Rumah pojok yang selalu bersuara desahan nikmat setiap malam nya selama beberapa tahun terakhir ini, seorang gadis belia yang menjadi primadona sehingga tidak pernah istirahat dapat tamu.
namun ada pula kabar mengatakan bahwa diri nya memiliki susuk, karena setiap pelanggan yang usai berhubungan dengan nya selalu meninggal dunia dengan cara bermacam macam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Di jebak
Bintari menikmati pemandangan malam di pantai yang amat sangat indah sekali, mana mungkin bisa menolak karena memang ini tempat favorit nya. suara debur ombak itu bisa membuat hati nya tenang dan adem sekali, apa lagi cuma berdua dengan sahabat yang amat ia sayang, Bintari memang sangat sayang pada Lula sejak dulu.
Tidak peduli kadang ucapan Lula juga sangat menyakiti hati nya apa bila sedang menjelaskan Bu Hasnah, karena biar bagai mana pun Hasnah tetap lah Ibu kandung nya Bintari. kalau ada yang mengatai maka dia akan sedih juga dan kadang dia merasa Bu Hasnah sudah sangat jahat pada orang orang miskin
Lula memang korban mutlak nya Hasnah bersama dengan para geng nya di kampung, apa pun gerakan nya Lula sekeluarga maka akan terus di katai sampai mereka akhir nya buyar. Lula pergi karena tidak sanggup, lalu Hasnah juga tobat setelah di hajar oleh Purnama yang ikut geram juga kala itu.
Untung lah sekarang sudah tidak nyinyir lagi sehingga Bintari agak lega, tapi Lula masih sering menyindir nya seperti tadi ketika teringat masa lalu. tidak di pikirkan juga perasaan sahabat nya ini, karena entah masih di anggap atau tidak Bintari sebagai sahabat, sebab Lula sudah penuh akan misteri hidup nya sekarang.
"Minum, Bin." Lula memberikan orange jus pada Bintari.
"Ini villa punya bos mu? kaya banget ya dia." Bintari menatap seluruh ruangan.
"Kalau di kota kaya nya versi begini, kalau kampung kita ya sekelas juragan seperti Ayah mu." sahut Lula pula.
"Beda lah memang, orang kota jelas lebih baik dan cara bicara nya juga lebih berbobot." ujar Bintari.
Lula mengangguk sambil tersenyum dan dia juga menikmati pemandangan pantai yang sangat indah, sudah malam begini terasa sangat dingin namun pesona pantai sangat sulit sekali mau di tinggalkan. ini tadi ketinggalan sunset mereka, coba saja masih ketemu maka pasti nya lebih seru lagi.
"Bin, aku mau keluar sebentar ya ada sesuatu yang mau ku beli." pamit Lula.
"Lama enggak? aku enggak enak tinggal sendirian." ujar Bintari yang sungkan.
"Enggak, itu loh cuma warung depan sana dan aku langsung pulang lah." jawab Lula santai.
"Ikut saja lah aku, enggak enak sendirian di sini." tolak Bintari.
"Cuma sebentar saja, nanti kalau kita yang keluar malah harus kunci pagar lagi." alasan Lula.
Bintari pun tidak punya pilihan lain selain menurut saja, toh memang Lula cuma sebentar. namun Bintari tidak tau kalau Lula sama sekali tidak pergi, justru dia bersembunyi di kamar lain dan melihat apa yang akan terjadi pada Bintari.
"Kok ngantuk sih baru jam segini, hoaaaamm ya Allah ngantuk sekali." keluh Bintari.
Tidak sadar kalau minuman yang ia minum barusan mengandung sesuatu yang sangat berbahaya, bahkan sekarang bahaya yang lebih besar datang di kehidupan Bintari. sebuah tangan kekar dan berotot besar datang memeluk nya, Bintari kaget karena mendadak ada orang lain.
"Siapa kamu?!" Bintari berusaha untuk tetap sadar.
"Ayo bermain dengan ku, ayo lah aku tau kamu juga mau." bujuk Mateo tersenyum jalang.
"Jangan ganggu aku!" Bintari mundur ketakutan.
"Sayang, kamu cantik dan kalem sekali." Mateo gemas melihat Bintari ini.
