NovelToon NovelToon
Menguasai Petir Dari Hogwarts

Menguasai Petir Dari Hogwarts

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Fantasi / Slice of Life / Action
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zikisri

Nama Ethan Cross dikenal di seluruh dunia sihir sebagai legenda hidup.

Profesor pelatihan taktis di Hogwarts, mantan juara Duel Sihir Internasional, dan penerima Medali Ksatria Merlin Kelas Satu — penyihir yang mampu mengendalikan petir hanya dengan satu gerakan tongkatnya.

Bagi para murid, ia bukan sekadar guru. Ethan adalah sosok yang menakutkan dan menginspirasi sekaligus, pria yang setiap tahun memimpin latihan perang di lapangan Hogwarts, mengajarkan arti kekuatan dan pengendalian diri.

Namun jauh sebelum menjadi legenda, Ethan hanyalah penyihir muda dari Godric’s Hollow yang ingin hidup damai di tengah dunia yang diliputi ketakutan. Hingga suatu malam, petir menjawab panggilannya — dan takdir pun mulai berputar.

“Aku tidak mencari pertempuran,” katanya menatap langit yang bergemuruh.

“Tapi jika harus bertarung… aku tidak akan kalah dari siapa pun.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zikisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12 – Pertemuan

Setelah menyantap hidangan lezat hati naga, Ethan, Hagrid, dan Tom duduk bersandar di kursi kayu, menikmati sisa aroma rempah yang masih mengambang di udara. Obrolan mereka pun beralih dari makanan ke hal-hal yang lebih serius — tentang lelaki misterius yang dikenal sebagai Voldemort, dan para pengikutnya, Pelahap Maut.

“Mereka itu cuma sekawanan ular berbisa yang bersembunyi di lubang-lubang gelap,” gumam Hagrid dengan suara berat. “Tak berguna selain menggigit orang dari belakang.”

“Tapi akhir-akhir ini… sepertinya tenang,” kata Ethan hati-hati. “Tak ada berita tentang Pelahap Maut di Daily Prophet.”

“Tenang di permukaan saja,” sahut Hagrid dengan nada muram. “Mereka bersembunyi, menunggu waktu. Tapi kita masih punya Dumbledore dan Order of the Phoenix. Aku yakin, perang ini akan kita menangkan.”

Ethan menatapnya ragu. “Tapi bukankah Kementerian Sihir juga melawan mereka? Mengapa Dumbledore sampai harus membentuk pasukan sendiri? Bukankah itu berisiko?”

Hagrid mendengus. “Kementerian tak bisa sepenuhnya dipercaya, Nak. Banyak di dalamnya yang sudah terpengaruh oleh Pangeran Kegelapan. Ada yang diam-diam membantu mereka. Dumbledore tahu itu… itulah kenapa beliau bilang, ‘We must use secrecy to fight secrecy.’ — kerahasiaan hanya bisa dilawan dengan kerahasiaan.”

Ethan menatap pria besar itu lama, tak tahu harus kagum atau khawatir.

Dia benar-benar mengatakan semua itu begitu saja… di tengah bar umum.

Ia hanya bisa tersenyum getir. Jika setiap anggota Order seperti Hagrid, rahasia mereka mungkin sudah tersebar di seluruh London.

Mereka terus mengobrol hingga larut malam. Ketika jam hampir menunjukkan tengah malam, Hagrid bangkit sambil meregangkan tubuh.

“Wah, aku sudah lewat jam malam! Harus kembali ke Hogwarts sebelum Filch marah besar!”

Ethan menyalakan lampu minyak dan mengantarnya ke arah Diagon Alley. Hampir semua toko sudah tutup; udara malam terasa dingin menusuk.

“Bagaimana Anda akan pulang, Tuan Hagrid? Jaringan Floo di sini sudah tutup,” kata Ethan.

“Oh, tak masalah,” jawab Hagrid santai. “Ada toko di Knockturn Alley — Borgin and Burkes. Mereka punya jaringan Floo sendiri, bahkan di tengah malam. Tapi hati-hati, Nak. Toko itu menjual benda-benda sihir gelap. Jangan sentuh apa pun.”

Nama toko itu membangkitkan rasa ingin tahu Ethan. Ia merasa agak gerah setelah makan malam — mungkin efek sisa energi magis dari hati naga — dan berpikir tak ada salahnya sekadar menghirup udara malam. Maka ia memutuskan untuk menemani Hagrid.

Knockturn Alley gelap dan berliku. Aroma lembap bercampur abu dan jamur memenuhi udara. Saat mereka melangkah ke dalam Borgin and Burkes, toko itu tampak kosong dan sunyi.

Topeng-topeng berwajah seram tergantung di dinding, seolah menatap mereka. Sebuah bola mata kaca berputar perlahan mengikuti setiap gerakan, dan di balik kotak kaca di pojok, sebuah tangan manusia keriput berbaring di atas bantal hitam — jari-jarinya bergerak sedikit seolah masih hidup.

“Tempat ini benar-benar mengerikan,” bisik Ethan pelan.

Hagrid menepuk pundaknya. “Ingat, jangan sentuh apa pun.”

Pria besar itu melangkah ke perapian toko, mengambil segenggam Floo Powder, dan melemparkannya ke dalam api hijau. “Hogwarts!” teriaknya lantang — lalu tubuhnya tersedot masuk ke dalam nyala api dan menghilang.

Ethan berdiri sejenak di tempat, menatap sekeliling. “Apa pemilik toko ini tidak takut barangnya dicuri…” gumamnya pelan. Tapi bahkan setelah memeriksa, tak ada satu pun pegawai di tempat itu. Ia menelan ludah dan memutuskan untuk segera keluar.

