh.... kenapa dia malah mengikuti ku!! " gumam rael sedikit kesal. " namun seperti nya akan menyenangkan... " sambung nya kembali sedikit tersenyum.

"Jae-hyun berlari di antara bayang-bayang malam, matanya tetap fokus mengikuti sosok Rael yang bergerak lincah di depan. Tiba-tiba, ponselnya berdering, memecah kesunyian malam itu. Dengan cepat, ia mengangkatnya.

“Jae-hyun… aku sudah dengar kejadian sore ini,” suara Seok-min terdengar khawatir di seberang telepon. “Besok, aku akan menindak Hyeri dan teman-temannya. Maafkan aku atas semua ini… dan tentang Haeun aku akan memastikan, kejadian ini tidak akan terulang lagi.

Jae-hyun menghela napas panjang, sedikit lega. “Terima kasih, Seok-min. Aku menghargainya, tapi aku harap kamu bisa lebih tegas terhadap hyeri” jawabnya, suaranya rendah tapi tegas. Ia menutup telepon, dan seketika menyadari Rael sudah lenyap dari pandangannya.

“Rael!” teriaknya, langkahnya semakin cepat, jantungnya berdetak keras. Tapi gelap malam dan bayangan gedung-gedung tua tidak memberinya jawaban. Seolah Rael lenyap begitu saja, meninggalkannya di lorong gelap penuh ketegangan.

Dan kemudian,tanpa peringatan,Rael muncul. Dari balik bayangan, matanya menatap Jae-hyun dengan aura nakal yang membakar, senyum menantang terukir di bibirnya. “Kau mencariku?” bisiknya, suaranya bergetar tapi penuh godaan. Langkahnya mendekat, gerakannya lincah, seperti bayangan yang hidup.

"“Ah… Rael, jangan bermain-main. Kau kan masih terluka,” ucap Jae-hyun, suaranya rendah tapi tegas, langkahnya perlahan mendekat. “Ayo, pulang. Sebenarnya, kau mau ke mana sih? Ikuti aku… aku harus membersihkanmu, biar kau tidak terinfeksi.”

Rael menatapnya dari balik bayangan, senyumnya tipis tapi nakal. “Pulang? Aku tidak mau,” jawabnya, nada suaranya menggoda. “Aku harus ke suatu tempat… ke rumah Haeun. Mengambil barang-barangnya. Kau pikir aku bisa tinggal di rumahmu tanpa baju sendiri? Selalu harus pakai bajumu?”

Jae-hyun mengerutkan alis, sedikit cemas, tapi matanya tetap menahan Rael agar tidak pergi terlalu jauh.

“Kalau begitu… apakah kau suka aku selalu mau pakai bajumu?” goda Rael lagi, langkahnya mendekat sedikit, suaranya lembut tapi penuh godaan. “Tapi… sebenarnya, aku memang suka. Wangimu yang menempel di baju membuatku tidak bisa tidur.”

Jae-hyun menelan ludah, hatinya berdetak cepat. “Rael… kau nakal sekali. Tapi ini bukan waktu untuk bermain-main.”

Rael tertawa ringan, suaranya seperti bisikan malam yang menari di antara bayangan. “Kalau begitu… kau harus mengikuti aku, Jae-hyun. Atau… kau takut aku hilang lagi sebelum kau sempat menahanku?”

Jae-hyun menghela napas panjang, matanya tetap memantau setiap gerakan Rael. “Aku tidak takut… aku hanya tidak ingin melihatmu terluka.”

Rael mencondongkan tubuhnya sedikit, menatapnya dengan mata nakal dan senyum yang terlalu memikat. “Kalau begitu… ikuti aku. Tapi jangan berharap aku akan diam-diam saja, karena aku kan extrovert, seperti keinginan eomma nya haeun selama ini, karena itulah dia membangkitkan ku dan rela mati untuk itu, hmmm kasih sayang nya untuk anaknya memang sangat aneh kan? " tanya rael dengan tingkah tidak bisa diamnya itu pada jae-hyun yang hanya bisa terdiam.

" sudahlah, pakai jaket ini, kau pasti kedinginan... " suruh jae-hyun memberikan jaketnya pada rael.

" eummm.... bau tubuhmu yang menempel di baju sangat menggoda.... " gumam rael membuat jae-hyun merasa malu dengan aura nakal rael yang terus menggoda nya.

"Ketika kegelapan menyelimuti, jiwa yang kuat tak selalu terlihat.

Satu mencoba melindungi, satu menari di ambang misteri.

Cinta, keberanian, dan rahasia bertemu di persimpangan yang tak seorang pun bisa memprediksi.

Malam ini, semuanya baru dimulai.

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!