NovelToon NovelToon
Tetaplah Di Sisiku (After 10 Years)

Tetaplah Di Sisiku (After 10 Years)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan Tentara / Romansa / Dokter / Gadis Amnesia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Fantasi

Seorang pemuda lulusan kedokteran Harvard university berjuang untuk menjadi seorang tentara medis. Tujuan dari ia menjadi tentara adalah untuk menebus kesalahannya pada kekasihnya karena lalai dalam menyelamatkannya. Ia adalah Haris Khrisna Ayman. Pemuda yang sangat tampan, terampil dan cerdik. Dan setelah menempuh pendidikan militer hampir 2-3 tahun, akhirnya ia berhasil menjawab sebagai komandan pasukan terdepan di Kopaska. Suatu hari, ia bertugas di salah satu daerah terpencil. Ia melihat sosok yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Dan dari sanalah Haris bertekad untuk bersamanya kembali.

Baca selengkapnya di sini No plagiat‼️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Joko ambil paksa Hana

"Ris, lu kapan mau bawa pulang cewek lu itu?" tanya Fahri.

Haris menghela napas panjang. "Sebenarnya gue juga sudah tidak tahan begini... tapi, dia masih belum ingat gue. Kondisinya mendadak lemah kalau dipaksa mengingat semuanya."

"Cari cara dong... Kan lu dokter. Nanti dia diambil orang, nyesel lu... Cewek lu kan jadi kembang desa di sini," jelas Fahri mengingatkan.

"Nanti deh gue cari caranya... Untuk sementara, gue ikutin alurnya dulu. Yang jelas, gue harus buat dia nyaman sama gue," jawab Haris.

Fahri tersenyum dan ikut menyemangati temannya. "Semangat, Bro... Gue dukung lu."

Di sebuah ladang buah, terlihat seorang pemuda sedang meneliti hasil panennya. Pria itu adalah Amir, yang tengah sibuk memperhatikan dan mengawasi para pegawainya memanen buah dari kebunnya. Tiba-tiba, Hana terlihat berlarian untuk menemui Amir. Ia ingin meminta maaf atas kejadian tempo hari yang membuat Amir marah padanya. Dengan napas tersengal, Hana melihat Amir yang tengah serius mencatat sesuatu. Dengan cepat, ia menghampiri Amir.

"A' Amir..." panggil Hana dengan wajah yang seperti murung.

Amir mendengar panggilan itu dan menatap gadis yang menjadi idamannya yang tengah berdiri di depannya. Wajah Amir hanya melihat Hana dengan datar, lalu kembali fokus mencatat. Merasa diacuhkan, gadis itu terlihat sangat sedih. "A' Amir marah sama aku ya? Maafkan aku... aku bersalah..."

Amir terdiam sejenak, lalu ia berpura-pura untuk tidak memperhatikan Hana. Ternyata Hana datang tidak dengan tangan kosong; ia membawa satu paper bag lumayan besar dan menyerahkannya pada Amir. "Aku ingin mengembalikan ini semua... Maaf aku memberikannya di sini, karena kalau di rumah A' Amir tidak bakal keluar. Terima kasih selama ini sudah baik sama aku... Aku bakal selalu ingat kebaikan A' Amir..."

Hana meletakkan barang tersebut di tanah dekat Amir yang tengah berdiri. Hana pun tersenyum getir saat menatapnya. "Kalau gitu, aku permisi ya, A'," lirihnya.

Perlahan, Hana membalikkan tubuhnya dan pergi menjauh dari Amir. Saat Hana mulai menjauh, catatan dan pulpen yang dipegang Amir seketika terjatuh. Tubuhnya lemas sampai ia terduduk di tanah. "Maafkan AA ya, Hana... Bukannya AA marah sama kamu... tapi, AA harus jaga jarak karena kamu memang tidak bisa AA miliki... Kamu sudah ada yang punya, Han..." lirih Amir bergumam. Lalu ia menatap sedih ke arah barang yang selama ini ia berikan pada Hana.

Hana pulang ke rumah dengan keadaan menangis dalam diam. Air matanya terus mengalir tanpa suara. Kebetulan, saat ia kembali ke rumah, ada Puput yang sedang menunggunya di bale depan rumah. Puput terkejut melihat Hana menangis sepanjang jalan.

