NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Sakit

*****

Cahaya matahari pagi mulai menembus jendela ruang perawatan, menghangatkan ruangan yang semalam penuh dengan kecemasan.

Kanaya, yang telah sadar dari koma yang singkat, terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan selang infus masih terpasang di lengannya. Wajahnya pucat, namun ada semburat kelegaan di matanya yang sayu.Dokter Shafa, yang telah mendengar kabar baik tentang kesadaran Kanaya, bergegas menuju rumah sakit dengan perasaan campur aduk, lega namun tetap waspada.

" Kelihatan nya pasien mama kamu kali benar - benar kritis. Sampai mama buru - buru begitu ke rumah sakit." Ujar Deddy memperhatikan mobil istri nya yang keluar dari halaman rumah.

" Tadi malam mama bilang, pasien nya sempat mimisan. Yang arti nya sel kanker sudah menyebar ke organ tubuh yang lain. Tadi bukan nya tadi mama bilang pasien nya sudah sadar ya?" Jawab Zeyden.

" Papa kalau sudah mendengar yang gini nih, jadi nggak tega. Mana masih muda lagi kata mama." Ucap Deddy prihatin.

" Sekarang penyakit nggak pandang umur, pa. Siapa saja bisa kena penyakit. Tergantung orang nya saja bagaimana menjaga kesehatan nya." Sahut Zeyden.

Deddy mendesah pelan dan merapikan jas nya siap berangkat ke kantor.

" Kita mau berangkat sama, atau masing - masing?" Tanya Deddy.

" Papa sendiri saja deh. Zey masih harus pergi ke tempat lain sebelum ke kantor."

" Mau kemana kamu?" Tanya Deddy.

" Mau ke rumah pacar kamu?" Goda Deddy menjahili putra nya.

" Nggak, pa. Ada urusan sedikit." Jawab Zeyden.

" Pengen rasa nya papa dengar kalau kamu mau ketemu dengan lancar kamu. Tapi kapan itu cuma kamu yang tahu."

" Kapan - kapan aja deh, pa." Jawab Zeyden melangkah pergi.

" Kapan - kapan. Kapan - kapan nya itu kapan? Apa nggak punya tanggal? Minimal bulan gitu?"

" Bulan depan?"

" Kamu mau ngenalim pacar kamu sama papa bulan depan?" Tanya Deddy antusias.

" Bukan ngenalin sama papa. Tapi bulan delan lagi kiya ngobrolin soal pacar Zey." Jawab Zeyden terkekeh.

" Kamu ini... bercanda terus Zey." Deddy menggeleng pelan.

" Zey duluan ya, pa." Pamit Zey.

*

*

*

Sesampainya di ruang perawatan, Shafa melihat Kanaya sudah terjaga, dan segera mendekat ke samping ranjangnya.

" Selamat pagi, Naya." Sapa dokter Shafa.

" Selamat pagi, dokter." Jawab Kanaya.

Dengan lembut, Dokter Shafa menyentuh tangan Kanaya, mencoba memberikan kekuatan melalui sentuhan itu.

"Kamu sudah melewati masa kritis kamu. Dan sekarang keadaan kamu jauh lebih baik, Naya," Ucapnya dengan nada yang menenangkan.

Kanaya memandangnya, matanya berkaca-kaca, tidak hanya karena rasa sakit fisik tapi juga emosi yang bergejolak.

"Terima kasih, Dokter," Balas Kanaya dengan suara serak.

" Suster bilang dokter sudah melakukan pemeriksaan secara keseluruhan ulang. Bagaimana hasil nya, dok?" Kata Kanaya.

" Ini belum bisa di pastikan secara menyeluruh. Tapi sel kanker sudah menyebar ke bagian leher. Tapi kamu tidak perlu khawatir. Saya sudah menghubungi ahli nefrologi agar bisa di lihat lagi dengan jelas."

Setelah mendengar apa yang di katakan dokter Shafa, Kanaya terasa susah menelan Saliva nya.

" Kalau sudah begini, apakan masih ada harapan untuk sembuh? Padahal saya sudah mengkonsumsi obat dari dokter secara rutin. Tapi kenapa masih bisa menyebar?"

Dokter Shafa tahu jika saat ini Kanaya begitu gelisah. Tapi sebagai dokter dia harus tetap memberikan harapan kepada pasien nya itu.

" Bukan kah kamu bilang, kamu percaya dengan Allah? Serahkan saja semua nya kepada dia? Apa yang terbaik menurut Allah, itu lah yang terbaik untuk kamu. Jadi jangan putus asa." Pandangan Kanaya kali ini hanyalah dengan Fatma. Dia pun tidak bisa sama sekali tidak memiliki rekan hal ini.

" Kamu pasti baik - baik, saja. Semalaman Bunda kamu terus menghubungi hp kamu. Tadi pagi saya sudah angkat. Dia bilang akan secepat nya datang untuk menemani kamu." Ucap dokter Shafa.

" Siapa dia?" Tanya dokter Shafa.

" Dia ibu angkat saya, dokter. Seharus nya dokter jangan mengatakan soal keadaan saya. Bunda pasti sangat khawatir sekarang." Jawab Kanaya.

