Kisah seorang menantu yang pernikahannya hancur karena ibu mertuanya yang memaksa putranya untuk menikah lagi dengan alasan sang menantu mandul. Vanniya harus merasakan sakit hati melihat kemesraan sang suami bersama madunya hingga ia membalas rasa sakit ini kepada ibu mertuanya.
Suatu hari ibu mertua Vanni mendapati sang suami membawa wanita lain ke rumahnya dengan status sebagai istri kedua. Wanita itu terduduk lesu, Vanni yang melihatnya segera mendekatinya.
" Bagaimana ma? Manis bukan madu yang aku kirimkan untuk mama?"
Bagaimana usaha Vanni balas dendam kepada ibu mertuanya? Apakah setelah ini Vanniya akan kembali kepada sang suami atau ia memilih meninggalkan suaminya dan menjalani kehidupan barunya?
Ikuti dan dukung kisah mereka berdua.
Baca pelan" dan tidak perlu boomlike karena akan mengurangi performa karya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMNESIA ATAU PURA PURA?
Mendengar ucapan Tama, Andreas nampak seperti orang linglung. Ia menatap Tama, Vanni dan yang lainnya seolah bertanya apakah yang di katakan Tama itu benar? Namun tidak ada satu pun yang memberikan penjelasan kepadanya.
Andreas menatap Vanni, " Sayang apa yang di katakan Tama itu benar? Kenapa aku ingatnya kamu itu istriku. Kita baru saja menikah kan? Aku cuma meninggalkanmu sebentar, aku ingin mengambil kejutan untukmu sebagai hadiah pernikahan kita, tapi aku malah tertabrak motor dan masuk rumah sakit." Ujar Andreas.
Sama, sama seperti saat menikah dulu. Andreas meninggalkan Vanni sebentar untuk mengambil kejutan yang ternyata sebuah mobil untuk Vanni. Namun bedanya dulu Andreas tidak tertabrak motor alias baik baik saja.
Andreas mengenggam tangan Vanni, " Katakan sayang! Katakan yang sebenarnya kepadaku! Apa aku telah melewatkan sesuatu? Kenapa dia bilang kalau kamu istrinya? Apa kau diam diam telah menikah dengannya?" Selidik Andreas.
Vanni menelan kasar salivanya, bersamaan dengan itu nyonya Ratna yang baru masuk segera menghampiri Vanni.
" Mama mohon Vanni! Tolong jangan hancurkan Andreas sekali lagi. Dia sudah hancur, beruntung dia masih hidup. Tolong jangan katakan apapun padanya karena itu bisa berakibat fatal untuk kesehatannya." Pinta nyonya Ratna sambil mengatupkan kedua tangan di dadanya.
" Mama, mama ini ngomong apa? Siapa yang hancur? Lalu kenapa Vanni tidak boleh mengatakan apapun? Aku butuh penjelasannya ma." Ujar Andreas menyentuh bahu ibunya.
" Andreas tolong jangan katakan apa apa lagi. Ayo kita pulang! Ini bukan rumahmu nak!" Ujar nyonya Ratna.
" Ini memang bukan rumah kami ma, tapi kami menyewa rumah ini untuk melangsungkan pernikahan kami tadi. Apa mama bahagia aku telah memberikan seorang menantu yang baik hati seperti Vanni? Kami pasti akan memberi mama cucu yang banyak supaya mama bisa bermain dengan mereka. Pasti rumah kita akan ramai ma." Ucap Andreas dengan mata berbinar.
Nyonya Ratna menatap Vanni seolah meminta bantuannya.
" Bagaimana kalau apa yang kau pikirkan salah mas? Bagaimana jika sebenarnya kita telah berpisah dan aku sudah menikahi pria lain?" Vanni mencoba memancing Andreas.