"Hana... kamu kenapa nangis kaya gini?! Siapa yang menyakiti kamu?!" ujar Puput sedikit khawatir.

Hana melihat Puput dengan menampilkan senyum palsunya. "Tidak apa-apa... aku bakal cerita sama kamu... Ayo kita masuk."

Puput pun mengangguk paham. Mereka duduk di bangku kayu dalam rumah. Di sana, Hana mulai menceritakan apa yang ia alami bersama Amir dan menjelaskan mengapa Amir marah padanya. Puput hanya menghela napas berat.

"Susah ya, Han, jadi kamu... Tapi mau bagaimana lagi..."

"Aku enggak enak saja, Put, sama A' Amir yang baik sama aku... Tapi jujur, aku tidak ada perasaan apa pun sama dia..."

Puput menghela napasnya lagi dan mengelus bahu sahabatnya. "Sudahlah, Han... Ini bukan salah kamu. Jangan pernah menyalahkan diri sendiri atas semuanya. Lagian A' Amir kan baik, tidak mungkin marah lama-lama."

Hana pun tersenyum tipis dan mengangguk setuju akan ucapan Puput. Saat mereka asyik berbincang, terdengar suara keributan dari arah luar dan itu membuat Hana dan Puput terkejut.

"Ada apa itu?"

"Keluar kaliaaann!!!!" ujar seseorang dari arah luar.

Minarsih yang sedang beristirahat pun kemudian keluar karena terganggu oleh suara bising tersebut.

"Siapa, Neng?"

"Tidak tahu, Mak..."

Minarsih melihat celah sedikit dan keluar secara perlahan untuk memastikan di luar.

Klekk... Sreeekk...

Pintu kayu terbuka. Minarsih kembali terkejut saat melihat kedua pengawal Joko datang lagi, kali ini tanpa wajah ramah sedikit pun.

"Ada apa kalian kemari?" tanya Minarsih.

Kedua orang itu menghampiri Minarsih dan menatap tajam ke arahnya. "Mana Hana?! Bos menyuruh kami untuk membawanya!"

"Sampai kapan pun saya tidak akan menyerahkan putriku padamu!" tegas Minarsih.

Mereka menyekap tubuh Minarsih sehingga ia berteriak kencang, dan salah satu dari mereka memukul Minarsih dengan kuat hingga darah mengucur di dahinya. Kemudian, mereka menyusup paksa rumah tua tersebut dan membuat Puput dan Hana kembali dikejutkan.

"Mau apa kalian?!"

"Ayo ikut dengan kami... Cepat!" ujar salah satu dari mereka, sembari menarik paksa Hana dan membuat Hana memberontak minta dilepaskan. Ia menarik Hana dengan kencang, tubuhnya terangkat hingga mengikuti langkahnya.

"Lepaskaaannn!"

Puput yang tak tinggal diam, berusaha membantu Hana dilepaskan dari kedua pengawal Joko. "Lepaskan dia!!!"

"Diam!"

Lalu Puput didorong keras oleh kedua pengawal tersebut sehingga terhuyung ke belakang. Hana terkejut melihat Minarsih pingsan dan Puput terjatuh.

"Maaakk!! Puput!!!" jeritnya dan air matanya turun deras.

"Lepaskaaannn!" Hana memberontak hebat. Namun tubuhnya sudah tidak bisa lepas karena dicekal kencang.

"Ayo cepat jalan!" bentak orang itu.

Mereka membawa tubuh Hana dengan kasar. Puput yang tersadar, melihat Hana sudah menjauh. Kepalanya sangat sakit akibat dorongan kuat orang-orang itu. Saat ia tersadar, Puput kembali menjerit nama Hana.

"Hanaaaaa!!!!!!"

Ia pun segera berdiri. Sebelum mencari bantuan, Puput membantu Minarsih berbaring di bale. Lalu ia berlari untuk mencari bantuan. Ia ingin menemui Amir, sang jawara, untuk membantu membebaskan Hana dari Joko. Namun, saat ia ingin mencari Amir, ia melihat Haris dan temannya sedang berpatroli di daerah tersebut.

"Pak Haris!"

Merasa terpanggil, Haris dan Fahri menoleh dan melihat Puput berlari ke arahnya.

"Loh, Puput... kamu kenapa?"

Napasnya masih tersengal. Kemudian Puput kembali menangis.

