Arini gadis 25 tahun menjadi pewaris tunggal . Ayahnya meninggal 1 tahun yang lalu. Arini sejak kecil sudah diasuh oleh ibu tirinya dan juga kedua saudara tirinya. Selam ini keluarganya baik kepadanya dan penuh kasih sayang.
Siapa sangka ternyata di balik semua itu ada rencana, satu persatu kebusukan ibu tirinya dan kedua saudaranya terungkap, Arini mendapatkan pengkhianatan dari kekasihnya dengan adanya perselingkuhan.
Tabiat laki-laki yang dia pikir selama ini mencintainya, juga sudah mulai terungkap ketika Arini memberikan posisi Direktur di Perusahaan.
Arini mulai dicampakkan ketika aset keluarganya memiliki saudara tirinya dan calon suaminya. Arini bahkan dibuang dan mendapat caci maki dari orang-orang akibat jebakan yang dari keluarganya.
Sampai akhirnya Arini kembali bangkit dari keterpurukan untuk membalas semua dendamnya. Dari mengambil seluruh apa yang telah menjadi miliknya dan menjadikan orang-orang yang telah menghancurkannya saling menusuk satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Rencana Yang Mulus
Aditya menikmati makan malam bersama neneknya di rumah perkebunan itu, keduanya makan di teras perkebunan dan memang sangat indah sekali dengan aroma bunga yang begitu harum.
"Nenek kapan akan bertemu dengan Meisya?" tanya Aditya.
"Papa terus mempertanyakan hal itu?" lanjutnya.
"Jangan-jangan Papa kamu yang ingin menikahinya," celetuk Lena sembari menikmati makanannya.
"Nek...."
"Kamu saja secara pribadi tidak meminta Nenek untuk bertemu dengan dia dan lagi pula apa yang harus Nenek ketahui darinya, Dia seorang public figure dan wajahnya muncul setiap hari di TV, nenek sudah melihat wajahnya dan apalagi," sahut Lena.
"Seseorang di televisi sangat berbeda dengan aslinya. Bukankah Nenek harus mengenalnya secara pribadi," ucap Aditya.
"Kamu benar, wajah-wajah di televisi hanya sebuah topeng dan kita tidak tahu bagaimana kehidupan orang-orang itu di dunia nyata. Calon istri kamu sangat dikenal namanya dengan baik di televisi dan bagaimana jika aslinya tidak seperti itu? Kamu akan tetap menikah dengannya kalau nenek meminta hal itu?" tanya Lena.
"Kenapa tiba-tiba membicarakan hal seperti itu?" tanya Aditya.
"Makanya sampaikan kepada Papa kamu untuk tidak menyuruh Nenek menemui calon istri kamu. Dia seharusnya tahu bahwa Nenek bisa membaca kepribadian seseorang dan bagaimana jika Nenek tidak cocok dengannya. Kita bisa menjadi musuh," jawab Lena.
"Papa kamu memperkenalkan istrinya kepada Nenek setelah kematian istrinya bertahun-tahun, Nenek sudah mengatakan kepadanya jangan menikah dengan wanita itu dia tetap menikah, lihatlah sampai sekarang Nenek tidak ingin datang ke rumahnya dan juga tidak suka dia datang ke tempat ini. Jadi Nenek tidak ingin itu terjadi kepada kamu, jadi jangan meminta Nenek untuk bertemu dengan calon istrimu," ucap Lena.
"Tetapi belum tentu penilaian Nenek buruk kepadanya," sahut Aditya.
"Memang belum tentu," jawab Lena dengan santai sembari tersenyum.
Aditya hanya menghela nafas saja.
*****
Arini, Siska dan Medina terlihat duduk dengan Mereka tampak serius membolak-balikkan dokumen dan juga ada laptop di sana.
"Wau gila, jadi laki-laki ini sudah memainkan uang Perusahaan, dia melakukan penggelapan yang sangat banyak," Siska sampai tidak habis pikir dengan Dellon.
"Orang serakah sampai kapanpun tidak akan bisa diberi kepercayaan dan jabatan yang tinggi," ucap Arini kesal.
"Arini ini kesempatan kamu untuk maju kembali sebagai direktur. Kamu harus benar-benar menghancurkan laki-laki ini dan membuatnya ditendang dari Perusahaan," ucap Siska.
"Benar! Saya juga masih memiliki banyak bukti atas keterlibatannya, penggelapan dan pencucian uang," sahut Medina.
"Kamu keluarkan semua buktinya. Kita akan menyusun strategi agar laki-laki ini terjebak dan ditendang dari Perusahaan," sahut Siska menggebu-gebu yang sudah tidak sabar ingin melihat kehancuran Dellon.
"Aku pikir membutuhkan waktu yang lama untuk kembali mendapatkan hak Perusahaan, belum juga sampai 1 bulan dan rencanaku berjalan dengan lancar, satu persatu mereka akan mendapat balasannya," ucap Arini dengan tersenyum miring.
"Tetapi kamu harus tetap hati-hati, bagaimanapun kamu sudah mengetahui sifat keluargamu," ucap Siska mengingatkan.
"Itu sudah pasti," sahut Arini dengan tersenyum.
"Astaga aku harus meninggalkan kalian berdua," Arini tiba-tiba saja melihat arloji di tangannya.
"Kamu ingin ke mana?" tanya Siska.
