NovelToon NovelToon
Fragillis Puella

Fragillis Puella

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dyeka

Blurb

Valencia Agatha Gavriella
Gadis cantik yang hidupnya hanya tentang kesedihan dan gadis polos yang sebenarnya memiliki banyak rahasia.
Dibenci ayah dan abangnya hanya karena dianggap penyebab meninggal bundanya.
Selain di benci ayah dan abangnya, ia juga dibenci oleh kekasih nya. Devlyn Favian Smith–Manusia bastard yang mengklaim Valencia Agata Gavriella hanya untuk balas dendam atas kematian saudara kembarnya.
Sifatnya yang licik dan kejam membuat semua orang takut pada nya.
Hidupnya memang penuh air mata, tetapi bukan harus ia menyerah melainkan ia harus tetap tegar karena masih ada janji dan tugas yang ia harus lakukan.

•Penasaran gak nih?
•Rahasia apa sih yang disimpan Cia?
•Tugas apa yang dilakukan oleh Cia?
•Dan sekuat apa Cia menghadapi pacar yang Toxic dan kebencian cinta pertama dan kedua nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyeka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Ajak Pulang Devlyn

Saat ini di dalam kamar bernuansa putih coklat, Rama dan Rena sedang berdebat tentang turun nya perusahaan milik keluarga Gavriell. Dua bulan yang lalu Rama tertipu oleh investor malaysia sehingga perusahaan yang didirikan nya hampir bangkrut. Segala cara telah dia lakukan bahkan meminta bantuan ke Veni yang notabene nya saudara kandung Rama pun sudah mereka lakukan, tetapi Veni menolaknya dengan alasan yang tidak disebutkan. Sepertinya Veni ingin memberikan hukuman karena Rama tidak bisa menerima Cia. Sebenarnya dua hari yang lalu Rama sudah meminta bantuan Ravino Smith, tetapi lagi-lagi syaratnya harus menerima Cia. Jujur saja Rama bukan tidak menerima kehadiran gadis itu melainkan hanya belum bisa menerima bahwa istri pertama nya memberikan anak yang bukan darah daging nya. Diri nya memang menginginkan anak perempuan asalkan darah daging nya bukan hasil pengkhianatan istrinya tujuh belas tahun yang lalu.

Rena yang melihat Rama telah mulai putus asa berusaha memberi saran untuk menyetujui syarat Vino. Bagi dirinya mulai menerima Cia tidak ada yang salah bahkan seharusnya itu telah Rama lakukan sejak dulu. Bahkan dirinya sangat berterima kasih dengan Vino yang telah memberikan syarat tersebut.

“Kenapa kita nggak penuhi syarat Vino saja?” tanya Rena hati-hati takut Rama marah.

Rama menatap kesal ke arah Rena. “Kamu nyuruh aku menerima anak haram itu?” tanya Rama sedikit membentak.

“Dia bukan anak haram mas, dia anak kamu!” jawab Rena kesal juga karena suami nya masih beranggapan bahwa Valencia anak hasil perselingkuhan Caca dan Bastian. “Bukan nya kamu menginginkan anak perempuan? Anggap dia anak kamu mas karena aku sendiri nggak bisa ngasih kamu keturunan,” lanjut Rena sendu mengingat bahwa rahim diri nya bermasalah membuat Rama melunak merasa bersalah.

🌹🌹🌹

Valencia melangkahkan kaki nya memasuki koridor rumah sakit. Hari ini adalah rutinitas dirinya setiap satu bulan sekali yaitu check up kesehatan ginjal nya. Ginjal satu membuat dirinya harus selalu kontrol dan jaga pola hidup nya.

Check up sendirian tanpa ditemani siapapun karena yang tau Cia memiliki riwayat ginjal satu hanya Tania, Alva, kak Ara dan kedua orang tua Devlyn. Keluarga nya nggak ada yang tau, kecuali seseorang yang meminta dirinya mendonorkan ginjal dua tahun yang lalu.

Dan sejak saat itu semua nya pergi dari kehidupan nya. Dari nenek nya yang meninggal karena serangan jantung, Davin yang ikutan pergi hingga kakak sepupu nya yang juga ikut meninggalkan diri nya setelah kejadian satu tahun yang lalu. Apalagi sekarang tante dan om nya juga pergi ke negeri Singa untuk mengatasi permasalahan di kantor cabang.

Ruang dr. Rani Gayatri Sp.PD

Keasikan melamun membuat Cia tidak sadar sudah sampai di depan ruangan dokter Rani. Ruangan nya sudah terlihat sepi menandakan bahwa diri nya adalah pasien terakhir yang akan check up. Sebuah senyuman manis adalah sambutan dari dokter Rani untuk Cia.

“Bahagiakah hari ini cantik?” kata pertama yang diucapkan dokter Rani begitu Cia sudah duduk di kursi depan meja kerja.

Cia menatap lekat dokter Rani. Baru kali ini ada seseorang yang tidak mengenali dirinya, tetapi mau menanyakan suasana hati nya. Mungkin bagi semua orang itu terlihat aneh karena ditanya bahagia atau tidaknya pasti semua pernah mengalami, tetapi tidak dengan Cia. Jangankan suasana hatinya, keseharian nya saja tidak ada yang menanyai dirinya. “Sedikit lebih baik dari kemarin, dokter,” jawab Cia tersenyum.

