Fania seorang gadis cantik yang berasal dari desa, ia seorang anak art yang bekerja di sebuah rumah mewah.
Rumah yang terdapat tidak jauh dari tempat tinggalnya, menjadi misteri oleh penghuni desa, karena rumah tersebut sudah tidak dihuni oleh pemilik rumah.
suatu ketika Fania mendengar suara aneh dari balik kamar, kamar yang terbilang aneh itu membuat Fania penasaran.
Saat melihat itu Fania merasa.... mau tau kelanjutan ceritanya, jangan lupa baca terus novel ini ya semoga kalian suka dengan karyaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. jiwa yang berkumpul
"Jadi selama ini dia yang menyimpan mereka semua di sini." Edward terus mengamati wanita itu, sampai pada akhirnya wanita itu menghampiri salah satu mayat orang tua Edward.
"Snowden. Haha... Haha" tangan lentik dengan kuku panjang hitam itu menyentuh wajah Snowden.
"Kamu tau kenapa aku tidak membunuhmu."
"Karena aku masih mencintai kamu. Saat itu aku sangat frustasi melihat kamu menikah dengan ratu Balqis. Kenapa? Kenapa kamu lebih memilih Balqis dari pada aku, apa istimewanya dia dari pada aku Snowden."
Wanita itu terus berkata dengan perasaan sedih dan kecewa, Edward tidak mengerti maksud dari perkataan wanita tersebut. Kenapa wanita itu berkata bahwa dia mencintai ayahnya, sebenarnya hubungan di antara mereka berdua itu apa. Sampai wanita itu bisa melakukan hal senekat ini.
"Huft. Andai kamu memilih aku mungkin aku tidak akan melakukan hal sejahat ini, tetapi kamu malah menikah dengan Balqis. Wanita yang selama ini aku benci." ucapnya kembali, setelah beralih ke tubuh Snowden kini wanita tersebut berpindah ke tubuh Balqis.
"Balqis... Balqis... Lihatlah tubuhmu sekarang tidak berdaya, andai kamu tidak datang ke dalam kehidupan aku dan Snowden mungkin aku tidak akan dendam denganmu."
"Sekarang aku harus mencari anakmu untuk menghancurkannya. Tapi anakmu sangat pintar, sampai detik ini aku belum bisa menemukannya." ucapnya, seakan-akan berbicara dengan orang hidup, nyatanya jiwa mereka sudah di ambil oleh Syabru.
"Aku harus cari tahu keberadaan Syabru." Edward seketika menghilang, saat menghilangnya Edward tiba tiba saja wanita itu berbalik dan menatap kearah baru besar di di tengah.
Saat wanita itu datang untuk mengecek ternyata tidak ada orang, "Perasaan aku tadi mendengar kekuatan sihir menghilang. Tapi siapa barusan yang datang ke tempat ini selain aku."
Edward lelaki tampan dan gagah itu, muncul untuk membaca petunjuk dari buku yang diberikan oleh Fania. Semua buku terus dipelajari oleh Edward, sampai ia menemukan kunci untuk mengembalikan jiwa yang hilang.
"Kenapa hanya setengah saja. Apa ada kelanjutan dari buku ini." pikir Edward saat melihat bahwa di belakang buku yang dia cari selama ini tidak komplit.
Hanya selembar bagian yang Edward tahu, sisanya tidak ada kelanjutan dari petunjuk mengenai buku ini.
"Apa mungkin masih ada buku yang lain tentang cara menghancurkan Syabru." Edward menutup kembali buku tersebut lalu menyimpannya.
Edward memutuskan untuk kembali ke rumah Fania dengan wujud iblis bukan manusia, Fania hanya bisa melihatnya dengan wujud manusia bukan wujud asli dan ini satu-satunya cara supaya dia bisa mencari tahu kebenarannya.
Edward masuk ke ruang baca Fania, ruang baca yang ditunjukkan oleh Fania saat dirinya tinggal bersama di rumah ini. Edward menggunakan kekuatan sihirnya untuk mempercepat pencarian, ternyata ada beberapa bagian yang berhasil dia temukan.
Edward dengan cepat mengambil semua buku itu, lalu dia kembali ke kastil setelah mendapatkan apa yang dia cari. Ada satu buku yang selama ini Edward tidak ketahui, dia berada di atas loteng.
Buku kunci utama untuk memulihkan keadaan semula, buku itu di simpan ke dalam peti saat Fania dengan Edward berada di sana. Karena Ratih memiliki kekuatan dari Syabru, peti itu terlihat seperti kosong ternyata isinya banyak sekali rahasia.