" Kau akan melihat tubuhku terbujur kaku di hadapanmu sayang. Kau tahu artinya kan? Aku tidak bisa hidup tanpamu." Jawaban dari Andreas membuat Vanni semakin bingung. Ia tidak tega jika harus mengatakan yang sebenarnya kepada Andreas. Ia khawatir kondisi kesehatan Andreas fatal. Rupanya hatinya tidak sekejam ucapannya.
" Sudah lah tidak perlu membicarakan yang enggak enggak. Kita bicarakan yang baik baik saja. Ayo kita pulang sayang! Acara kita sudah selesai." Andreas menarik tangan Vanni namun Vanni tidak bergerak.
" Ayo sayang! Kenapa kamu masih berdiri di sini hmm? Apa kamu mau makan sesuatu dulu biar aku ambilkan?" Tawar Andreas.
Cukup sudah Tama menahan emosinya selama ini. Ia menepis tangan Andreas, " Lepaskan tangan istriku! Kau tidak ada hak untuk menyentuhnya lagi. Sudah aku bilang dia bukan istrimu lagi. DIA ISTRIKU!!" Ucap Tama penuh penekanan.
" Nak Tama, tolong jangan paksa Andreas untuk mengingat semua. Kondisinya sedang tidak baik baik saja!" Pinta nyonya Ratna.
" Aku tidak peduli apakah dia baik baik saja atau tidak. Sama seperti anda yang tidak peduli dengan perasaan Vanni saat anda menghinanya mandul hingga anda membawakan madu dalam rumah tangganya. Salahkan diri anda sendiri yang menyebabkan hidup putramu tidak bahagia. Jangan pernah meminta orang lain untuk mengorbankan kebahagiaannya." Ucap Tama dengan tegas.
" Sekarang pergilah dari sini sebelum bodyguard saya menyeret kalian berdua karena telah membuat keributan di acara pernikahan saya." Imbuh Tama.
" Sebenarnya ada apa ini? Kenapa kalian saling bersitegang? Aku hanya ingin membawa pulang istriku kenapa anda seolah menyulitkanku tuan Tama?" Ujar Andreas menatap Tama.
" Pasang telingamu baik baik!" Ucap Tama menatap Andreas dengan tatapan nyalang. " Kamu dan Vanni sudah bercerai. Sekarang Vanni itu istriku, dan mulai sekarang jangan pernah kamu ganggu dia. Lebih baik kamu berobat agar ingatanmu kembali dan tidak menyusahkan kami." Sambung Tama mulai terpancing emosi. Ia menggenggam tangan Vanni, " Ayo sayang!"
Tama menggandeng tangan Vanni meninggalkan ruang tamu yang telah di sulap menjadi istana. Keduanya menuju kamar Vanni yang berada di lantai atas. Andreas menatap kepergian Vanni dengan tatapan kosong.
" Sayang." Nyonya Ratna menyentuh bahu Andreas.
" Apa maksud pak Oktama mama membawa madu ke pernikahanku dan Vanni? Sebenarnya apa yang telah terjadi ma? Kenapa aku tidak ingat apa apa? Apa mama membuat kesalahan? Aku ingat sejak dulu mama tidak menyukai Vanni karena dia yatim piatu. Apa mama sengaja memisahkan kami?" Tanya Andreas menatap ibunya. Nyonya Ratna bungkam tidak bisa berkata apa apa.
" Jawab ma!!!!!!" Bentak Andreas mengguncang kedua bahu ibunya.
" Hiks... Maafkan mama sayang! Mama tidak bermaksud memisahkanmu dengan Vanni. Waktu itu Vanni tidak bisa hamil makanya mama memaksamu menikah dengan Luna."
" Apa????" Pekik Andreas tak percaya. Bagaimana dirinya bisa menyakiti sang istri begitu dalam.
" Kalian memang sudah berpisah, dan hari ini adalah hari pernikahan Vanni dengan Tama karena Vanni telah mengandung anaknya." Imbuh nyonya Ratna membuat Andreas semakin terkejut. Entah kejadian apa yang telah terjadi sebelumnya, ia sama sekali tidak mengingatnya.
