NovelToon NovelToon
Janji Dibawah Langit

Janji Dibawah Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: vin97

Alexa tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan Angkasa-pria yang nyaris asing baginya. Bukan karena permintaan keluarga, bukan pula karena cinta, tetapi karena sebuah alasan yang tak bisa dijelaskan.

Alexa terjebak dalam kehidupan yang tak pernah ia inginkan, tapi semakin ia mencoba memahami pria itu, semakin banyak hal yang tak masuk akal dalam pernikahan mereka.

Di balik sorot mata tajam Angkasa, ada sesuatu yang tersembunyi. Sebuah kebenaran yang perlahan mulai terungkap. Saat Alexa mulai menerima takdirnya, ia menyadari bahwa pernikahan ini bukan sekadar ikatan biasa-ada janji yang harus ditepati, ada masa lalu yang belum selesai.

Namun, ketika semuanya mulai masuk akal, datanglah pilihan: bertahan dalam pernikahan yang penuh teka-teki atau melepaskan segalanya dan menghadapi konsekuensinya.

Di bawah langit yang sama, akankah hati mereka menemukan jalan untuk saling memahami? Atau pernikahan ini hanya menjadi awal da

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vin97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan tak terduga

Di perjalanan, suasana terasa begitu hening. Hanya suara mesin mobil yang menderu pelan, sesekali diselingi klakson kendaraan lain yang melintas di jalanan yang mulai gelap. Lampu-lampu kota berpendar di kaca mobil, menciptakan bayangan yang bergerak seiring laju kendaraan. 

Dari kursi belakang, sang ibu tiba-tiba bersuara, memecah keheningan. 

"Kalian sudah membahas tanggal pernikahan?" tanyanya mendadak, suaranya lembut namun penuh arti. 

Alexa, yang sejak tadi tenggelam dalam pikirannya, tersentak. Matanya berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menoleh ke arah ibunya. 

"Tanggal?" ulangnya pelan, seolah kata itu baru saja menyadarkannya. 

Ia ragu-ragu sebelum menjawab, merasa detak jantungnya semakin cepat. 

"Kami belum membicarakannya, Bu." 

Sang ibu mengangguk, tak bertanya lebih jauh. Percakapan terhenti, membiarkan suasana kembali sunyi hingga mobil akhirnya berhenti di depan rumah. 

"Terima kasih, Nak Aditya. Sampaikan juga terima kasih pada Nak Angkasa," ujar sang ibu dengan hangat. 

"Sama-sama, Bu," jawab Aditya sopan. 

"Oh ya, Nona... Pak Angkasa meminta saya menyampaikan bahwa sore nanti beliau ingin bertemu dengan Anda," lanjutnya. 

"Jam tujuh malam nanti Pak Angkasa akan menjemput Nona Alexa," tambahnya. 

"Mungkin Angkasa ingin membicarakan soal pernikahan kalian?" timpal ibu. 

Alexa mengangguk singkat. "Baiklah," ujarnya, mengakhiri pembicaraan. Setelah itu, Aditya pamit dan pergi. 

Saat Alexa dan ibunya hendak masuk ke dalam rumah, pintu depan terbuka, dan Nabila muncul dengan ekspresi penasaran. 

"Siapa yang mengantar kalian?" tanyanya. 

"Dia asisten Angkasa, calon suami Alexa," jawab ibu dengan penuh semangat. 

Nabila menatap Alexa dengan terkejut. 

"Calon suami? Sejak kapan kamu punya pacar?" 

"Kami bertemu di sekolah, Kak," jawab Alexa cepat. 

"Mereka akan menikah, Nabila. Ibu senang sekali," ujar ibu, menatap Alexa dengan bangga. 

Nabila masih tampak ragu. "Kamu yakin keluarganya akan menerima kita? Kamu sudah bertemu dengan mereka?" 

Alexa terdiam sejenak sebelum akhirnya berbohong. 

"Kami sudah beberapa kali bertemu," katanya. 

Alexa lalu meraih tangan ibunya. "Ayo, Bu. Ibu harus banyak istirahat." Ia pun menggiring ibunya masuk ke dalam rumah, mengakhiri pembicaraan yang mulai terasa menyesakkan. 

--- 

Malam itu, Alexa sudah menunggu di depan rumah saat jarum jam menunjukkan pukul tujuh. Tepat waktu, mobil Angkasa berhenti di depan rumahnya. 

