Kisah seorang istri yang mencintai suaminya, namun di balas dengan penghianataan dan balas dendam kelurga nya.
Ella menyambut cinta Andrean yang selalu perlakuan dirinya bak seorang Ratu. Hingga akhirnya mereka menikah. Namun sayang, sikap peduli, perhatian dan kasih sayang Andrea menghilang begitu saja. Andrean perlakukan Ella bak orang asing di rumah nya sendiri.
Hingga perselingkuhan Andrean di ketahui Ella. wanita berparas cantik yang memiliki segudang prestasi itu mencoba bertahan. Ia Terus berbuat baik dan patuh pada sang suami. Tetapi kesabaran Ella ada batasnya, sampai akhirnya pertahanan Ella runtuh.
Ella membuat permohonan surat cerai dan mentalak Andrean.
Pria tampan penuh kharisma itu berkata "kau ingin bercerai? Tidak akan pernah bisa, selama pembalasan ku belum berakhir!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sirkuit pacuan kuda
Mobil ku sudah memasuki halaman gedung bertingkat yang menjulang. Saat aku turun dari mobil, Darren sudah berdiri di samping mobil ku.
"Bagaimana menurut mu, independen corp nama perusahaan kita yang baru." kata Darren sambil menatap kearah nama perusahaan di atas plang reklame.
Aku ikut mengadahkan kepala dan menatap nama di atas gedung berlantai 15 itu. Aku tersenyum dan ikut bangga telah berhasil membangun perusahaan di bawah kepemimpinan Darren. Tentu saja aku tidak mau terang-terangan di depan dunia kalau aku ada andil di perusahaan independen yang baru aku bangun bersama Darren. Cukup nama Darren yang berperan, agar perusahaan kami kuat, sebab Tuan Arnold Willis ayah Darren, ikut andil dalam mewujudkan impian kami.
Aku masuk kedalam gedung bersama Darren. Di sebuah aula sudah berkumpul para pelamar untuk interview. Aku di bantu karyawan dari perusahaan ayahnya Darren mulai melakukan interview secara terbuka. Dari jam delapan hingga jam dua siang kami baru selesai.
Aku memutuskan beberapa pelamar yang sesuai dengan keinginan ku dan Darren. Pelamar yang terpilih akan di umumkan melalui email.
Aku masih sibuk mendata ulang pelamar yang akan aku pilih. Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan ku. Darren masuk sambil membawakan aku juice jeruk.
"Pasti kau haus." katanya, menaruh juice diatas meja.
"Terima kasih Darren."
"Bagaimana kau sudah dapatkan kandidat nya."
"Sudah! Kata ku, meriah juice dan menyedotnya hingga setengah.
Darren meraih kertas nama-nama calon kandidat "Sudah jam tiga, ayo kita makan dulu."
Aku beranjak dari duduk dan melangkah pergi bersama Darren untuk makan siang di sebuah restoran yang tak jauh dari Kantor kami.
Aku dan Darren menikmati steak dan salad yang berada di restoran. Tanpa kami sadari seseorang menghampiri kami.
"Tuan Darren, selamat sore." sapanya dengan ramah, tetapi pria itu enggan menatap ku. Aku tak perduli dan pura-pura tidak melihatnya.
"Pak Justin, kebetulan sekali." kata Darren acuh tak acuh
"Kebetulan saya lewat jalan sini dan saya mampir untuk mengisi perut."
"Silakan makan bareng kami." katanya basa-basi
"Tidak terima kasih, Saya permisi dulu."
Darren mengangguk dan tidak memaksa Justin untuk bergabung. Darren menatap ku dan berkata "Apa dia masih suka menyakiti mu?"
"Aku tidak pernah menganggap orang-orang seperti mereka ada, meskipun mereka sahabat suamiku dan memiliki status sosial tinggi." kata ku sambil memotong kecil beef diatas piring.
Darren menghela nafas berat "Kau benar, tidak perlu kau perdulikan mereka, cukup ambil sikap diam."
Ella menoleh pada Darren dan tersenyum "Kapan kau habiskan makananmu, bila masih terus bicara."
Darren mulai meraih pisau dan memotong kecil daging didepannya, lalu di masukkan kedalam mulut. Kami menikmati makan siang dengan hikmat.
Suara dering ponsel menghentikan makan ku sejenak, aku melihat nama Raisa di layar ponsel. Dengan cepat aku mengangkatnya.
"Ya Raisa."
"Kamu lagi dimana?"
"Aku sedang makan siang bersama Darren."
"Nanti malam ada lomba pacuan kuda, aku sudah belikan dua tiket."
"Kau serius?"
"Tentu saja, bukankah kau paling suka lihat perlombaan balap kuda?"
"Baiklah, aku akan datang."
