Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.
Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.
Bagaimana kisahnya? Simak yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami tua
Tika yang berada di rumah sedang merengek karena merasa lapar.
'Si4l, aku lapar banget begini, mau makan apa ini? Lagian si bod0h itu kemana sih gak pulang-pulang?' Tika melirik kearah mertuanya. 'Hm, apa mertuaku ini juga gak merasa lapar ya? Kok anteng-anteng aja! Aduh, ini lapar beneran nih perut.' Batin Tika.
"Ma, aku lapar banget nih. Mama ada uang gak?" Tanya Tika sambil mengelus-elus perutnya.
"Aduh, kalau lapar sih Mama juga lapar ini. Lagian itu si Misha kemana sih jam segini gak pulang-pulang?" Jawab Dewi yang begitu kesal karena Misha yang tak kunjung pulang.
"Mana Mama punya uang cuma tinggal 200 ribu, itu aja mau Mama pakai buat arisan besok. Emang uang kamu yang dikasih Rian kemarin udah kamu pakai? Lagian kan Refan juga selalu kirim uang buat kamu kan?" Imbuh Dewi bertanya mengenai uang milik Tika.
"Em, anu, itu." Tika menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Tika tipe wanita yang boros. Sekalinya pegang uang tangannya sudah gatal ingin segera membelanjakannya.
Terdengar suara deru mobil memasuki halaman rumah.
"Ma, sepertinya itu Rian, deh."
Dewi mengangguk. "Kita tunggu aja sampai dia masuk."
Benar saja, tak lama Rian pun masuk.
"Rian, akhirnya kamu pulang juga, kita berdua lapar."
"Kalian lapar ya? Nih, pas banget aku tadi beli makanan. Kita makan bareng kalau begitu."
Dewi dan Tika sangat antusias.
"Wah pas banget. Tika, cepetan kamu siapkan semuanya di meja makan."
"Aku, Ma?"
"Kalau bukan kamu siapa lagi? Masak Mama sih. Cuma ambil peralatan masak doang kok pasti kamu juga bisa kan? Kan kamu tahu sendiri Misha sedari tadi belum pulang."
Rian terkejut. "Misha? Keluar?"
"Iya. Istri bod0hmu itu sudah sadar, Rian. Dan sekarang entah dia kelayapan kemana."
"Iya, Mas. Mana dia pergi gak masak dulu tadi." Imbuh Tika.
"Kita bicarakan setelah makan aja. Katanya kalian lapar."
Tika mengangguk dan segera mengambil peralatan makan. Mereka bertiga pun memilih untuk mengisi perut terlebih dahulu.
Setelah mereka selesai makan. Dewi membuka obrolan.
"Rian, apa kamu udah siapkan salinan sertifikat yang sudah kita bahas semalam?" Tanya Dewi.
"Oh, udah Ma. Tenang aja. Rian pastikan nanti kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Apalagi dia sudah sadar, akan lebih cepat kita mendapatkannya." Jawabnya dengan tersenyum licik.
"Tapi, kalau nanti dia curiga gimana, Mas?" Tanya Tika khawatir.
"Kamu tenang aja sayang. Dia nanti dirayu dikit aja pasti langsung luluh. Surat yang aku buat ini hampir mirip dengan surat aslinya. Dengan ini nanti bisa ku jadikan jaminan untuk mengusir dia. Setelah itu kita akan mencari surat yang asli. Dan dengan surat yang satunya ini, kalau dia sudah tandatangan, kita akan dengan mudahnya membalikkan nama."
Tika mengangguk sambil tersenyum, dia sudah begitu tidak sabar. Tika sudah membayangkan kalau dirinya akan menjadi satu-satunya ratu di rumah itu.
Sementara Refan dan Misha hampir sampai di rumah.
"Misha, kita turun disini aja ya, aku gak mau sampai Tika tahu kalau aku bawa mobil. Bukan gak mau dia tahu, hanya saja aku ada alasan tersendiri." Ucap Refan.
"Oke, Mas." Jawab Misha singkat. Dia tak mau terlalu kepo dengan urusan orang lain.
"Ya udah, kamu turun duluan aja. Aku parkir mobil dulu."
Misha mengangguk lalu turun dengan membawa beberapa barang belanjaannya. Lalu Misha berjalan masuk kedalam rumah.
"Assalamu'alaikum." Sapa Misha mengucap salam waktu masuk kedalam rumah.
Rian dan Tika yang baru saja duduk berdua di sofa ruang tamu pun terkejut dengan kedatangan Misha.
Rian mendadak terbengong melihat penampilan Misha yang berubah.
'Cantiknya.' Batin Rian.
"Wah wah, baru pulang kamu? Dari mana aja kamu?" Tanya Tika.
"Lihat itu istri bod0hmu. Jam segini baru pulang. Pasti dia itu kelayapan." Seru Dewi yang datang dari dalam dengan nada kesalnya.
