Apa yang kalian percaya tentang takdir? Bahwa sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa kita hindari bukan? Takdir adalah hal yang mungkin saja tidak bisa diterima karena berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah, rencana Allah itu jauh lebih indah meski kadang hati kita sangat sulit menerima nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RJ Moms, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkah anak Solehah
Sejak pukul tiga dini hari, Amelia sudah terbangun. Dia akan turun ke bawah melihat keadaan Ira. Mengganti diapers, lalu dia mandi dan bersiap untuk salat tahajud. Dia tiak akan beranjak dari sajadah sampai azan subuh berkumandang.
Hal yang pertama dia lakukan selepas salat subuh di kamar Ira, adalah memasak. Memang tidak semewah dulu, tapi Amelia memastikan apa yang dia dan abangnya makan, tetap memenuhi nutrisi dan gizi seimbang. Ada sayur, ikan dan protein lainnya. Meski jenisnya hanya sayur bayam, telor ceplok dan orek tempe.
Tidak lupa juga Amelia menyiapkan bekal untuk Rehan.
Setelah abangnya pergi kerja, dia mulai merapikan rumah. Dimulai dari atas, lalu ke lantai bawah.
Terus saja setiap hari melakukan rutinitas yang sama.
Hari ini teman Amelia datang berkunjung. Ada Dewi dan Alin. Mereka membawakan Amelia seblak es teh jumbo.
Bagi Amelia, makan seblak bersama temannya sambil menonton televisi pun sudah menjadi hiburan yang sangat menyenangkan.
“Mel, di depan rumah kan sering banyak banget anak sekolah lewat, kenapa kamu gak jualan aja. Semisal es teh ini, sosis bakar atau makanan lain yang lagi viral.”
“Entah lah, belum kepikiran karena pasti akan membutuhkan modal. Aku gak mau membebani bang Rehan lagi.”
“Iya, ya. Padahal kalau dulu jadi aja bikin warung seblak tapi sawah, tiap hari kali aku mau jajan di sana.”
“Iya, Lin. Namanya juga rencana. Tetap allah yang menentukan.”
“Bahkan kamu harus berhenti sekolah. Sayang banget sama otak kamu yang pinter.”
“Aku lebih ingin fokus mengurus mama. Gak enak tiap hari nitip sama tetangga. Kasian juga bang rehan harus mengeluarkan uang tambahan buat upahnya.”
“Nanti kita sering-sering kok ke sini kalau udah selesai ujian. Mumet, banyak banget praktek.”
Mendengar keluhan dari teman-temannya membuat hati kecil Amelia bersedih, keluhan mereka adalah hal yang angat dia inginkan.
Menyibukkan diri dengan pelajaran dan ujian.
“Besok aku bawain kertas ujian nya ya, biar kamu bisa belajar kayak yang udah-udah.”
Alin selalu menyembunyikan satu lembar kertas ujian untuk dia bawa pulang ke rumah dan akan diberikan pada Amelia.
Azan asar berkumandang, Dewi dan Alin berpamitan. Di saat yang bersamaan, Rehan datang.
“Udah mau pulang?”
“Iya, bang. Kita udah lama di sini. Takut keburu sore juga.”
“Hati-hati ya kalian di jalan.”
“Iya, Bang. Kami pamit dulu.”
Alin dan Dewi pun pergi.
“Dek, club motor abang besok mau ke sini. Tolong siapin makan ya. Gak usah mewah-mewah, kita bikin nasi liwet aja.”
“Gunawan juga ikut?”
“Mungkin. Coba cek di kulkas ada persediaan makanan nya gak?”
Amelia pergi ke dapur untuk melihat bahan makanan yang ada di dalam kulkas.
“Berapa orang, Bang?”
“Lima belas.”
“Kayaknya cukup sih. Mau beli ayam gak?”
“Ikan lele aja deh. Goreng lele, sambel. Urap sama tahu goreng aja udah.”
“Oke.”
Setelah asar, Amelia memasak untuk makan malam. Di meja makan besar itu merka hanya makan berdua, rasanya sangat sepi dan hampa.
“Bang, menurut abang rumah kita kegdean gak sih?”
“Iya.”
“Adek tidur di atas kasian mama. Tidur di kamar mama, kamar akunya kosong. Kadang beresin rumah juga memakan waktu dan tenaga.”
