Noda Pernikahan

Setelah beberapa saat didalam, wanita cantik itu kembali keluar, dan tanpa memperhatikan Zayyan yang masih berdiri disana Tari menghentikan sebuah taksi dan berlalu meninggalkan pria itu. Tujuan utamanya adalah rumah, karena pasti suaminya akan pulang saat ini

"Awalnya aku memang ingin melepas kamu Tari, tapi melihat siapa yang menjadi suamimu, aku bertekad akan merebut kamu dari laki-laki brengsek itu!" Zayyan hanya menatap mobil berwarna biru muda yang semakin menjauh

"LDR kamu sama Tari itu terlalu jauh mas!" Suara seorang wanita membuat Zayyan tersentak lalu menoleh

"Maksud kamu?"

"Ya jauh, Mas ganteng ada dibumi, sedangkan Tari berada dalam dekapan suaminya. Jauh dan tidak tergapai!" Latifah semakin mendramatisir keadaan

"Saya pasti akan merebut Tari dari pria bajingan itu!"

"Maksud mas ganteng apa?" Latifah tidak bisa berpikir jernih saat ini, Zayyan terlihat sangat marah pada Prasetya

Tak menjawab, pria tampan itu gegas masuk mobil dan mengendarai kendaraan roda empat itu menjauh dari toko

"Laki-laki itu sama sekali tidak pantas bersama Tari" Zayyan mencengkram erat kemudi mobil yang berada dalam genggamannya, dirinya tak menyangka bahwa sekali lagi wanita yang ia cintai dihadapkan dengan pria brengsek yang mencintai dua wanita

Ya, Zayyan ingat! Prasetya adalah pria yang pagi tadi menemani seorang wanita hamil dirumah sakit. Dari interaksi keduanya, jelas sekali bahwa wanita itu adalah istri dari pria yang merupakan suami Tari itu

"Apa mas Pras ada dirumah?" Betari baru saja tiba, namun mobil suaminya tak berada dirumah

"Nggak ada neng, den Pras belum pulang, ada apa?" Tanya bi Ida saat menyambut kedatangan majikannya

"Nggak pa-pa bik, cuma nanya aja" Wanita cantik itu segera berlalu, menaiki anak tangga menuju kamarnya, ia akan menunggu sang suami disana lalu menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi

"Apa neng Tari sama den Pras berantem ya?"

Sementara Prasetya memilih apartemen untuk menenangkan diri. Ya, hatinya tengah kacau saat ini, pagi tadi bertengkar dengan Sabrina, dan siangnya melihat sang istri dalam pelukan pria lain

"a.. aa kesini? Ada masalah?" Suara lembut itu sedikit memberi ketenangan

"Biarkan aku disini sebentar Sabrina!" Prasetya bersandar pada sofa panjang lalu menutup matanya dengan tangan, rasanya terlalu lelah untuk sekedar menjelaskan

"aa ada masalah sama mbak Tari?" Tanya Sabrina yang juga ikut duduk disisi suaminya

"Jangan dibahas sekarang!"

Sabrina mengangguk, ia tak lagi banyak tanya "aa mau mandi? Biar Sabrina siapkan air hangat!"

"Mandi bareng gimana?" Prasetya menegakkan tubuhnya lalu menatap wajah cantik disisinya

"Boleh, Aku juga belum mandi" Sabrina tersenyum lalu menundukkan wajahnya

Prasetya bangkit, lalu membawa tubuh wanita itu dalam gendongannya dan melangkah menuju kamar mandi, berharap semua ini akan memberinya ketenangan dan melupakan sejenak amarah yang ada dalam hatinya

Benar saja, setelah bersama Sabrina, mood Prasetya sedikit membaik, keduanya tengah  berbaring di atas tempat tidur dengan Sabrina berada dalam dekapan suaminya dan Prasetya membelai lembut rambut panjang itu sambil menikmati aroma floral yang memanjakan

"Mau cerita?" Sabrina berharap dengan bercerita beban yang ada pada sang suami sedikit berkurang

"Aku melihat Tari bersama pria lain" Akhirnya Prasetya menceritakan apa yang ia lihat ditoko siang tadi

"Apa aa yakin kalau mbak Tari melakukan hal yang a Pras pikirkan?" Tanya Sabrina dengan masih memeluk tubuh sang sang suami

