Pasangan rumah tangga Kisman dan Mawar kehilangan anak satu-satunya karena sakit. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit dan menginginkan putri mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tengah Malam itu Tiba
“Tok…”,
“Tok…”,
“Pak”,
Mawar memberitahu suami yang berbaring di sampingnya.
Keduanya sama-sama tidak tidur. Kisman dan Mawar sama-sama terjaga.
“Aku juga dengar”, balas Kisman.
“Tok…”,
“Tok…”,
“Itu pasti kakek”, kata Kisman.
Tepat pada waktu tengah malam yang sudah dinantikan. Orang sakti itu datang ke rumah Kisman dan Mawar.
Tanse mengetuk pintu untuk bertamu.
Kisman dan Mawar menyambut kedatangan kakek sakti. Mereka membukakan pintu.
“Selamat datang di rumah kami kek”,
Tanse yang berpenampilan sama seperti pertemuan mereka sebelumnya memberikan senyum ramah kepada pasangan pemilik rumah.
“Selamat malam”, ucap Tanse.
“Mari silahkan masuk kek”,
Tanse pun masuk ke dalam rumah Kisman setelah dipersilahkan.
“Silahkan duduk kek”, kata Mawar.
“Biarkan pintunya terbuka”,
Sebelum mengambil tempat duduk di ruang tamu orang sakti itu melarang Kisman untuk menutup pintu. Tanse meminta supaya pintunya tetap dibuka.
Kisman yang berniat menutup pintu batal melakukannya. Membiarkan pintu depan rumahnya terbuka di tengah malam yang begitu sunyi.
“Mau minum apa kek?”, tawar Mawar.
“Sebaiknya kalian berdua temani aku duduk dulu”, pinta Tanse.
Kisman dan Mawar pun duduk bersama Tanse di ruang tamu sambil berbincang.
“Bagaimana kabar kalian berdua?”, tanya Tanse yang ingin beramah tamah terlebih dahulu.
Kisman dan Mawar meladeni obrolan kakek sakti itu dengan saling bertukar kabar dengan disisipi canda-canda yang membuat simpul tawa.
“Kalau boleh aku minta teh tawar hangat saja”, kata Tanse.
Mawar pun segera membuatkan minum untuk tamu tak biasanya itu.
Tidak berselang lama Mawar keluar dari dalam rumah dengan menyuguhkan teh tawar hangat yang sudah dipesan dan juga kue-kue yang sudah dibeli sejak pagi.
“Ini kek minumnya”,
“Silahkan kek diminum”,
“Dimakan kuenya”,
“Mari temani aku, kita makan sama-sama”, kata Tanse.
Setelah meminum seteguk teh tawar hangat. Memakan dua jenis kue yang berbeda. Kemudian meminum seteguk teh lagi.
Tamu tengah malam itu mulai berbicara serius kepada Kisman dan Mawar.
“Apakah syarat dan maharnya sudah siap?”,
“Sudah siap kek”, kata Kisman.
“Bawa kemari”, pinta Tanse.
Kisman masuk ke dalam kamar untuk mengambil syarat dan mahar yang dimaksud. Dengan bergegas ia membawanya ke hadapan orang sakti.
“Ini kek”,
Kisman memberikan syarat dan mahar itu kepada Tanse.
“Sungguh bagus”,
“Sesuai dengan apa aku harapkan”,
“Kalian tidak akan menyesal”,
Tanse memuji kesungguhan Kisman dan istrinya.
“Sekarang giliranku untuk memenuhi permintaan kalian”,
“Aku akan memulai ritualnya”, Tanse berujar.
“Apa pun yang akan terjadi kalian diam saja sampai aku yang terlebih dahulu berbicara”,
“Kalian lihat saja”, pinta orang sakti itu.
*
Ritual memanggil yang sudah mati,
Tanse membuka kain kafan yang berisi tulang ekor Seroja,
Kakek sakti lalu mengambil mahar itu dengan kedua tangannya.
Di atas kedua telapak tangannya tulang ekor Seroja ia endus-endus berulang-ulang kali.
Tamu dari hutan nan jauh itu begitu menikmatinya. Terlihat wajah Tanse menyeringai puas sampai membuat Kisman dan Mawar yang menyaksikannya menjadi ketakutan.
Kemudian Tanse merapal kan sebuah mantra ajian yang lagi-lagi bahasanya tidak dimengerti oleh pemilik rumah.
Setelah kata-kata dalam bahasa gaib itu selesai dibacakan. Orang sakti itu meniupkan asap putih yang keluar dari dalam mulutnya.
Asap putih itu lalu menyelubungi tulang ekor Seroja hingga seluruh bagiannya tidak kelihatan.
Kisman dan Mawar dibuat kaget tatkala kemudian Tanse menepukkan kedua telapak tangannya.
Asap putih itu seketika lenyap begitu juga dengan tulang ekor Seroja,
Tanse berbicara kepada Kisman dan Mawar yang tengah terperangah;
“Ritualnya sudah selesai”,
“Sebentar lagi anak kalian akan pulang”,
“Tunggulah barang sebentar”,