Seketika Rian tersadar.
"Ada orang memberi salam itu baiknya dijawab dulu." Ucap Misha menasehati.
"Hallah, gak usah sok alim kamu dan gak perlu sok-sokan mengajari ataupun menasehati kita. Kamu lihat sendiri kan, Rian? Sekarang dia mulai berani menjawab."
"Dan itu, kamu lihat. Dia bawa banyak belanjaan pasti ngabisin uang kamu." Imbuh Tika.
"Kamu dari mana? Itu paper bag sebanyak itu kamu belanja apa aja? Jangan boros-boros kamu." Tanya Rian yang mulai terpancing amarah.
'Oh, ini toh suaminya Mbaknya yang tua itu! Hallah, cakep juga enggak, kok Mbaknya mau-maunya sih sama laki-laki modelan begini.' Batin Misha. Mimik mukanya langsung berubah sepet.
"Ada apa ini?" Tanya Refan yang baru masuk.
Sontak mereka semua beralih menatap Refan yang baru saja datang.
'Nah, kalau dibandingin sih cakepan Mas Refan. Kalau gue suruh milih sih, mending gue nikah sama Mas Refan. Hihi. Eh astaghfirullah.' Batin Misha mengusap dadanya.
"Mas Refan. Kamu udah pulang?" Tanya Tika menghampiri Refan.
Refan tersenyum mengangguk. Tika pun bergelayut manja di lengan Refan.
"Iya. Barengan sama Misha tadi. Gak sengaja ketemu di Mall." Jawab Refan.
Tika menaikkan alisnya sebelah.
"Bareng? Bareng gimana maksudnya? Terus kalian naik apa kesini?" Tanya Rian.
"Kita naik taksi tadi." Jawab Refan berbohong.
"Ah mereka mau naik apa itu mah gak penting. Mas Refan dari Mall kan? Hayo ngapain? Oh, beliin aku oleh-oleh ya? Mana sekarang oleh-olehnya?" Ucap Tika sambil menengadahkan kedua tangannya tanda dirinya meminta suatu barang pada Refan.
Refan mendengar pertanyaan dari Tika langsung geleng-geleng kepala.
"Hmm, kamu ini. Lagian aku ini baru aja datang, disuruh duduk dulu atau buatin kopi dulu gitu. Masak ini udah ditagih oleh-oleh. Apa sepenting itu oleh-oleh buat kamu?" Tanya Refan menatap Tika dengan perasaan kesal.
"Pssff" Misha menahan tawa.
Tika melirik Misha. "Ngapain kamu? Mau ngetawain aku? Pergi sana." Bentak Tika yang tak terima.
Rian yang merasa cemburu dengan Tika dan Refan memilih untuk pergi. Namun, sebelum itu dia mengajak istrinya untuk ikut bersamanya.
"Misha, kamu ikut aku." Ucap Rian lalu gegas pergi meninggalkan semua orang.
Misha memutar bola matanya malas. Tapi, dia melangkah mengikuti Rian.
'Pasti dia ngambek nih sama aku.' Batin Tika menatap kepergian Rian.
"Tika, kamu urus suami kamu dulu. Mama mau masuk ke dalam." Ujar Dewi.
"Hm, iya Ma." Jawab Tika.
Tika beralih menatap Refan.
"Mas, kamu ke Mall beneran cuma beliin aku oleh-oleh kan? Atau jangan-jangan barang bawaan Misha tadi kamu ya yang beliin?"
"Kamu ini bilang apa sih? Kamu mikirnya terlalu jauh. Mana mungkin aku bayarin belanjaan adik ipar sebanyak itu. Lagian dia kan punya suami. Ya pasti itu uang dari suaminya. Lagian aku tadi hampir gak sengaja mau nabrak dia di pintu keluar tempat parkir. Aku kira dia pergi sama Rian, ternyata hanya sendiri. Ya sudah aku ajakin bareng."
Tika nampak berpikir.
'Apa iya ya itu uang dari Rian? Kalau iya sih aku mau protes sama dia. Bisa-bisanya ngasih uang buat Misha.' Batin Tika.
"Ya kan siapa tahu begitu. Mana pakai acara gak sengaja ketemu sama Misha pula."
Refan semakin geleng-geleng kepala. Tak mengerti dengan jalan pikiran istrinya itu.
"Kan udah aku jelasin tadi. Lebih baik aku bersih-bersih dulu. Aku baru sampai loh, lelah pula kamu malah ngasih berondong pertanyaan yang gak penting begini." Jawab Refan kesal.
"Tapi, Mas. Mas Refan, Mas."
Refan pergi mengabaikan panggilan Tika.
"Tika Tika. Suami baru pulang bukannya disambut dengan lembut malah, ah tauklah. Aku jadi semakin yakin dengan keputusanku." Gerutu Refan mengacak-acak rambutnya.