Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keceplosan
Tengah malam terdengar suara motor berhenti tepat di teras rumah,siapa lagi pemilik nya kalau bukan Rudi.tidak biasa nya Rudi pulang ke rumah seperti sebelumnya.mungkin ada sesuatu yang mendesak sampai membuat pria ini pulang.
Naima yang terbangun akibat terusik dengan bunyi motor milik Bapak nya, setengah sempoyongan berdiri mengintip dari balik tirai.kedua kaki sengaja di sembunyikan di balik dinding agar tidak terlihat dari luar.
Diam-diam Dito yang tidur di kasur sebelah juga ikut terbangun lalu mengintip kakak nya .meskipun kamar ini gelap cahaya lampu dari luar sangat membantu nya mengamati setiap pergerakan dari Naima.
Apa yang ada di dalam kepala nya seakan menyatu dengan isi kepala Naima.Dito memasang telinga dengan jeli demi bisa mendengar pembicaraan dari luar.
" Aku mau mandi! Cepat siapkan air hangat dan baju ganti nya." Rudi menerobos masuk layak nya penguasa yang tidak kenal takut ataupun malu.
Di luar sana sudah ada Maryah yang menyambut kepulangan suami nya,Naima mengepal erat kedua tangan.ibu nya masih bisa bersikap sedemikian padahal Rudi sama sekali tidak pernah menganggap dirinya ada.entah sudah tidur atau belum ibu nya tadi,Naima belum sempat memastikan nya.
" Iya Pak." jawab Maryah setelah mengecup punggung tangan suami nya.
Rudi tampak membuang pandangan ke arah lain, dengan mata yang sedikit menyipit setelah lelah berkencan dengan Neneng kekasih hati nya.malam ini Rudi terpaksa pulang ke rumah karena di rumah Neneng sedang ada saudara yang menumpang.
Maryah menyalakan api kompor sedikit besar supaya air yang ada di dalam panci besar segera mendidih.sambil menunggu air nya panas.Maryah kembali mendekati suami nya yang tengah duduk bersandar sambil memainkan handphone canggih nya.
" Bapak sudah makan? Biar ibu siap kan makanan nya?" tawar Maryah selalu menjalankan tugas nya sebagai istri dengan baik.sedikit pun tidak mengharapkan balasan dari Rudi.
" Tidak perlu! Aku tidak berselera makan lagi." jawab Rudi ketus membalikkan layar ponsel nya agar tidak kelihatan oleh Maryah.
Namun tanpa di sadari oleh Rudi,Naima yang masih berdiri di balik pintu melihat dengan jelas wajah wanita yang ada di layar handphone bapak nya, setelah memerintahkan Maryah menyiapkan air panas untuk nya.Rudi ternyata sedang menghubungi wanita muda nya.
Kedua kaki Naima bergetar hebat melihat keberanian Rudi yang seakan tidak ada takut nya di depan Maryah.di dalam rumah saja seperti ini apalagi di luar sana.
Kelakuan gila Rudi barusan benar-benar memporak-porandakan hati Naima yang sudah sejak lama memilu.
" Ini air nya sudah siap Pak." ujar Maryah memberi tahu masih bisa bersikap santai namun dalam hati nya tidak ada yang tahu.
Rudi berdiri dan lekas menyimpan handphone nya di sebuah tempat yang sama sekali tidak ada yang tahu. tidak ada yang boleh menyentuh handphone nya kecuali dirinya sendiri.
Naima memejamkan mata sejenak menenangkan jiwa yang bergejolak hebat.
" Ada apa Mbak?" tanya Dito ikut duduk di samping kakak nya .
Dito setengah berbisik takut kedengaran dari luar.Naima diam dengan mata yang berkaca-kaca.adik nya masih kecil belum seharus nya mendengar masalah sebesar ini.Naima takut mental Dito tidak akan kuat menghadapi kenyataan ini
" Geser ke sana jangan dekat-dekat dengan ku,Kamu tidak mandi ya,bau nya menyengat sekali." bentak Rudi kepada Maryah.