" Mama memang jahat, aku nggak nyangka kalau mama tega memisahkan aku dengan Vanni. Padahal mama tahu kalau aku sangat mencintai Vanni. Aku membenci mama. AKU MEMBENCIMU!!!" Bentak Andreas di depan nyonya Ratna.
Nyonya Ratna menangis tersedu sedu, selain ia merasa di permalukan di depan umum. Hatinya juga merasa sakit di bentak seperti itu oleh anak yang sangat ia sayangi.
Setelah mengatakan itu Andreas segera pergi dari rumah keluarga Azkara. Nyonya Ratna menatap pria yang kini telah menjadi mantan suaminya.
" Apa kau mau menertawakan aku pa? Sekarang hidupku hancur. Kau meninggalkan aku, dan Andreas membenciku." Ucap nyonya Ratna.
Tuan Ardi tersenyum kecut, " Aku tidak akan menertawakan kamu. Tapi aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu. Jadikan hal ini sebagai pelajaran, sesuatu yang kamu anggap baik belum tentu baik untuk orang lain. Jangan pernah mengorbankan kebahagiaan orang lain lagi demi keegoisanmu." Tutur tuan Ardi.
" Aku menyesali semuanya, maafkan aku! Aku akan pergi jauh dari kehidupan kalian. Aku doakan semoga kau bahagia."
Setelah mengatakan itu nyonya Ratna segera keluar menyusul Andreas yang sudah pergi lebih dulu. Pemandangan itu di lihat Vanni dari atas balkon kamarnya.
" Apa kau mau mengejarnya?"
Vanni membalikkan badan dimana Tama sudah berdiri di belakangnya.
Glek...
Vanni menelan salivanya saat melihat Tama telanjang dada. Otot otot perutnya terlihat begitu sempurna di mata Vanni.
Grep....
Tama menarik pinggang Vanni hingga tidak ada jarak di antara mereka. Keduanya saling melempar pandang.
Deg deg deg...
Jantung keduanya berdetak sangat kencang. Bahkan mungkin keduanya bisa saling mendengar suara detakan jantung satu sama lain.
" Ya Tuhan alangkah gagahnya suami baruku ini. Sangat berbeda jauh dari tubuh mas Andreas. Meskipun mas Andreas gagah namun perutnya tidak se sixpack ini. Alangkah beruntungnya aku jika bisa menyusupkan wajahku ke sana." Ujar Vanni dalam hati.
Tama yang terpesona dengan kecantikan Vanni pun menggumam dalam hatinya.
" Kau memang selalu cantik Vanni. Bahkan sepertinya bidadari di atas khayangan pun kalah cantiknya denganmu. Apalagi menggunakan pakaian seperti ini, kau terlihat sangat sexi membuat sesuatu di bawah sana meronta ronta."
Bagaimana tidak? Saat ini Vanni hanya memakai tanktop hitam dan hotpants berbahan kain membuat tubuh mulusnya terekspos sempurna.
" Aku tidak akan mengejar sesuatu yang telah aku buang. Buat apa mengejar yang lama jika sudah ada yang baru." Ucap Vanni tak melepaskan tatapannya dari wajah sang suami.
" Baru nikah maksudnya, kalau masalah kesucian sudah terenggut lama ha ha ha." Ucap Vanni sambil tertawa.
" Itu karena kamu sayang. Aku rela memberikan kehormatanku kepadamu." Sahut Tama memajukan wajahnya lalu...
Cup...
Tama mencium bibir Vanni. Sadar tidak ada penolakan, Tama pun mengubah ciuman itu menjadi lumatan. Vanni memejamkan matanya menikmati manisnya saling bertukar saliva. Keduanya terhanyut dalam suasana kamar yang semakin memanas. Hingga sesuatu yang harusnya terjadi akan terjadi. Namun sebelum semua itu terjadi tiba tiba...
TBC...