Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Dari dulu aku tidak masalah kalau harus tinggal di sini. Karena Mas Azriel suamiku, aku akan ikut di mana pun Mas Azriel tinggal. Mama pikir keputusanku untuk pindah hanya karena hal sepele? Tidak, Ma. Kalau Mama berpikir seperti itu, itu jelas salah besar." Suasana menjadi hening. Tidak ada suara apa-apa selain helaan napasnya.
"Coba Mama ingat bagaimana Mama memperlakukan aku di rumah ini." Nada suaranya kini berubah tegas. Ini saatnya ia mengeluarkan semua unek-unek yang selama ini ia pendam. "Aku sudah tidak sanggup lagi menjadi pembantu dan baby sitter gratis! Apa lagi Rere dan Ria tidak ada rasa terima kasihnya sama sekali. Aku bukannya gila hormat, tapi, siapa yang akan tahan diperlakukan seperti itu?"
Naura ingin melihat seperti apa reaksi Mama Sovi. Akankah wanita itu membuka matanya setelah ini?
Mama Sovi hanya menatap Naura seraya menghela napas panjang.
Membuat Naura kembali melanjutkan kalimatnya.
"Aku bukannya tidak mau membantu saudara ipar, Ma. Setelah delapan bulan ini aku sudah berusaha bersikap baik pada mereka, tapi tidak ada sikap baik yang mereka tunjukkan padaku."
"Bukankah selama ini Mama juga memperlakukanku dengan kurang baik? Aku dikucilkan karena berasal dari desa. Memang apa salahnya kalau aku berasal dari desa?" cecarnya sambil tetap berusaha bersikap tenang.
Mama Sovi memalingkan wajah. Wanita itu sedang berusaha menutupi kesalahannya.
Apa yang di katakan Naura semuanya adalah fakta. Maka dari itu ia tidak bisa mengelak lagi.
Ia memandang sebelah mata menantunya hanya karena dia satu-satunya menantu yang berasal dari desa.
Memang salahnya di mana? Apa menjadi orang desa itu berdosa?
Rasanya lebih berdosa orang-orang yang suka mencari muka dan mengadu domba seperti Ria dan Rere.
"Mama ingin aku memperlakukan Mama seperti Ibu kandungku sendiri. Tapi Mama tidak mencerminkan hal itu ke aku. Tidak ada seorang Ibu yang menjadikan anaknya sebagai pembantu dan tidak dihargai," gumamku lalu memberi jeda sebentar.
Naura mengatur napas dan berusaha agar tetap tenang. Biarpun dalam hati amarahnya bergejolak layaknya api yang menyala-nyala.
Ia tidak mungkin melawan ibu mertuanya dengan amarah. Cukup bicara tenang, namun menusuk ke hati agar wanita itu tidak bisa mengelak lagi.
"Sudah, sudah! Kenapa malah membahas yang lain?" sungut Mama Sovi menekuk wajahnya tersinggung.
Baru disinggung begitu saja wajahnya sudah masam.
Apa kabar Naura yang diperlakukan tidak adil di rumah itu hampir selama delapan bulan lamanya.
Jika diibaratkan tempat penampungan air, mungkin sudah meluber ke mana-mana.
"Mama hanya ingin kalian tetap tinggal di sini dengan Mama. Itu saja, apa susahnya, sih?" protes Mama Sovi tak terima. "Kenapa malah bahas A sampai ke Z!"
"Itu alasan aku ingin pindah, Ma. Kenapa masih tanya lagi?" sahutnya menahan senyum sinis. "Apa harus aku ulangi lagi supaya Mama tidak mengulang pertanyaan yang sama?" sindir Naura.
Mama Sovi kembali memalingkan wajah.
"Aku sudah bilang pada Mas Azriel. Ada atau tanpa adanya Mas Azriel, aku akan tetap pindah rumah." tandasnya final.
Mama Sovi seketika terkejut begitu pun dengan Azriel.
"Sekarang keputusannya ada di tangan Mas Azriel, Ma. Ikut pindah rumah denganku, atau tetap tinggal di sini tanpa aku."
Mama Sovi langsung menatap Azriel dengan tatapan menuntut penjelasan.
Sementara Azriel hanya menanggapi dengan helaan nafas panjang.
"Benar itu, Azriel?" desak Mama Sovi tak sabaran. "Lalu keputusan kamu apa? Kamu tidak akan meninggalkan Mama kan, Nak? Iya, kan?"
Naura tersenyum melihat kebodohan ibu mertuanya.
Jika sampai Azriel setuju untuk tetap tinggal di rumah itu dan melepasnya untuk tinggal sendiri, itu sama saja dengan Azriel tak menganggapnya lagi.
"Ma," sela Azriel dengan raut wajah memelas.
"Apa jawaban kamu, Zriel?" tanya Mama memaksa.
Azriel mengembuskan napas panjang. Ia menyugar rambut kasar lalu menatap Mama Sovi dengan tatapan serius.
"Aku juga tidak mau meninggalkan Mama. Tapi, kalau aku tinggal di sini tanpa Naura, mana bisa? Kami sudah menikah, sudah seharusnya tinggal bersama. Walaupun tidak di sini, tapi di rumah kami sendiri."
Sepasang mata Mama Sovi mendelik tajam. Ingin sekali ia mencak-mencak. Menuduh Naura sudah memberi pengaruh buruk pada putranya.
Tapi Azriel bukan lagi seorang anak kecil? Pria itu sudah dewasa dan bisa berpikir dengan bijak.
Mama Sovi saja yang memiliki pikiran sedikit lain.
"Baiklah!" Mama Sovi mengangkat kedua tangannya menyerah. "Tapi Mama ingin tahu, dari mana kamu mendapat uang untuk membeli rumah mewah? Rumah di komplek perumahan itu tidak murah. Mahal sekali. Hanya orang yang memiliki uang banyak saja yang bisa beli!"
Azriel menatap ke arah istrinya. Apa ini sudah saatnya ia membongkar identitas istrinya di hadapan sang mama?
Mungkin saja, mamanya tidak akan berbuat semena-mena lagi pada istrinya.
Dianggap orang desa dan tidak punya apa-apa!
"Di mata Mama dan yang lain, aku tidak bekerja, kan? Hanya jadi beban Mas Azriel? Asal Mama tahu. Aku punya perkebunan dan pabrik sawit. Uangku lebih dari cukup kalau hanya untuk membeli satu rumah di komplek perumahan itu." jawab Naura jujur.
"Apa?!" pekik Mama Sovi menatap tak percaya dengan mulut menganga lebar.
***********
***********
smoga Azriel sll berada di jln yg lurus...
tunggu sja mm sovi apa yg km tabur... kelak akn km tuai hasilnya.... ank dan mantu" parasitmu yg akn mnenggelamkn dirimu... beserta mereka jga ikut tnggelam...
dan smoga saja azriel bukan suami yg bodoh dan mudah di hasut.... di manfaatkn mereka....
sumpah..... hidupnya cm bikin ssh org lain....
se kali" lah seatap dgn mantu" kbanggaan dan ksayanganmu.... agr km tau mna yg manusia ber adab dan mna yg hnya manusia parasit tak tau diri...
biar mrtuamu tau wujud asli mantu" sengkuninya....
krna tak ada luka yg paling mnyakitkn selain pnghianatan...
syukur" kalian para kturunan dajjal di poligami.... biar tau rasa kalian....