“Sebenarnya abang juga sudah memikirkan hal ini, coba nanti kita bicara sama uwa, siapa tau mereka berminat untuk membeli rumah ini. Uangnya nanti kita pake buat beli rumah yang agak kecil, sisanya kita bikin usaha. Kita realisasikan keinginan kamu buat buka warung seblak.”
“Serius?”
“Iya, nanti abang bicara sama uwa.”
Amelia merasa senang. Sulit sebenarnya melepaskan rumah itu, namun lebih sulit lagi menghadapi hari demi hari tanpa tabungan.
Setiap hari melakukan aktivitas yang sama. Amelia merasa sangat bosan karena tidak ada kegiatan lain.
Dia teringat akan ucapan Dewi dan Alin untuk membuka warung kecil-kecilan. Amelia berpikir makanan apa yang sekira nya laku di kalangan anak sekolah.
Timbulah ide untuk menjual sarapan sushi murah meriah. Ditambah dengan nasi comot.
Setelah diskusi dengan Rehan, dia mendapatkan modal sebesar dua juta rupiah untuk memulai usahanya.
Amelia melakukan RnB terlebih dahulu untuk mendapatkan rasa yang pas. Setelah dirasa cocok, Amelia mulai membuat dagangannya di depan rumah. Hanya menggunakan meja kecil karena yang dia buat belum terlalu banyak. Takut tidak laku.
“Teh sushi nya berapaan?” Pelanggan pertama datang.
“Dua ribu aja per pcs. Jadi satu mika kecil ini isinya lima, harganya sepuluh ribu.”
“Mau coba teh tiga aja boleh?”
“Boleh.”
“Kalau ini apa?”
“Itu nasi comot. Topingnya bisa pilih. Ada ayam suwir ori, suwir pedas, cumi pedas, sama cakalang peda.”
“Harganya berapa?”
“Dua belas ribu.”
“Coba satu deh”
“Oke.”
Amelia merasa senang saat ada pembeli pertama yang datang. Dengan senyuman yang manis Amelia melayani pembeli itu.
Selang berapa menit, ada pelanggan lain yang datang. Pelanggan ketiga dan seterusnya.
Meski di hari pertama dagangannya tidak laku semua, Amelia tidak putus asa. Dia kembali berjualan dengan mengurangi porsi.
Tidak disangka, hari kedua banyak yang datang. Bahkan ada yang tidak kebagian. Keesokan harinya dia menambah porsi, dan alhamdulillah laku semua.
[Mel, kamu jualan sushi? Bisa gak kirim ke sekolah pas kita mau masuk? Temen-temen banyak yang mau]
[gak ada yang anter nya. Aku sibuk di sini]
[Minta bang rehan anterin sekalian dia kerja]
[aku tanya dulu ya]
Pukulan16.30, Rehan datang.
“Masak apa, Dek?”
“Telor balado sama tumis buncis. Oh, iya. Abang bisa bantuin adek gak?”
“Bantu apa?”
“Tadi Alin wa ke adek. Katanya di sekolah banyak yang minta nasi comot sama sushi aku. Bisa gak kalau sebelum kerja abang anterin ke sana?”
“Boleh lah. Nanti abang berangkat kerjanya lebih pagi biar bisa sekalian bawa pesanan mereka.”
“Ihhhh. Makasih abang.”
“Lumayan ya jualannya habis terus.”
“Alhamdulillah, bang.”
Selalu ada kemudahan di segala kesulitan yang datang. Asal kita konsisten dan tidak pernah menjauh dari Allah. Meminta dan memohon agar selalu diberi kekuatan dan pertolongan.
[Mel, ini pesenan buat besok. Sushi yang 10k 5 pak. Nasi comot suwir ori 4, nasi comot cuma pedas nya 5. Sama nasi comot cakalang nya 2. Mel, ada yang request mochi sama salad sayur juga. Adain menu dong. Hehehe]
[bisa sih. Kalau itu by request aja kali ya]
[oke. Nanti aku tanya. Kalau ada yang pesen buat besok, bisa gak]
[bisa kayaknya]
[oke]
Amelia sangat girang mendapat wa dari Alin. Dia segera memeriksa bahan untuk persediaan besok.
Kalo ini, Amelia bangun lebih awal karena banyaknya pesanan. Rehan pun ikut bangun untuk membantu adiknya itu.