Padahal Maryah hanya ingin duduk di samping suami nya,mengajak mengobrol santai siapa tahu hati Rudi bisa mencair.namun belum sempat duduk Maryah malah di usir dengan begitu kasar.
Maryah tersentak tersenyum canggung menahan rasa sakit yang teramat besar dalam hati nya.
" Maaf Pak! Tadi Ibu sudah mandi kok." jawab Maryah memilih melanjutkan pekerjaan nya ketimbang mendekati Rudi.
Senyum di wajah Maryah memudar seiring dengan kepala yang menunduk fokus.hinaan ini masih belum seberapa dengan apa yang selama ini di terima nya.
" Sudah mandi Kamu bilang! Tapi bau mu tetap saja seperti itu, pakai deodoran biar keti4k mu tak bau terasi,wajah pucat mu kasih bedak biar tidak kucel seperti itu .baju mu itu buang saja beli daster baru.harga daster kan murah di pasar,cocok buat Kamu yang seperti ini."sindir Rudi seakan-akan ingin membandingkan Maryah dengan Neneng.
Sangking sibuk nya menyindir,dia lupa kalau tidak pernah memberi nafkah untuk istri nya.ingin istri terlihat cantik tapi malah memelihara wanita di luar sana tanpa pernah ingat dengan istri dan anak-anaknya.
" Iya Pak." singkat saja jawaban dari Maryah,membantah pun juga percuma.
" Cari kerja yang bisa menghasilkan uang banyak,bukan malah jualan di pasar.Kamu pikir pedagang di pasar ada yang suka dengan Kamu.jangan kebanyakan mimpi." masih saja berlanjut padahal jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
" Pak! Jangan teriak-teriak.nanti anak-anak terbangun."Rudi berdecak tak terima di tegur oleh Maryah.
" Biarkan saja anak mu mendengar semua nya, Mereka juga sama seperti Kamu.seperti anak yang tidak pernah di urus berbeda sekali dengan keponakan ku, padahal Kamu selalu berada di rumah." Maryah menghela nafas mengusir rasa sesak yang menyerang hati nya.
Di dalam kamar, Naima meremas kuat selimut usang , sampai membuat selimut itu sobek .jika tidak ingat Rudi adalah ayah nya dan selalu di bela oleh sang ibu.sudah sejak tadi Naima berlari Keluar membantah semua ucapan Rudi,kapan perlu selimut ini dia masukkan ke dalam mulut Rudi biar tidak banyak bicara lagi.
" Mbak! Bapak kenapa selalu marah dan menyudutkan Ibu?" tanya Dito membuat Naima mengalihkan pandangannya ke arah Dito.
" Mungkin Bapak sudah bosan hidup sama kita,di luar sana Bapak selalu bersenang-senang." jawab Naima tidak mampu lagi menyembunyikan perasaan kecewa nya terhadap Rudi.
" Bosan? Bersenang-senang? Maksud Mbak apa?" tanya Dito lagi.
" Nanti Kamu pasti paham dengan maksud Mbak! Satu hal yang Mbak pinta kepada Kamu! Kelak jika sudah dewasa dan menikah,jangan pernah menyakiti hati istri dan anak mu.sayangi mereka karena mereka lah yang nanti nya akan menolong Kamu dalam keadaan apapun.Mbak sendiri yang akan menghukum Kamu jika sampai Kamu meniru perilaku Bapak yang jahat itu."ucap Naima dengan tegas.
" Iya Mbak." jawab Dito patuh.
" Sudah ayok kita lanjut kan lagi tidur nya, anggap saja suara Bapak itu hanya angin yang berhembus kencang." Naima merebahkan tubuh nya bersiap melanjutkan tidur di ikuti juga Dito.
Prang...Prang...
Bunyi yang cukup keras dari luar kamar membawa Naima dan Dito beranjak dari tempat tidur.kakak beradik ini berlomba - lomba ingin sampai lebih cepat.