"Kenapa kamu nangis?"

"Pak... Hana, Pak... Tolong dia!" serunya panik sembari menangis kencang.

"Kenapa sama Hana?"

"Dia dibawa paksa sama pengawal Pak Joko... Aku khawatir sama Hana, Pak... Bu Narsih pun dibuat pingsan dan kepalanya berdarah..."

Mendengar itu, Haris dan Fahri terkejut.

"Ayo kita pergi selamatkan dia!" seru Fahri.

Haris menggeram marah. "Joko sialan!!" batinnya menggeram marah.

Lalu ia kembali menatap Puput. "Kamu cari bantuan untuk menolong Bu Narsih... Urusan Hana, biar kami yang mencari."

"Terima kasih banyak, Pak... Kalau gitu, saya izin pergi cari bantuan."

Haris mengangguk. Puput pun pergi dengan berlari mencari bantuan kembali untuk membantu Minarsih mendapatkan perawatan.

"Ayo kita pergi!"

"Ayo!"

Penyelamatan di Hutan dan Ingatan yang Kabur "Haaaaaa! Lepaskaaannn!" Teriak Hana.

"Diam! Bos saya sudah menunggu dia!"

Hana dibawa oleh pengawal Joko ke sebuah hutan lebat. Sementara Joko tersenyum menyeringai saat melihat gadis ang menjadi incarannya sudah ada di sana.

"Lepaskan... saya mohon..."

"Lepaskan dia..."

Hana dihempaskan hingga dahinya mencium tanah.

"Arghh!"

"Kalian boleh pergi." Para pengawal pun pergi meninggalkan mereka berdua.

Lalu Joko kembali menatap wajah Hana yang gemetar ketakutan, ia mundur perlahan untuk menjauh dari Joko.

"Jangan..."

"JANGAAAAAAANNNN!"

***

"Nahda," lirih Haris seolah mendengar jeritan seseorang.

"Bagaimana, Ris? Kita mau ke mana lagi?" Tanpa mendengarkan Fahri, Haris terus berlarian dan masuk ke dalam hutan lebat.

"Oi, lu mau ke mana?!"

Fahri pun ikut mengejarnya.

Haris merasakan bahwa Nahda ada di dalam hutan tersebut. Perasaannya seolah terhubung, memberikan petunjuk padanya untuk menemukan kekasihnya. Setelah jauh berlari, ia melihat anak buah Joko yang sangat banyak dan berjaga di sana.

"Pasti dia di sana," batin Haris.

"HANAAAAAA!!!" panggil Haris keras. Semua penjaga di sana melihat Haris dan menyerangnya.

"Heh! Kamu jangan masuk!"

"Berisik!!!"

Haris melawan mereka semua dengan tangan kosong. Fahri yang melihat Haris berkelahi ikut membantunya. Mereka berdua terlihat kewalahan karena hanya berdua. Saat Haris lengah, seorang penjaga berniat memukul Haris dengan balok. Namun tak disangka, penjaga tersebut terpental, tetapi bukan Haris yang melakukannya.

Haris terkejut melihat pria yang menolongnya. "Amir?!"

"Iya, saya... Anda cepat selamatkan Hana. Biar saya dan teman Anda mengurus orang-orang di sini."

Haris yang awalnya syok, dibuat kagum akan sifat Amir tersebut. Haris pun mengangguk lalu berlari menjauh dari mereka untuk menyelamatkan Hana. Amir menatap remeh sembari meregangkan ototnya. "Ayo kita main!" Dan Amir pun kembali menyerang mereka dengan bantuan Fahri di sampingnya.

***

"Ayo sayang... jangan takut," ucap Joko.

Joko memeluk tubuh kecil Hana dan berusaha untuk mencium gadis itu. Hana berusaha menutup wajahnya agar pria tua itu tidak berbuat lebih padanya. Joko yang kesal karena penolakan itu, akhirnya emosinya tak dapat terhindarkan.

"Dasar gadis kurang ajarrr!" Saat ingin memukul Hana, dari belakang ada yang menarik kerah bajunya sangat kencang sehingga tubuh tua tersebut ikut terseret menjauh dari Hana.

"Jangan kamu berani menyentuh dia lagi!" tegas Haris.