"Ya Allah di mana Lula tadi, kenapa ada orang aneh masuk rumah ini?" batin Bintari sudah panik.
Di tengah rasa panik nya yang kian hebat, pria ini menarik tangan Bintari hingga gadis kecil ini tersentak sampai jatuh dalam pelukan nya. benda kenyal di balik kaos putih itu sangat menggoda Mateo, dia tau kalau Bintari masih perawan sehingga hasrat untuk menaklukan nya sangat besar.
"Lepaskan aku!" Bintari mencakar wajah nya Mateo.
"Hei!" Mateo berseru marah karena wajah dia terasa perih.
"Lepaskan, tolooooong! Lula tolong aku, tolong." Bintari menjerit keras dan dia mulai menyesal karena menyuruh Kendal diam di dalam mobil saja karena takut Kendal banyak tingkah.
Namun Mateo jelas tidak akan melepaskan Bintari begitu saja, melihat ikan segera maka sudah bisa di pastikan dia akan ngiler dan harus memakan nya. Bintari sama sekali tidak tau kalau Lula menyaksikan ini semua dari rekaman CCTV dan dia bersantai di kamar atas, sembari menghisap rokok nya dengan senyum puas.
Tidak akan ia mau jatuh dalam lubang nista ini sendirian, malah kalau bisa ia akan mengajak semua orang agar bernasib sama seperti diri nya. Lula merasa dunia sungguh tidak adil, sejak kecil dia menderita dan mulai beranjak dewasa ia terus di hina oleh Ibu nya Bintari, merantau pun hidup nya tambah tidak karuan.
"Enak sekali kau menikmati hidup mu yang lancar lancar tanpa ada siksaan, coba lah untuk mencoba sosis Mateo dan aku berharap anak akan tumbuh dalam rahim mu." Lula tersenyum sinis.
"Bagai mana nanti reaksi Ibu mu saat tau anak kesayangan nya ini hamil, hahahahaaa aku sungguh tidak sabar menunggu hasil itu." Lula terbahak bahak.
"Ahahaaa pasti nya Ibu mu yang bermulut comberan itu akan menangis dan aku berharap dia frustasi lalu gantung diri, soal Ayah mu aku tidak khawatir karena dengan tubuh ini saja dia sudah pasti tergoda." Lula sudah menyusun semua rencana.
"Andai saja kau tidak tamak, sudah lah hidup mu enak malah sekarang kau mau ambil Arka juga." gumam Lula sambil menenggak wine.
Dia sama sekali tidak kasihan pada Bintari yang terus berontak melawan Mateo, baju nya sudah robek di bagian pundak karena di tarik oleh Mateo. sial nya hari ini Bintari juga menggunakan rok pendek stelan dengan baju nya, dia pikir mau keluar dengan teman harus stylish agar teman tidak malu.
"Ayo lah sayang, aku tidak tahan lagi." Mateo ingin menyambar bibir Bintari.
Plaaaak.
"Bangsat bajingan, laki laki jahanam!" Kendal sudah merasuk di tubuh Bintari.
"Wah jalang manis ini besar juga nyali nya." Mateo mengusap pipi nya yang panas.
"Kau yang jalang! kemari kau, biar ku buat remuk alat mu." geram Bintari menyerang Mateo marah.
Sreeeet.
Crasssh.
"Aaaaaahh!" Mateo menjerit keras karena paha nya di cakar Bintari.
Duaaaaak.
"Makan kaki ku ini, bangsat!" Bintari menendang perut Mateo.
"Dia bisa berkelahi?!" Lula kaget menyaksikan Bintari di bawah.
Mateo yang kena tendang jatuh pingsan telentang di atas lantai karena tadi kepala nya juga terbentur dengan ujung sofa, Bintari yang sudah marah dan baju nya juga berantakan, dia langsung menyambar tas dan segera pergi dari villa ini tanpa mencari lagi di mana keberadaan Lula yang kata nya pergi ke warung.
Bintari ya guys.
Hallo guys meluncur bab ketiga ya, jangan lupa like dan komen kalian semua.
mau apa kau disini pangeran ulo yunior???
Kau hanya boleh mendekati Bintari jika kau sudah memantapkan hatimu pada Bintari.Jika hanya ingin menyakiti hati Bintari,jangan harap kau bisa dekat2 dengannya.
semoga sembuh