"Silakan, Nona," ujar Aditya sambil membukakan pintu. 

Alexa mengangguk, tersenyum tipis sebelum masuk ke dalam mobil. Di dalam, ia mendapati Angkasa duduk di kursi belakang, terlihat tenang seperti biasa. 

"Kau sudah makan?" tanyanya. 

"Sudah." 

"Aku belum," balas Angkasa singkat. "Dit, kita ke restoran biasa." 

"Baik, Tuan," jawab Aditya. 

Tak lama kemudian, mobil berhenti di sebuah restoran western mewah dengan nuansa elegan. Lampu-lampu temaram menciptakan suasana hangat, sementara aroma daging panggang dan rempah-rempah memenuhi udara. 

Setelah duduk di meja dekat jendela, Angkasa menatap Alexa. 

"Ada yang mau kau pesan?" tanyanya. 

Alexa menggeleng. "Tidak. Kamu saja." 

Angkasa mengangguk, lalu menoleh ke pelayan yang sudah bersiap mencatat pesanan. 

"Saya pesan steak terbaik di sini," katanya. 

Wajahnya tetap dingin, tanpa sedikit pun senyuman.

Tak lama hidangan mereka telah sampai dimeja makan, tidak hanya milik Angkasa, namun hidangan Alexa juga disiapkan.

"Aku sudah bilang tidak ingin makan kan" tolak Alexa.

"Makan saja. Bukankah tidak baik menolak makanan ?" Tanyanya.

Alexa menatap steak itu,terlihat lezat namun Alexa tak terlalu menyukai makanan seperti ini.

Namun ia tak lagi bisa menolak.

"Aku sudah membicarakan rencana pernikahan kita pada keluargaku" ucap Angkasa ditengah potongan daging itu.

Alexa menoleh. "Mereka tidak masalah ?" Tanya Alexa.

"Mereka ingin bertemu denganmu" ucap Angkasa lagi.

Kali ini Alexa tersedak, ia tak berpikir bahwa keluarganya akan meminta untuk bertemu dengannya.

"Aku ? Bertemu denganku ?" Tanya Alexa.

Angkasa menoleh kemudian mengangguk.

"Tentu saja, kita akan menikah. Mereka harus bertemu denganmu" jawabnya.

"Dan juga soal pernikahan tanpa pendaftaran.. mereka ingin kamu memberitahu pada ibumu" ucap Angkasa.

Lagi-lagi Alexa terkejut.

"Apa ?"

"Aku tidak bisa."

"Ibuku tidak akan menerimanya"

"Bagaimana jika ibuku tidak setuju ? Pernikahan ini tidak akan terjadi"

Angkasa menatap Alexa beberapa detik sebelum akhirnya bersandar kembali ke kursinya. Ia meraih gelasnya, menyesap minuman tanpa tergesa, lalu meletakkannya kembali dengan tenang.

"Aku tidak akan memaksamu," ucapnya akhirnya. "Tapi kau harus mencari jawabannya sendiri."

Alexa menatapnya dengan ragu. "Bagaimana kalau aku tidak tahu jawabannya?"

Angkasa mengangkat bahu, matanya tetap tajam namun dingin. "Bukankah itu pekerjaanmu?"

Alexa diam tak menjawab.

"Aku hanya ingin meningkatkan mu"

"Kau sudah mulai bekerja, dan ini pekerjaan pertamamu"

"Buat ibumu tidak mempersalahkan hal ini"

"Dengan begitu tanggal pernikahan kita akan segera ditentukan" sambungnya.

Alexa tak punya jawaban apapun, ia berpikir keras bagaimana ia bisa mendapatkan ijin ibunya.

"Besok malam kosongkan waktumu. Besok kau harus bertemu dengan keluargaku."

"Kau tidak perlu mengatakan apapun, biarkan aku yang menyelesaikannya" ucap Angkasa.

Alexa hanya diam seolah semua kata-kata yang dikeluarkan dari mulutnya pun menjadi percuma.

---

Waktu pun tampaknya tak sabar menanti pertemuan Alexa dengan keluarga Dewantara. Jam 6 Alexa sudah dijemput oleh Angkasa.

Dari tatapannya,Alexa tau bahwa Angkasa akan mengomentari pakaiannya kali ini.

"Aku sudah memilih pakaian yang paling baik yang aku punya" bela Alexa.

"Kita akan ke butik dan salon."

"Aku tidak bisa mempertemukan dirimu seperti ini pada keluargaku" ucap Angkasa.