Prasetya menggeleng "Tari nggak mungkin melakukan itu" Ucap Prasetya pada akhirnya membuat Sabrina mengukir senyum di bibirnya

"a Pras sudah dengar penjelasan mbak Tari?" Prasetya menggeleng lagi

"Masalah tidak akan selesai kalau aa menghindar seperti ini!" Ucapan itu sedikit membuat Prasetya tenang. Mungkin mamang benar jika Tari memiliki penjelasan untuk apa yang siang tadi terjadi

"Biarkan aku disini malam ini, besok aku akan bicara sama Tari" Prasetya semakin mempererat pelukannya pada tubuh sang istri hingga keduanya tenggelam dalam alam mimpi

Sementara ditempat berbeda, Betari tengah cemas saat ini, berkali-kali ia mencoba menghubungi suaminya namun telepon itu bahkan tidak tersambung membuat rasa bersalah semakin besar dalam hatinya

"Kemana kamu mas?" Tari benar-benar frustasi, ia lemparkan benda pipih itu diatas kasur dan memilih untuk menenangkan diri diatas balkon

Betari mendongak, menatap gugusan bintang yang bertaburan malam ini, membiarkan hembusan angin menerbangkan setiap helai dari rambutnya yang indah

Kristal bening mengalir membasahi pipinya, rasa sesak datang menghampiri karena untuk pertama kalinya dalam empat tahun suaminya marah sebesar ini hingga memilih untuk tidak pulang

Matahari menyapa, membuat wajah terlelap itu bersinar mengikuti hangatnya sinar matahari pagi ini, Tari mengerjap saat merasakan hangat menerpa wajahnya. Sejak kapan ia terlelap, itupun di kursi kayu panjang yang ada diatas balkon. Bahkan hawa dingin saja tidak ia rasakan semalam

"Mas Pras?" Tari kembali kekamar. Dingin, tak ada kehangatan yang seperti biasanya, suaminya benar-benar tidak kembali kerumah malam tadi

Dengan langkah gontai, wanita cantik itu melangkah masuk kekamar mandi, mungkin menyibukkan diri dengan bekerja akan membuatnya sedikit melupakan masalah yang tengah menerpa rumah tangganya

"Non Tari mau sarapan dulu?" Tanya Bi Ida saat wanita cantik itu tiba diruang tamu

"Nggak usah bik, Tari langsung ke toko aja" Betari memaksakan senyum diwajahnya, melangkah keluar rumah, diluar taksi online pesanannya sudah menunggu

Sementara Prasetya bangun lebih siang hari ini, tidurnya ternyata nyenyak juga. Pria itu menoleh, disampingnya sudah tidak ada Sabrina sang istri

"Kemana dia?" Prasetya keluar dari kamar tersebut, mencari keberadaan sang istri yang entah berada di mana

"Kamu masak?" Tanya Prasetya saat melihat sang istri berkutat dengan bahan masakan

"Iya, Sabrina bikin nasi goreng, semoga aa suka" Sabrina dengan semangat menyajikan nasi goreng buatannya diatas meja

"Harusnya kamu tidak perlu melakukan ini Sabrina! Kamu itu sedang hamil" Prasetya duduk sambil menikmati sarapan yang tengah dihidangkan sang istri

"Cuma masak aja kok a, tidur-tiduran terus juga nggak baik untuk kesehatan bayinya" Setelah mengisi piring suaminya dengan nasi goreng ia lalu mengambilnya untuk dirinya sendiri, porsinya bahkan dia kali lipat lebih banyak dari Prasetya membuat pria tampan itu terkekeh

"Kenapa a? Ada yang lucu?" Sabrina jadi heran, kenapa suaminya itu malah tertawa

"Tidak ada, oh iya, kamu harus makan yang banyak biar anak kita sehat dan cepat keluar nya"

Sabrina tersenyum, sekarang ia tau apa yang membuat suaminya tertawa, tentu saja nasi goreng yang terlihat menggunung itu

"Maaf a"

"Kenapa minta maaf? Itu bagus" Keduanya menyantap menu sederhana itu dengan penuh kehangatan, sesekali keduanya saling melempar candaan lalu tertawa bersama