Tiga tahun pernikahan tanpa cinta dari suaminya, Valeria akhirnya menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Zelan. Laki-laki yang sebelumnya ia cintai dengan sepenuh hati.
Cinta yang bertepuk sebelah tangan, pengorbanan yang di anggap seperti angin lalu, membuatnya lelah lahir batin.
Di mata Zelan, Valeria hanya sosok wanita jahat dan kejam, sosok yang dia anggap sebagai perebut kebahagiaan nya dengan wanita yang dicintainya.
Namun ada sebuah fakta yang tidak di ketahui oleh Zelan di balik pernikahan nya dengan Valeria. Wanita yang dia anggap sebagai antagonis itu, ternyata adalah orang yang paling banyak berkorban untuk hidup nya.
"Peran ku sebagai istrimu telah usai Zelan, aku pergi, satu hal yang harus kau ketahui. Aku, bukan orang jahat."
Bagaimana reaksi Zelan setelah mengetahui kebenaran tentang Valeria dan bagaimana kehidupanya setelah di tinggal sang istri? Ayo baca kisah nya di sini ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #18
"dia benar-benar anakku Valeria, kebiasaan nya dari kecil tidak pernah berubah, selalu senang bergandengan tangan saat berjalan beriringan," batin papa Yudha. Ada perasaan senang luar biasa di hati sang papa.
"Ternyata seperti ini rasanya memiliki keluarga hangat, akhirnya aku bisa kembali mengandeng tangan hangat papa," batin Valeria merasa sangat bahagia dan bersyukur karena telah menemukan keluarganya kembali.
Tak butuh waktu lama, mereka pun tiba di ruang makan.
"Mama," panggil Valeria yang kemudian duduk di berhadapan dengan sang mama.
"Sayang, kenapa kalian datang berdua saja? Di mana kakak mu? Aksa juga," tanya sang mama kepada Valeria.
"Emm, itu ma, kak Alvin mandi," jelas nya terlihat sangat gugup.
"Ya sudah, kita sarapan duluan saja," kata sang papa yang duduk di samping mama nya.
"Valeria kau mau makan apa? Mama ambilkan untuk mu," Yunita tersenyum dan memegang sumpit.
Valeria terdiam, dia menatap mama dan papanya secara bergantian, ini pertama kalinya setelah lima belas tahun tidak merasakan yang namanya kasih sayang mama papa.
"Aku mau ayam kecapnya ma, juga sup brokoli," lirih Valeria.
"Baiklah sayang semua ini untuk mu, ayo cepat makan, tubuh mu sangat kurus mama mau kau terlihat berisi seperti saat masih kecil makan yang banyak ya," kata Yunita menyerahkan banyak makanan ke dalam piring sang putri.
"Terima kasih ma, pa," kata Valeria sambil tersenyum.
"Kau terus mengucapkan terima kasih, sudahlah kami ini orang tua kandung mu nak," kata sang papa merasa khawatir kalau Valeria terus menerus berterima kasih.
Valeria tersenyum canggung dan kemudian menikmati sarapan pagi nya.
Sementara itu di kamar Alvin.
"Adikmu datang," ucap Aksa dengan tatapan datar.
"Adiku? Dimana?" Alvin melihat sekeliling sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Sudah pergi, dan lagi-lagi dia salah mengira kalau aku adalah kau," kata Aksa sambil tersenyum tipis.
Alvin yang melihat itu seketika menatap sahabatnya dengan tatapan bingung, laki-laki yang terkenal irit bicara, memiliki wajah dingin dan terlihat sombong dan angkuh sebelumnya kini tersenyum meski hanya setipis tisu.
"Kau menertawakan Valeria? Lagi-lagi kau membuat adiku malu, kenapa sebaiknya kau tidak pulang saja ke rumah orang tuamu?" Alvin yang kesal pun mengatakan kata-kata tersebut.
"Hey, jaga ucapan mu, aku sama sekali tidak sengaja membuatnya beberapa kali salah mengenali orang, tetapi dia sendiri yang tidak bisa membedakan orang," tak mau kalah Aksa tetap membela dirinya.
"Kau ini," geram Alvin yang kemudian bergegas memakai pakaian nya dan berlalu pergi dari kamar.
"Ck, begitu saja marah," ucap Aksa singkat.
Beberapa menit kemudian,
Aksa mengikuti Alvin ke ruang makan dan melihat Valeria yang sedang makan dengan lahap di sana.
"Astaga, kenapa dia datang ke sini? Bukan kah seharusnya dia pergi saja? Aku benar-benar tidak nyaman karena beberapa kali salah melihat orang, melihat nya hanya akan membuat ku malu," batin Valeria. Ia segera menundukkan kepalanya setelah melihat Aksa.