"Apa maksudmu diriku yang ini ?" Alexa tampak kesal karena ucapan Angkasa terdengar meremehkan.

"Kita hanya punya waktu satujam"

"Masuklah" ucap Angkasa.

Kali ini Angkasa hanya menyetir sendiri tanpa Aditya.

Mereka berhenti di butik serta salon.

Angkasa membawa Alexa ke sebuah butik eksklusif di pusat kota, matanya langsung menelusuri deretan dress yang tergantung rapi.

"Coba yang ini," katanya sambil menyerahkan sebuah gaun elegan dengan desain sederhana namun anggun.

Alexa menurut, masuk ke ruang ganti dan keluar beberapa menit kemudian. Namun, begitu Angkasa mengangkat wajahnya dari sofa tempatnya duduk, ia hanya menggeleng. "Bukan yang ini," ujarnya tegas.

Alexa mendengus pelan tapi kembali masuk untuk mencoba yang lain. Begitu terus—dress demi dress ia kenakan, hanya untuk ditolak oleh Angkasa tanpa ragu. Semakin lama, ekspresi Alexa berubah, mulai bosan dan kesal. "Berapa kali lagi aku harus ganti pakaian, sih?" keluhnya dari balik tirai ruang ganti.

Angkasa hanya tersenyum tipis, tetap bersikeras. Hingga akhirnya, Alexa keluar dengan sebuah dress yang seolah dibuat khusus untuknya—potongan yang pas, warna yang menonjolkan kecantikannya, dan kesan anggun yang tidak berlebihan.

Untuk pertama kalinya, Angkasa terdiam. Matanya menelusuri sosok Alexa dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu bibirnya melengkung dalam senyum puas. "Itu dia," katanya pelan, suaranya lebih lembut dari sebelumnya.

Tak hanya sampai di butik, Angkasa kembali membawa Alexa ke sebuah salon ternama. Ia meminta para penata rias untuk mempercantik wajah Alexa, menyesuaikan dengan dress yang kini membalut tubuhnya. Saat Alexa akhirnya menatap bayangannya di cermin, ia hampir tak mengenali dirinya sendiri. 

Angkasa yang sedari tadi duduk menunggu, kini termenung menatapnya. Ada sesuatu di matanya—kekaguman yang tak bisa ia sembunyikan. 

"Bisakah kita jalan sekarang?" tanya Alexa, merasa canggung dengan tatapan pria itu. 

Tanpa menjawab, Angkasa bangkit dan melangkah keluar dari salon, membuat Alexa harus buru-buru mengikutinya. 

Di perjalanan, Alexa tampak tegang. Ia beberapa kali menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan, seakan mencoba menenangkan diri. 

"Tidak ada yang perlu kau cemaskan. Jangan terlalu tegang," ucap Angkasa santai, tangannya tetap terampil mengendalikan kemudi. 

Alexa meliriknya sebelum mendesah pelan. "Bagaimana aku bisa tidak tegang? Aku tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi padaku begitu cepat," gumamnya. 

Angkasa tidak menjawab, lebih memilih fokus pada jalan di depannya. 

Sesampainya di tempat tujuan, mata Alexa membesar. Restoran yang berdiri megah di hadapannya bukanlah tempat biasa. Kemewahannya begitu mencolok hingga Alexa terpanah seketika. 

Angkasa menoleh padanya, lalu menyodorkan telapak tangannya. Alexa menatapnya bingung. 

"Bukankah kita pacaran?" tanya Angkasa dengan nada setengah menggoda. 

Saat itu juga, Alexa tersadar. Ia harus memulai perannya. Dengan sedikit ragu, ia menggapai tangan Angkasa, menggenggamnya seolah mereka benar-benar sepasang kekasih yang saling mencintai. 

Seorang pelayan membukakan pintu ruang VIP yang telah dipesan oleh Angkasa. Begitu mereka melangkah masuk, semua kepala di ruangan itu berbalik. 

"Malam semua," sapa Angkasa dengan tenang. 

Keluarga Dewantara menatap keduanya dengan berbagai ekspresi, tetapi yang paling terkejut adalah seorang wanita yang duduk di tengah—Elisabeth. 

Ia bangkit dari kursinya, matanya membesar saat menatap Alexa, seolah melihat hantu dari masa lalu. 

"Kamu...?" suaranya terdengar nyaris tercekat.

To be continued..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!