" Dia pasti mengkhawatir kan kamu. Semalaman tidak ada kabar dari kamu. Orang terdekat kamu, berhak tahu keadaan kamu, Naya."

Kanaya meneteskan air mata nya. Bukan nya tidak ikhlas dengan apa yang terjadi dalam hidup nya. Ini lebih kepada Kanaya yang masih tidak bisa dan tidak akan sanggup jika dia harus mengatakan kepada Fatma

" Kenapa menangis, Naya? Ada yang sakit? Coba saya periksa."

Dokter Shafa cemas karena dia yang melihat Kanaya menangis, padahal tadi sempat mereda dan berpikir kalau ada sesuatu yang membuat nya sakit. Sehingga Kanaya harus menahan rasa sakit itu.

Kanaya menggelengkan kepala nya.

" Tidak ada yang sakit, dokter. Saya hanya membayangkan bagaimana saya harus mengatakan semua nya pada Bunda saya. Saya takut Bunda akan down."

" Kamu yang kuat ya. Ini belum berakhir. Semua itu masih ada harapan dan ini masih belum parah." Ujar dokter Shafa.

" Ini semua belum berakhir, Naya. Kesempatan kamu untuk sembuh dan kembali berkumpul dengan orang - orang yang kamu sayangi itu masih ada. Besar kemungkinan untuk itu, Naya." Jawab dokter Shafa dengan yakin.

Kanaya percaya itu. Jika Allah menginginkan nya, mungkin dia akan sembuh dan sehat kembali. Tapi dia juga tidak menutup kemungkinan jika sel kanker yang bersarang di tubuh nya bukan lah sakit biasa.

*

*

*

Aris berdiri dengan gelisah di dekat pintu masuk kantornya, matanya tak berhenti melirik ke arah lift seolah menantikan seseorang.

Sudah lebih dari satu jam sejak jam kerja dimulai, namun Kanaya, rekannya yang biasanya tiba lebih awal, belum juga terlihat.

Ponsel Kanaya juga tidak bisa dihubungi, yang semakin menambah kecemasan Aris.

"Bella, kamu tahu Kanaya di mana?" Tanya Aris saat dia berada di meja kerja Bella.

" Maaf, pak. Tapi saya belum ada melihat Kanaya hari ini." Jawab Bella.

" Saya sudah coba menghubungi hp nya dan pesan dia tidak ada balasan sama sekali," Ucap Aris dengan nada yang khawatir.Bella diam tapi elspresi wajahnya bercampur rasa heran dan kekhawatiran.

" Tidak biasa nya Naya seperti ini. Dia tidak pernah mengabaikan panggilan saya." Gumam Aris pelan.

Bella melirik Aris dengan ekor mata nya. Melihat betapa khawatir nya bos nya itu sekarang.

" Tadi saya juga sudah wa dia pak, tapi malah centang satu. Biasanya Kanaya sudah ada di sini sebelum kita semua. Semoga saja tidak terjadi apa-apa," Jawab Bella sambil sesekali menatap ponselnya sendiri, seolah menunggu kabar dari Kanaya.Aris mengusap dahi, raut wajahnya semakin cemas.

" Diaman sebenar nya kamu, Naya." Gumam Aris.

" Apa mungkin Naya sakit ya, pak? Terus yang anma nya orang sakit kan nggak mungkin nyalain hp. Di silent kali hp nya sama Naya." Tebak Bella.

" Kalau begitu, kamu hendle pekerjaan saya dulu ya. Saya mau lihat Kanaya di kost nya. Saya harus pastikan kalau dia baik - baik saja."

" Iya, pak. Kalau ada apa - apa, tolong kabari saya segera ya pak." Pinta Bella.

Aris pun mengangguk sekali dan meninggalkan Bella.

*

*

*

Aris baru saja tiba di kost milik Kanaya ketika ia melihat seorang penghuni lain sedang berjalan keluar dari pintu gerbang. Dengan langkah tergesa-gesa, Aris mendekati orang tersebut.

" Maaf, apakah Kanaya ada di dalam?" Tanya Aris.

Dari suara nya orang tersebut bisa tahu jika saat ini Aris sangat panik.

" Tapi saya tidak melihat Kanaya sejak semalam. Seperti nya dia dan bunda nya pergi ke Bandung. Mungkin pulang ke panti." Jawab nya.

" Dengan bunda nya?"  Tanya Aris heran.

Yang dia tahu selama ini kalau Kanaya tidak lah punya Bunda. Dan kalau memanggil ibu panti, Kanaya juga memanggil nya dengah sebutan ibu.

" Iya, sudah berapa Minggu ini bunda Kanaya tinggal bersama nya di sini. Mungkin Kanaya sedang ke Bandung untuk mengantarkan Bunda nya."

Di saat mereka sedang bicara, suara pintu gerbang yang terbuka kembali menarik perhatian Aris. Aris pun segera menoleh ke arah gerbang.

Tapi Fatma yang baru saja keluar sudah berada di dalam taksi yang sudah menunggu nya di sana. Alhasil Aris tak dapat bertemu dengan Fatma.

Begitu juga dengan Fatma yang tidak menyadari kehadiran putra pertama nya di sana.

1
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!