Alvin menarik kursi tepat di samping Valeria dan hendak duduk di sana, namun Aksa segera menyenggol nya dan menduduki kursi tersebut. Alvin kebagian narik kursi doang.
"Oh, bagus sekali ya, di sini bukan rumah mu, sebaiknya kau segera berdiri dan jangan berlagak seolah-olah kau adalah tuan muda di rumah ku, itu tempat ku," umpat Alvin yang sudah sangat gerah dengan perlakuan Aksa kepada nya.
"Kenapa dia malah duduk di samping ku, orang ini terlihat dingin dan cuek dari wajah dan penampilan nya, tapi sepertinya itu hanya sebuah penampilan saja," batin Valeria.
"Alvin kau ini bicara apa? Di sebelah sana juga ada kursi kau bisa duduk di sana, jangan bicara serius tu kepada Aksa," mama Yunita yang melihat dan mendengar ucapan Alvin segera menegurnya.
"Tapi ma," jawab Alvin hendak membantah.
"Alvin," sang sang papa yang sedari tadi hanya diam kini ikut bersuara.
"Aku sepertinya bukan anak laki-laki kalian," omel Alvin dan kemudian mengambil posisi di sebelah kiri Valeria.
Valeria pun kini duduk di antara Aksa dan Alvin.
"Aduh, ini bagaimana ceritanya? Kenapa aku jadi duduk di tengah-tengah seperti ini seperti di himpit," gerutu Valeria dalam hatinya.
"Adik kecil, kau bisa ambilkan aku itu?" tanya Aksa sambil menunjuk ke arah acar lobak yang ada di dekat Valeria.
"Kau tidak punya tangan?" omel Alvin.
"Kak sudah," bisik Valeria yang tak ingin kakak nya di marahi lagi.
Ia pun segera mengambil makanan tersebut dan meletakkan nya di hadapan Aksa.
"Terima kasih," ucap Aksa.
Valeria yang masih malu saat mengingat kejadian tadi subuh dan tadi pagi masih tidak berani menatap Aksa dia hanya mengangguk sambil menatap piring maknanya sendiri.
Mereka pun mulai sarapan, keheningan sejenak meliputi ruangan tersebut, yang terdengar kini hanya suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
"Tante, ada yang ingin aku katakan," ucap Aksa memecah keheningan.
"Apa Aksa?" tanya mama Yunita. Ia menghentikan aktivitas makan nya sejenak untuk mendengarkan anak itu bicara.
"Mama ku, dia bilang ingin bertemu dengan mu siang ini, apakah bisa? Jika bisa dia menunggu di caffe tempat kalian bertemu biasanya," ucap Aksa menyampaikan.
Mama Yunita terdiam dia seolah-olah mengingat sesuatu. "Oh astaga, aku hampir lupa, siang ini ada janji dengan mama mu dan temanku yang lain," mama Yunita seketika ingat.
Valeria menatap mama nya, dia tidak menyangka sekarang sang mama punya banyak teman dan punya kesibukannya sendiri.
"Sayang, sepertinya siang ini mama belum bisa mengajakmu jalan-jalan, tetapi jika kau ingin ikut dengan mama ..." mama Yunita merasa bersalah kepada Valeria.
"Ma, aku tidak perlu ikut, lagipula masih ada banyak waktu, jangan khawatir padaku," jelas Valeria tak ingin sang mama membatalkan janji dengan teman-teman nya, karena dulunya sang mama tak pernah bisa punya teman apalagi bersenang-senang seperti ini.
"Khawatir apa, Alvin bisa mengosongkan jadual nya hari ini, biarkan dia membawa Valeria jalan-jalan dan membeli kebutuhan," ucap sang papa memberikan usul.
"Dengan senang hati," ucap Alvin.
"Apakah aku boleh pergi bersama?" tawar Aksa.
"Huh, kalau begitu mama titip Valeria pada kalian, tolong jaga dia, dan Alvin, belikan apapun yang di inginkan adikmu jangan membuat nya sedih, mama akan menyusul kalian setelah usai," ucap mama Yunita dengan lapang dada.
"Bagaimana dengan mu sayang?" tanya sang papa kepada Valeria.
"A-aku, aku ikut kakak saja," gugup Valeria.
Sebenarnya di dalam hatinya jika bersama Alvin saja dia akan sangat senang, namun sayangnya Aksa malah menawarkan diri untuk ikut serta, hal ini membuat dirinya merasa canggung.
"Dia menghindari aku?" batin Aksa.
Siang harinya ...
****