" Lancang sekali Kamu menyentuh handphone ku." teriak Rudi dengan gerakan tangan menarik rambut Maryah.
" Maaf Pak! Tadi Ibu cuma mau melihat siapa yang menelpon Bapak malam-malam begini."kata Maryah pelan kepala menunduk dengan tubuh yang bergetar takut.
Padahal jari Maryah sama sekali belum menyentuh handphone milik Rudi,tapi Rudi sudah marah seperti ini.sebegitu berharga nya kah handphone itu dari pada Maryah yang jelas-jelas masih sah sebagai istri nya.
" Jangan lancang Kamu! Apa perduli mu dengan handphone ku." Rudi menabrak tubuh Maryah sampai membuat istri nya terjatuh menimpa asbak rokok yang berisi puntung rokok milik Rudi.
Maryah mendesis menahan rasa sakit akibat rambut yang di tarik dan juga kulit yang terbakar api dari rokok.namun Rudi sama sekali tidak perduli bahkan kembali menghakimi Maryah dengan kata-kata yang tidak pantas untuk di dengar.
" Ku peringati Kamu! Jangan pernah lagi menyentuh barang-barang ku dengan tangan kotor mu itu,masih mending Aku mau pulang ke rumah ini.laki- laki di luar sana mana ada yang betah hidup bersama wanita bau seperti Kamu ini.pemalas dan tidak pandai merawat diri." Rudi mengambil kunci motor bersiap untuk pergi dari rumah.
" Bapak...Apa yang terjadi? Kenapa Bapak seperti ini?" tanya Dito sementara Naima sudah lebih dulu membantu ibu nya berdiri dan menyingkirkan asbak rokok sejauh mungkin.
" Kamu masih kecil! Urus saja ibu mu itu,bilang sama ibu mu untuk bekerja keras lagi cari uang yang banyak." Dito menatap penuh benci Rudi namun Rudi sama sekali tidak perduli.
Tugas mencari uang dalam sebuah keluarga bukan lah tanggung jawab ibu nya,tapi Rudi dengan begitu enteng nya berkata demikian seakan lupa tugas dan tanggungjawab yang sesungguhnya.
Rudi sudah kembali rapi dengan celana pendek dan baju kaos yang melekat di tubuh nya.
Semua baju dan celana milik Rudi wajib di setrika sampai licin,jika ada yang masih kusut pasti akan marah-marah lagi.bahkan demi bisa membuat baju Rudi selicin mungkin Maryah sampai harus menyeterika baju itu berulang kali.
" Jangan Bapak pikir Naima tidak tahu apa yang Bapak lakukan di luar sana! Kalau emang tidak Sudi memiliki istri bau seperti ibu,kenapa masih pulang juga ke rumah ini." teriak Naima murka.
Plak...
Plak..
Rudi langsung menampar wajah Naima dengan sangat keras,Dito yang tidak terima dengan sikap Rudi buru-buru melindungi Kakak nya.
" Sudah Pak! Jangan lakukan itu lagi." mohon Maryah sambil bersimpuh di kaki suami nya.
" Berdiri Bu! Jangan lagi memohon kepada Bapak yang brengsek ini." Naima sama sekali tidak takut.
Malam ini semua pecah,dia bahkan tak perduli dengan wajah yang sudah memar. Sikap arogan Rudi membuat dada Naima bergemuruh hebat tidak mampu lagi membendung nya.Rudi yang semakin marah mendengar ucapan Naima kembali maju lalu meremas kuat lengan Naima sampai membuat kulit Naima berubah menjadi merah.
Naima sama sekali tidak merintih atau menangis,semua yang Rudi lakukan malam ini akan selalu dia ingat hingga esok hari.
" Urus anak si4lan mu ini." kata Rudi tanpa menimbang perasaan istri dan anak-anaknya.
Setelah Rudi pergi,tubuh Naima luruh ke lantai berbarengan dengan air mata yang tak sanggup lagi di bendung.
" Bapak jangan pergi dulu." teriak Maryah masih mencegah kepergian suami nya.