Saat ia berbalik dan berjalan menuju gang keluar, tiba-tiba udara di sekitarnya retak dengan suara lembut seperti kaca pecah. Sebuah sosok berkerudung muncul entah dari mana — efek khas Apparition.

Ethan langsung menunduk dan bersembunyi di balik pilar batu, memadamkan lampu minyak di tangannya. Napasnya tertahan.

Sosok itu tampak panik, berlari cepat melewati gang sempit sambil menjatuhkan beberapa peti kayu. Ia bahkan tak menyadari ada Ethan di sana. Baru beberapa langkah, dua kepulan asap hitam turun dari langit, berubah menjadi dua pria berjubah hitam dengan topeng tengkorak berkilau.

Pelahap Maut.

Begitu muncul, salah satu mengangkat tongkat dan berteriak,

“Confringo!” — kutukan ledakan keras.

Sebuah tong kayu di tepi jalan meledak berkeping-keping, serpihannya beterbangan.

Pria yang dikejar berbalik cepat, mengangkat tongkatnya. “Protego!” — perisai pelindung. Cahaya biru melengkung muncul di depan tubuhnya, menahan sebagian besar serangan. Api dan asap bergulung di sekitar mereka, menerangi wajah sang pelarian yang kini terlihat jelas — rambut hitam sebahu, mata liar, senyum menggoda.

“Sirius…?” Ethan nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Sirius Black,” gumam salah satu Pelahap Maut, suaranya berat dan dingin. “Kau tak akan lolos kali ini.”

“Severus” balas Sirius dengan tawa mengejek. “Jangan kira aku tak mengenalimu hanya karena pakai topeng. Bau ramuanmu bisa tercium dari seberang jalan!”

“Bodoh!” desis si Pelahap Maut, mengangkat tongkatnya tinggi. “Sectumsempra!” — kutukan pemotong mematikan.

Seketika, udara terbelah, menimbulkan desing tajam.

Sirius menangkis cepat. “Expelliarmus!” — mantra pelucut senjata.

Kedua kutukan bertabrakan di udara, menciptakan kilatan merah dan perak yang menyilaukan. Dinding bata di sekitar mereka hancur sebagian. Api hijau dari lentera terhempas, menari di udara.

Ethan menahan napas. Pertarungan berlangsung hanya beberapa meter darinya. Setiap ledakan mantra memantul di gang sempit, menimbulkan gema yang memekakkan telinga. Debu dan pecahan batu beterbangan.

Pelahap Maut kedua melangkah maju, mengangkat tongkatnya dengan kedua tangan, dan mulai merapal dengan lambat — jelas sedang menyiapkan mantra berat.

Ethan mengenali pola energinya: kutukan maut.

“Avada—”

Tanpa pikir panjang, Ethan menjentikkan tongkatnya dari balik pilar. “Impedimenta!" — Spell of Hindrance, kutukan yang memperlambat gerakan lawan.

Cahaya biru menghantam Pelahap Maut itu tepat di bahu. Pria itu tersentak, mantranya terhenti di tengah jalan, dan tubuhnya terpental ke belakang seperti ditabrak angin kuat.

Sirius melirik sekilas ke arah asal cahaya, lalu tersenyum tajam. “Siapa pun kau, bocah, kerja bagus!”

Ia berbalik dan menghantamkan tongkatnya ke tanah. “Stupefy!” — kutukan pelumpuh.

Ledakan merah menyambar dua Pelahap Maut sekaligus. Salah satunya terhempas menabrak dinding, sementara yang lain berusaha menangkis tapi kehilangan keseimbangan.

Ethan segera merapal kembali, “Barrier Curse!” — membentuk penghalang tak terlihat di depannya. Ledakan berikutnya menghantam dinding magis itu, memercikkan cahaya seperti kaca pecah.

Sirius bergerak cepat, menyalakan kembali api hijau di perapian terdekat, dan berteriak, “Grimmauld Place!” sebelum tubuhnya menghilang dalam semburan Floo.

Sisa dua Pelahap Maut itu bangkit perlahan, terengah. Namun ketika mereka mencoba mendekat, suara langkah Auror mulai terdengar dari ujung gang. Salah satu menatap Ethan dari kejauhan — mungkin menyadari sesuatu — lalu menghilang dalam asap hitam.

Hening.

Ethan menatap sisa percikan api yang perlahan padam. Ia mengembuskan napas panjang, menyandarkan diri di dinding dingin gang Knockturn Alley.

Pertemuan yang tak terduga… dan mungkin baru awal dari semuanya.

1
Mike Shrye❀∂я
wiiih tulisan nya rapi..... semangat
Zikisri: makasih atas penyemangat nya kk🤭
total 1 replies
Opety Quot's
di tunggu chapter selanjutnya thor
Sertia
Mantap/Good/ lanjutkan
Iqsan Maulana
lumayan bagus ni😁
Iqsan Maulana
next Thor
Hani Andini
next..
king_s1mbaaa s1mbaa
tambahin chapter nya thor...
Reyhan Ramdhan
lanjut thor👍
Zikisri: siap💪
total 1 replies
Reyhan Ramdhan
Bagus, Sangat Rekomen/Good/
Zikisri: thanks 👍
total 1 replies
I Fine
lebih banyak chapter nya thor/Shy/
I Fine
next chapter nya thor💪
Zikisri: Oke 👍
total 1 replies
Niat Pemulihan
nice
Evan Setyawan
Lanjutannya thor👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!