"Argh!!" Edward memukul dengan mengepal tangannya dengan kuat, apa yang dia cari malah tidak ketemu. Hanya bagian kecil buku yang selama ini dia pelajari di sekolah dulu.
"Kenapa hanya buku dasar saja, kalau buku dasar aku sudah menguasainya. Aku hanya perlu buku yang selama ini aku inginkan." ucapnya pelan.
Resta yang dari tadi berada di luar segera masuk saat mendengar kemarahan Edward, "Tuan."
...•••...
"Resta."
"Maaf saya sudah lancang masuk ke tempat kerja tuan. Apa tuan butuh bantuan saya?" Resta melihat banyak sekali buku di meja kerja Edward, Resta mengambil salah satu buku yang jatuh di lantai.
Ada satu bagian buku yang membuatnya penasaran, "Cara melumpuhkan sihir dari benda kosong sampai benda tersebut terdapat isinya."
Mendengar itu Edward menatap Resta dan meminta Resta untuk memberikan buku tersebut, "Ada apa tuan. Kenapa tuan selalu fokus membaca buku, bukannya tuan sudah mengetahui semua dari buku buku ini."
"Kamu benar Resta. Ada satu hal yang membuat saya ragu."
"Apa itu tuan."
"Sebelum aku datang ke kastil saya bertemu dengan seorang iblis yang tidak tahu rupanya. Dia memakai jubah hitam dengan topeng akar, dia juga memintaku untuk menyerahkan batu kristal dan pedang salju."
"Tapi saat itu aku bisa mengalahkannya. Pas saya buka topeng yang dia gunakan, dia sudah pergi saya tidak sempat melihat wajahnya."
Resta mengangguk saat mendengar cerita dari Edward, "Lalu sebelum saya bertugas, saya pernah datang ke loteng untuk menemui Fania. Saat itu Fania merasa curiga kalau ibunya sering datang ke atas loteng, pas saya tanya dia ingin membuka peti yang di simpan di loteng."
"Apa yang ada di dalam peti itu tuan?" tanya Resta penasaran.
"Kosong."
Resta mengerutkan kening, kenapa bisa peti sebesar itu bisa kosong. Yang membuatnya ganjal kenapa Ratih sering ke atas loteng untuk membuka peti itu.
"Tuan." ucap Resta saat mereka disibukan dengan pikiran masing-masing.
"Bukannya tuan pernah mempelajari ilmu pengubah wujud benda. Mungkin sihir itu berguna, siapa tahu tuan bisa tahu isi di dalam peti tersebut. Mungkin di dalam peti itu yang selama ini tuan cari."
"Benar juga. Kenapa aku gak kepikiran ke situ."
Edward melihat bahwa rumah Fania kosong, beberapa menit Fania baru saja keluar mungkin untuk pergi bekerja. Semenjak Ratih pergi Fania memutuskan untuk kerja, Edward sudah berada di loteng.
Lelaki itu menggunakan kekuatannya untuk membuka gembok yang menyimpan peti tersebut, saat peti berhasil di keluarkan Edward kembali membuka gembok yang mengunci peti tersebut.
Edward hanya melihat peti kosong saja, wajahnya dibuat terkejut saat mengetahui isi di dalam peti. Ternyata ada dua buku, buku pertama adalah buku yang selama ini dia cari. yang kedua adalah buku catatan, catatan tersebut berisi tentang percintaan.
Sebuah curahan hati, sedangkan Edward menemukan sebuah kain hitam yang tersimpan rapih menggunakan kotak kecil. Edward mengambil semua barang itu, lalu ia meletakan kembali peti ke seperti awal.
Setelah kepergian Edward pintu loteng terbuka, wanita bernama Ratih menghampiri peti dan membukanya. Saat terbuka Ratih menyimpan benda yang dia bawa, lalu ia menutupnya.
Ratih tidak sadar bahwa beberapa bagian isi peti sudah di ambil oleh seseorang, mungkin bagi Syabru Ratih sangat pintar dan cerdas tapi bagi Edward mereka berdua sangat bodoh.
Bertahun tahun mereka mencari keberadaan Edward sampai sekarang keduanya belum menemukan keberadaan Edward. Sedangkan Ratih hanya fokus dengan cinta pertamanya, wanita bodoh itu sangatlah bodoh dan dia juga tidak sadar bahwa Edward akan menghancurkan mereka berdua.