" Sudah Bu! Jangan di panggil lagi." Dito angkat suara melihat ibu nya yang masih mengharapkan Rudi tetap bertahan di rumah ini.
Tak ada kata yang keluar dari mulut Naima,masih sama seperti kemarin ibu nya selalu membela Bapak nya.padahal kesalahan Rudi sudah begitu fatal.
" Seharusnya Kamu tidak perlu berbicara seperti itu kepada Bapak mu.besok minta maaf kepada Bapak mu."kata Maryah sambil mengelus pipi Naima yang sakit.
" Ck...Sampai kapan pun Naima tidak akan meminta maaf kepada Bapak,kenapa ibu selalu memikirkan Bapak padahal kita semua sudah sangat di rugikan oleh Bapak." ujar Naima menatap Ibu nya.
" Jangan mau di bodohi terus Buk! Naima akan menjadi anak berbakti jika orang tua Naima juga memperlakukan Naima dengan baik.Naima bukan anak kecil lagi yang tidak tahu bagaimana cara menghormati orang tua." Maryah terdiam tak ada yang salah dengan kata-kata yang di ucapkan oleh Naima.namun Rudi dan keluarga nya mana mau paham.tetap saja Maryah yang akan di salah kan di anggap tidak becus mengurus anak-anaknya.
Naima menggenggam erat kedua tangan ibu nya, sedang kan Dito tengah mengurut kaki kanan Maryah yang terkilir karena ingin melindungi Naima.
" Lain kali jaga sikap dan mulut mu.Ibu harap Kamu tidak memelihara kebencian itu lagi." ungkap Maryah hanya ingin anak nya tumbuh tanpa benci dan dendam.
" Bagaimana Naima tidak benci! Bapak atau suami yang selalu sibuk bela itu bukan lah pria yang baik, bersikap semau nya .jarang pulang ke rumah.sering marah-marah padahal hanya kesalahan kecil.dan yang lebih parah nya lagi Bapak punya wanita lain di luar sana."
Jreng...Jreng...
Maryah membeku, begitu juga dengan Dito yang tercengang mendengar ucapan Kakak nya.jadi ini yang di maksud oleh Naima dari kemarin.
" Beneran Mbak?" tanya Dito ingin memastikan.
" Iya." jawab Naima yang memilih jujur dan tidak ada guna nya lagi menutupi kelakuan Bapak nya.
Naima bangkit memeluk Ibu dan adik nya, air mata kekecewaan kembali tumpah.Dito pun ikut menangis.tak pernah Dito bayangkan jika hal ini terjadi dalam hidup nya.
" Sudah cukup Bu! Kita juga berhak bahagia meskipun tanpa Bapak." kata Naima lirih.
Toh punya Bapak atau pun tidak sama saja rasa nya, mereka tidak pernah mendapatkan perhatian dari Rudi.sekedar bertanya Kamu lagi apa saja Rudi tidak pernah.
Yang ada setiap pulang ke rumah Rudi selalu menampilkan wajah bengis dan sikap kasar nya.
Sudah cukup ,muak sekali Naima melihat perangai Bapak nya.
Jika tidak menginap di rumah selingkuhan nya pasti Rudi kabur ke tempat Kakak tercinta yang sama jahat nya seperti Rudi.besok pagi pasti Bi Lidia akan datang ke rumah ini memarahi ibu nya.
" Apa Kamu bilang?" Maryah masih tidak terima namun Naima tidak perduli.
Dito juga ikut masuk ke kamar meninggal kan ibu nya yang masih berpihak kepada Rudi,sambil melamun di tengah gelap nya suasana kamar. kepala Naima sangat berisik sekali.akan dia tuntas kan semua ini supaya mereka semua bisa hidup tenang tanpa cacian dan makian lagi.
" Besok sepulang sekolah Kamu ikut Mbak."
Bersambung
Ayo guys jangan lupa like, tinggal kan jejak di kolom komentar dan bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ nya ya.
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...