Hana bergetar dan membuka sedikit matanya. Ia terkejut setelah melihat pria yang kini tengah menyelamatkannya. "Haris?" lirihnya.

Haris menatap tajam dan mencekik pria tua tersebut. "Beraninya kamu menyentuh kekasihku, Pak Tua!"

BUGHHH!

"Aku akan membayar semua perbuatanmu!"

BUGHHH!

Joko sangat terkejut melihat Haris ada di depannya. Karena Harislah yang membuat dirinya menciut.

"Ampun... Tuan..."

BUGHHH!

Haris memukuli pria itu dengan membabi buta hingga membuatnya tak berdaya dan tidak bisa bergerak. "Inilah akibatnya jika kamu berurusan denganku!"

Haris pun meninggalkan tubuh Joko yang melemah. Ia melihat Hana yang sedang menangis ketakutan. Haris merubah sikapnya menjadi lembut kembali.

"Jangan takut... Ini aku..."

Hana masih terus menangis dan meringkuk ketakutan. Haris yang tidak tega, langsung merengkuh tubuhnya dan membawanya ke pelukannya. Meskipun ia sendiri menerima pukulan dari Hana saking takutnya.

"Lepaskan aku... Lepaskan akuuu!"

Karena menerima pukulan tersebut, Haris sedikit kesulitan. Kemudian ia merengkuh paksa wajah Hana dan mulai menempelkan bibirnya di bibir ranum milik Hana. Haris merekatkan tubuhnya sehingga memperdalam ciumannya. Hana sangat terkejut menerima perbuatan Haris itu. Matanya terbelalak, ia seperti melihat bayangan seseorang yang tidak asing di kehidupannya di masa lalu. Sementara Haris terus mengecupi sembari meneteskan air matanya karena tidak ingin kehilangannya lagi. Mungkin karena terbuai dengan suasana sepi, akhirnya Hana pun menerima dan mulai memeluk serta meremas rambut belakang Haris.

"Aku... aku seperti pernah merasakan ini," batin Hana.

Lalu dengan cepat, Hana kembali tersadar dan mendorong paksa sehingga tautan bibir mereka terlepas. Masing-masing dari mereka sama-sama menghirup napas banyak-banyak. Hana masih terkejut, tapi ia sangat kesal karena tidak ingat apa pun.

Kemudian, dengan cepat ia beranjak dari sana untuk kembali ke rumahnya dan pergi meninggalkan Haris. Sementara Haris hanya terduduk, ia tak bisa mengeluarkan kata-kata. Sembari mengelus bibirnya yang masih basah, ia sangat merindukan sensasi tersebut yang sudah lama tidak ia rasakan.

Kemudian Fahri melihat Haris terduduk di samping Joko yang sekarat, membuat Fahri datang menghampirinya.

"Si Hana mana?"

Haris menghela napas. "Dia sudah pulang."

"Loh? Terus kenapa lo masih di sini?"

Haris pun menoleh pada Fahri dan tersenyum. Lalu ia berdiri berhadapan dengan temannya. "Sudahlah... tidak usah dipikirkan. Yang penting dia selamat. Ayo, kita pergi dari sini."

Melihat Haris yang sedikit aneh, Fahri hanya bisa menggeleng tanda heran.

"Eh, tunggu gue!"

***

Hana yang ketakutan terus berlari kencang sembari melihat ke belakang agar tidak ada yang mengejarnya. Karena pandangannya terlalu fokus ke belakang, ia tak sadar jika telah menabrak tubuh seseorang di depannya.

"Arrrgghhh!"

"Kamu tidak apa-apa?"

Mendengar itu, Hana terbelalak dan menatap pria itu. Ternyata itu Amir. Bahkan pria itu tengah tersenyum padanya.

"Syukurlah... kamu tidak apa-apa."

Dengan cepat, Hana memeluk tubuh pria itu. Amir yang terkejut, bisa terdiam dan mengelus sayang, memberikan ketenangan pada gadis itu.

"Aku takut, A'..."

"Tidak usah takut ya... Ada aku."

Hana terus menangis. Lalu Amir pun menghapus air matanya. "Sudah... jangan nangis... Kita pulang... Aku antar kamu pulang ya." Hana tersenyum tipis sembari mengangguk. Akhirnya Hana pun diantarkan pulang oleh Amir setelah masalah tadi yang sudah menimpa dirinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!