Menikah?
Setelah mengajaknya berpacaran secara tiba-tiba, kini Tama mengajak Embun menikah.
"Pak Tama ngomong apa sih? nggak usah aneh-aneh deh Pak," ujar Embun.
"Aku serius, Embun. Ayo kita menikah!"
Sebenarnya tidak seharusnya Embun heran dengan ajakan menikah yang Tama layangkan. Terlepas dari status Dosen dan Mahasiswi yang ada diantara mereka, tapi tetap saja saat ini mereka berpacaran. Jadi, apa yang salah dengan menikah?
Apakah Embun akan menerima ajakan menikah Tama? entahlah, karena sejujurnya saat ini Embun belum siap untuk menikah.
Ditambah ada mantan kekasih Tama yang belum move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Restu!
Setelah panggilan video call diantara dirinya dan Tama terputus, Embun tidak bisa langsung tidur. Padahal tadi dia sudah agak mengantuk. Tapi sekarang rasa kantuknya itu seperti hilang tidak berbekas.
"Menikah? ini Bang Tama lagi kenapa sih? masa iya kita baru aja pacaran udah ajak nikah aja. 24 jam belum ada loh," gumam Embun.
Jujur saja, Embun benar-benar tidak habis pikir dengan Tama. Meskipun ada rasa bahagia saat Tama mengajak dirinya menikah, tapi tetap saja Embun merasa itu hal yang aneh.
"Ini Bang Tama cuma bercanda aja kali ya?" gumamnya.
Ya sudahlah ya, Embun sendirian tidak mau ambil pusing dengan hal itu. Untuk sekarang kita anggap saja kalau tadi Tama sedang bercanda.
"Dahlah, mendingan tidur aja. Apalagi besok kan harus berangkat kuliah," gumam Embun.
Daripada Embun terus memikirkan hal ini, lebih baik dia langsung tidur saja. Dan ya, tidak butuh waktu lama Embun akhirnya tertidur.
Tama terbangun dari tidurnya karena suara alarm ponselnya yang berbunyi. Semalam Tama memang tidak bisa tidur, dan baru tidur sekitar jam 2 dini hari. Oleh karena itu Tama sengaja memasang alarm agar tidak kesiangan. Mengingat hari ini dia harus berangkat ke kantor.
Mata baru saja terbuka, tapi ingatannya langsung tertuju pada Embun. Hal itu membuat Tama tanpa sadar tersenyum.
\-*Pagi ini gue bangun dengan status yang beda dari kemarin. Jadi pacar Embun? ya ampun, akhirnya*.-
Kalau ada seseorang yang melihat bagaimana Tama saat ini, mereka pasti akan berpikir kalau Tama adalah orang aneh. Bagaimana tidak, saat ini diam senyum-senyum sendiri tanpa alasan.
"Santai Tama, lo biasanya juga cool aja setelah berhasil jadiin cewek jadi pacar lo. Enggak usah salting-salting deh," gumam Tama mencoba untuk menenangkan diri.
Tama tidak tau kalau dirinya ternyata memiliki sisi yang seperti ini. Tama sendiri sadar kalau selama ini dia tipe laki-laki yang memang tidak banyak bicara dan orang-orang biasanya mengatakan kalau dia cool. Tapi dengan Embun, Tama ingin selalu mengajak gadis itu mengobrol. Dia suka mendengar suara Embun yang terdengar begitu lembut.
"Embun udah bangun belum ya?" gumamnya lagi.
Tama langsung saja membuka room chat diantara dirinya dan Embun. Ternyata Embun sedang online, itu artinya Embun sudah bangun.
***to: Embun***
*Selamat pagi, Embun. Udah bangun ya? lagi apa*?
Terlihat begitu klise dan terkesan menye-menye kah? tidak-tidak, bukankah ucapan sapa seperti ini adalah hal wajar yang biasa dilakukan sepasang kekasih.
***from: Embun***
*Selamat pagi juga, Bang. Iya nih, aku udah bangun. Dan sekarang mau siap-siap buat masak*.
Dan chatting diantara mereka berlanjut. Sampai akhirnya Tama baru sadar kalau hari sudah semakin siang. Dengan terpaksa dia harus mengakhiri chat antara dirinya dan Embun karena dia harus bersiap. Pagi ini Tama memiliki agenda rapat, jadi jangan sampai dia terlambat. Terlebih selama ini Tama paling anti dengan yang namanya terlambat.
"Duhh, jam nya kenapa muter cepet banget sih. Jadi enggak bisa chatting sama Embun lama-lama kan," gerutu Tama.
Setelah mengambil handuk, Tama langsung saja masuk ke kamar mandi.
"Selamat pagi," ujar Tama.
Saat ini Tama sudah rapi dengan pakaian kantornya.
Bunda Ambar dan Papa Rinto yang melihat kedatangan Tama tampak tersenyum tipis.
"Selamat pagi juga, Bang," jawab Bunda Ambar.
Tama duduk disalah satu kursi yang memang biasa dia duduki.
"Amara belum turun, Bun?" tanya Tama.
Tama tidak melihat kedatangan sang adik di meja makan.
"Belum, paling agak siangan. Kan adek kelasnya
Tama menganggukkan kepala. Setaunya kelas pertama Amara dan Embun memang baru dimulai sekitar jam 9 nan.
Tama meraih kopi diatas meja yang memang biasa dia minum sebelum sarapan.
Tiba-tiba...
"Kamu kayanya lagi bahagia banget, Bang. Ada apa?" tanya Bunda Ambar.
Tama masih terdiam, sejujurnya dia agak terkejut dengan pertanyaan Bunda Ambar. Apa ekspresi bahagianya terlihat begitu jelas? seingatnya saat ini ekspresi wajahnya biasa saja.
"Emangnya kenapa, Bun?" tanya Tama.
Bunda Ambar tersenyum tipis.
"Dari semalem ekspresi kamu itu keliatan kaya lagi bahagia banget," jawab Bunda Ambar, "Iya kan, Pa?" Bunda Ambar seolah meminta dukungan pembenaran dari Papa Rinto. Dan ya, Papa Rinto menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Jadi apa yang lagi bikin kamu bahagia, Bang?" tanya Bunda Ambar.
Tama terdiam sejenak. Haruskah dia memberitahu Bunda dan Papa nya soal dirinya yang sekarang baru saja menjadikan Embun pacarnya?
Sepertinya tidak ada yang salah dengan hal itu. Terlebih Tama juga sudah memberitahu Amara soal statusnya dan Embun.
"Aku sama Embun pacaran, Bun, Pa," jawabnya.
Dan ya, pengakuan Tama membuat Bunda Ambar dan Papa Rinto bahagia. Karena sudah lama juga mereka menginginkannya Embun menjadi menantu mereka. Ya memang sih saat ini Tama dan Embun baru pacaran. Tapi mereka juga akan membantu keduanya untuk segera naik ke jenjang yang lebih serius.
"Bagus! pacarannya jangan lama-lama ya. Kalau bisa secepatnya kalian menikah, Bang," ujar Bunda Ambar.
Nah loh, saat ini Embun langsung mendapatkan restu dari Bunda Ambar dan Papa Rinto.