"Kalau gitu aku langsung menuju lokasi, di sirkuit."
"Oke Ella, kita ketemuan disana."
Selesai berbincang dengan Raisa, aku kembali berbicara dengan Darren.
"Jam lima aku pulang, nanti malam aku mau lihat perlombaan balap kuda. Apa kau ingin ikut?"
"Aku ada acara kelurga dengan papih ku. Bila masih ada waktu, aku kabarin kamu."
"Oke! Kataku sambil menghabiskan soda susu di depanku.
Jam lima tepat aku meninggalkan perusahaan dan berpisah dengan Darren juga beberapa karyawan dari perusahaan ayah Darren yang membantu kami dari pagi hingga sore.
Jam setengah enam aku sudah sampai rumah. Setelah rehat sejenak dan meracik teh hijau tanpa gula, aku membersihkan diri di dalam kamar.
Aku memakai celana jeans dan kemeja hitam, karena acaranya tidak formal. Mengusap bedak permukaan kulit dan lipstik warna nude agar wajahku tidak pucat. Aku masuk kedalam mobil dan melaju ke tempat sirkuit pacuan kuda Gloacester park.
Mobil ku sudah memasuki parkiran, aku keluar dari mobil dan melihat Raisa di pintu masuk melambaikan tangan kearah ku. Aku berjalan mendekat dan menerima tiket darinya. Kami duduk dua baris di belakang tiket VIP. Raisa sudah memilih pacuan kuda no 7 dengan nama Nona Viva yang katanya pendatang baru. Dia wanita yang di sukai Raisa, penampilan nya sangat modis dan berkelas. Tubuh seksinya berbalut kaos berwarna merah marun ketat, Aku tidak terlalu jelas melihat wajah wanita itu, sebab jarak kami terlalu jauh meskipun lampu sorot memenuhi seluruh area sirkuit.
Acara sudah di mulai, kuda-kuda sudah mulai di lepas, para penunggang kuda mulai memainkan tali kekang untuk memacu kuda agar berlari dengan cepat dan melewati beberapa putaran menuju start.
Aku tidak memilih salah satu dari 20 peserta, aku hanya menikmati lomba pacuan kuda dengan tenang tanpa berisik dan huru-hara seperti penonton lainnya.
Raisa di samping ku begitu antusias dan berteriak memanggil nama Viva dengan suara kencang.
"Ella, kau mengidolakan siapa?" tanyanya sambil bersorak
Aku hanya menggeleng cepat "Tidak ada!" kataku, Namun tatapan ku masih tertuju pada pacuan kuda di depan ku yang semakin seru.
"Aku sedang taruhan dengan teman kantor ku, dan aku taruhan atas nama Viva." sahut nya sambil meneropong.
Bagi Raisa dan teman-temannya sudah biasa membuat taruhan untuk mendapatkan uang . Tetapi aku tidak pernah tertarik untuk taruhan.
"Ella... Viva menang! Teriak Raisa sambil loncat-loncat kegirangan.
"Hore.. aku menang taruhan!" Raisa langsung memeluk ku.
"Aku pasti akan mentraktir mu.' katanya dengan suara riang.
Aku begitu penasaran dengan idola Raisa, yang membuatnya tergila-gila. Aku meminjam teropong miliknya dan mulai meneropong wanita bernama Viva dengan no urutan 7, alangkah terkejutnya aku saat melihat wanita yang sudah memenangkan perlombaan pacuan kuda itu.
"Vivian?! Pekik ku, tubuh ku terpaku dan aliran darah ku seakan membeku. Aku tak menyangka, ternyata Viva itu adalah Vivian.
Disana aku juga melihat Andrean, Justin dan Bastian. Mereka sudah pasti akan datang, apalagi Vivian adalah wanita yang selalu berada di dekat Andrean. Aku melihat binar bangga di wajah tampan suamiku. Walaupun pria itu terlihat dingin dan angkuh, tetapi untuk seorang Vivian ia akan memperlihatkan perhatian dan bucin nya. Entahlah, sajak kapan mereka mulai dekat, aku tidak tahu pasti.
Usai pertandingan pacuan kuda aku berniat untuk pergi ke toilet, sejak tadi aku menahan pipis. Selesai dari toilet aku mencuci wajah ku di wastafel. Saat aku mengangkat wajah ku, dari kaca depan terpantul sosok Vivian di belakang ku. Ia tersenyum meremehkan
"Ternyata kau datang juga." ejek nya "Kau lihat sendiri bukan? Kalau aku selalu jadi juara" katanya lagi jumawa.
Aku meraih tissue dari dalam tas ku dan mengusap wajahnya dengan lembut. "Jadilah juara tanpa harus mengambil milik orang!" balasku sambil melangkah pergi tanpa memperdulikan dirinya yang mulai emosi.
💜💜💜