"Aku baru menyadari ada hal penting yang harus aku lakukan. Bye-bye!" Arini diri mengambil tasnya dan tidak sempat menjelaskan kepada temannya itu.
"Arini hati-hati!" teriak Siska.
Arini tidak menjawab sahutan itu lagi dan kemudian buru-buru memasuki mobil.
****
Pagi ini Arini kembali ke perkebunan. Arini berjalan bersama dengan Lena diantara bunga-bunga yang tumbuh dengan indah.
"Nyonya pasti sangat nyaman tinggal di tempat ini, setiap hari dipenuhi dengan aroma bunga dan pandangan mata yang sangat indah," ucap Arini.
"Kamu bisa saja," sahut Lena.
"Hmmm, Arini kamu menyukai bunga apa?" tanya Lena.
"Bunga Anyelir dan ternyata bunga itu tidak tumbuh di sini," jawab Arini.
"Mengapa menyukai bunga Anyelir?" tanya Lena.
"Karena bunga itu memiliki makna yang sangat banyak, ketulusan, kasih sayang, kepedulian dan penuh dengan cinta," jawab Arini membuat Lena tersenyum.
"Sayang sekali di kebun yang luas ini dengan berbagai macam bunga baik tanaman dari Indonesia maupun dari Luar, tidak terdapat bunga kesukaan kamu," ucap Lena.
"Memang sangat disayangkan," sahut Arini.
"Saya bukan tidak menyukai bunga itu hingga tidak menjadi salah satu bagian bunga di kebun ini, tetapi sangat sulit untuk tumbuh dan tidak sesuai dengan tanah kita. Tetapi kamu harus tahu jika saya juga menyukai bunga Anyelir karena makna tersebut," ucap Lena.
"Benarkah Nyonya menyukai bunga Anyelir?" tanya Arini memastikan sekali lagi membuat Lena menganggukkan kepala.
"Wau saya pikir hanya saya yang menyukainya," sahut Arini.
"Arini kamu jangan memanggil saya Nyonya. Kamu panggillah saya Nenek," ucap Lena dengan tiba-tiba.
"Benarkah boleh?" tanya Arini membuat Lena menganggukkan kepala.
"Saya sangat menyukai tamu di kebun ini ternyata memiliki bunga kesukaan sama dengan saya," ucap Lena.
"Bagaimana mungkin aku tidak tahu bunga apa yang Nyonya Lena sukai, karena sebelumnya aku sudah mencari tahunya," batin Arini dengan tersenyum.
"Nenek!" di tengah pembicaraan mereka tiba-tiba saja terdengar suara pria menegur membuat Lena membalikkan tubuh dan ternyata itu Aditya.
Arini juga melihat kedatangan pria tersebut menghampiri mereka dan tiba-tiba saja Arini dengan cepat memperbaiki rambutnya seolah merapikan diri.
"Kamu sudah datang?" tanya Lena membuat Aditya menganggukkan kepala.
"Ini Aditya mendapatkan kue kesukaan Nenek dengan tepat waktu," ucapnya memberikan kotak kue tersebut.
"Wau ini sangat enak sekali dinikmati di pagi hari," ucap Lena terlihat begitu bahagia membuat Aditya tersenyum.
Tiba-tiba saja matanya melihat ke arah Arini membuat Arini tersenyum dengan menundukkan kepala.
"Hmmm, perkenalkan ini Arini kebetulan salah satu tamu di kebun ini yang juga belajar bercocok tanam di sini," ucap Lena.
"Arini ini perkenalkan cucu saya,"
"Saya sudah mengenalnya," jawab Aditya.
"Benarkah? jadi kalian berdua sudah saling mengenal?" tanya Lena.
"Benar. Nek, saya kebetulan juga mengenal Kak Aditya. Karena Kak Aditya tunangan dari kakak saya. Saya juga tidak percaya ternyata kak Aditya adalah cucu Nenek. Karena selama ini saya tidak melihat keluarga Kak Aditya datang ke rumah kami," ucap Arini.
"Hmmm, jadi kamu adik dari tunangan Aditya, dunia ini memang sangat kecil sekali sehingga saya terlebih dahulu justru bertemu dengan kamu daripada tunangan cucu saya," ucap Lena.
"Benarkah! jadi aku yang justru pertama kali bertemu dengan Nenek kak Aditya. Ada apa dengan hubungan mereka, bahkan mereka sudah bertunangan dan Kak Meisya belum menemui nenek Kak Aditya," batin Arini merasa penasaran dengan tersenyum.
"Nek, ayo dinikmati kuenya!" ajak Aditya.
"Kalau begitu saya pergi dulu. Nek," ucap Arini berpamitan.
"Arini ikutlah bersama saya untuk menikmati kue ini. Ini sangat enak sekali dan saya bisa menjamin kamu akan menyukainya," ucap Lena menawarkan.
"Tidak usah Nek. Saya tidak ingin mengganggu obrolan antara cucu dan seorang Nenek," ucap Arini menolak permintaan itu.
"Saya justru merasa tidak enak jika kamu menolak permintaan saya," jawab Lena.
"Ikutlah sama kami jika memang tidak sibuk," sahut Aditya yang ternyata juga menawarkan.
"Baiklah," ucap Arini akhirnya mengikuti, tetapi senyum di wajah itu memiliki arti lain.
Bersambung....