Dokter Rani membalas tersenyum lalu menyuruh Cia untuk berbaring di brankar untuk memulai pemeriksaan rutin Cia. Sejauh ini Cia sangat menjaga pola makan nya, tetapi tetap saja Cia membutuhkan donor ginjal sebelum ginjal satu nya rusak karena tidak kuat bekerja keras untuk menyaring darah.

“Tetap jaga pola makan nya, ya, cantik? Sejauh ini ginjal kamu masih baik, tetapi kita juga harus segera mendapatkan donor ginjal untuk mu sebelum ginjalmu rusak dan cuci darah,” jelas dokter Rani sambil mengingatkan Cia tentang donor ginjal. Cia terdiam termenung, memikirkan bagaimana dirinya bisa mendapatkan ginjal secepatnya. Apakah dirinya bisa mendapatkan donor ginjal karena manusia sehat nggak akan mungkin mau memberikan ginjal nya.

Dokter Rani menatap mata gelisah Cia. “ Jangan putus asa cantik, kamu pasti mendapatkan donor ginjal,” ujar dokter Rani menyemangati.

Cia hanya tersenyum tersenyum paksa untuk menghargai kata semangat dari dokter Rani walaupun sebenarnya diri nya tidak yakin dengan ucapan dokter Rani. Bukan karena bisakah dirinya mendapatkan donor ginjal, melainkan adakah alasan diri nya untuk berusaha mendapatkan donor ginjal? Jika dulu nenek nya masih ada maka dirinya akan berusaha mendapatkan donor ginjal, tetapi sekarang? Lebih banyak yang menginginkan dirinya mati daripada hidup.

Cia melangkahkan kaki nya keluar ke arah ruang farmasi setelah mendapatkan resep obat dari dokter Rani. Sedikit menghela nafas ketika melihat nomer 130 yang diberikan apoteker sedangkan saat ini antrian yang sedang dilayani nomor 95. Saat sedang menunggu tiba-tiba ada salah satu perawat yang mengajak dirinya menunggu obat di ruang dokter bedah sekaligus pemilik rumah sakit yaitu Dr. Ravino Smith, Sp. b.

“Hey, baby. Bagaimana hasil check up nya?” tanya Vino begitu melihat anak gadis nya sudah tiduran di sofa dalam ruangan nya.

Cia memutar bola matanya malas. “Tanpa Cia cerita pasti papah udah tau jawaban nya,” jawab Cia menatap malas Vino.

Vino terkekeh kecil sambil memberikan air putih.

“Bagaimana sekolah biasa?” tanya vino setelah memastikan anak gadis nya selesai minum.

“Tidak seburuk yang ada di otak Cia,” jawab Cia yang dibalas anggukan mengerti oleh Vino. Di bully dan hampir dilecehkan membuat Cia trauma. Anak kecil yang tidak pernah diantar jemput oleh orang tuanya membuat Cia di bully anak haram oleh teman-teman nya bahkan sempat mendapatkan kekerasan fisik hingga dikunci dalam gudang oleh teman satu kelas nya saat jam pulang sekolah sampai karena kejadian itu Cia memilih untuk berhenti sekolah dan memutuskan homeschooling.

“Kalau ada apa-apa bilang ke papa!” titah Vino tidak ingin di bantah.

Cia tersenyum smirk menatap ke arah Vino. “Serius papa bilang gitu? Darah Acafia Gavriella mengalir di dalam tubuh Cia kalau papa lupa,” ucap Cia dengan nada sombong yang dibalas dengusan kesal oleh Vino. Sebenarnya, Vino heran. Kenapa teman nya itu masih menganggap kalau Cia bukan anak nya melainkan anak dari Bastian? Sedangkan sifat Valencia Agatha Gavriella sama persis dengan Rama.

“Tetap saja harus bilang, cil! Ntar kayak kejadian satu tahun yang lalu lagi,” ucap Vino memperingati supaya kejadian satu tahun yang lalu tidak terulang kembali.

Cia melunturkan senyuman nya. Papa nya benar kalau dirinya menjalankan sendiri tanpa papa nya pasti akan ada korban kembali karena musuh nya adalah manusia licik. “The game's starting, sir,” batin Cia senang.

Vino yang paham dengan isi otak anak gadisnya memutar bola matanya malas. Sungguh melihat Cia dengan smirk khas nya seperti melihat Caca versi kecil nya. Polos, tetapi berbahaya.

Cia merubah raut wajah nya begitu mengingat sesuatu. Ahh, dirinya melupakan tujuan nya bertemu dengan Vino. Sebenarnya, tadi dirinya sudah memiliki niat ingin bertemu Vino setelah menebus obat di apotek, tetapi papah nya malah memanggilnya jadi mungkin ini saat dirinya meminta bantuan papa nya.

“Cia boleh pinjam handphone papah nggak?” tanya Cia yang di balas tatapan bingung oleh Vino. “Cia mau chat Kafi buat jemput pah,” lanjut Cia setelah melihat respon Vino.

Tanpa menaruh rasa curiga Vino pun memberikan handphone nya kepada Cia. Awalnya diri nya bingung kenapa Cia mau pinjam handphone nya hanya untuk chat keponakan nya, tetapi setelah mengingat kalau handphone Cia mati, pun memberikan nya.

Setelah mendapat handphone papanya, Cia langsung membuka aplikasi whatsapp untuk melaksanakan tujuan nya yaitu membantu Rama lewat Vino.

Setelah mendapat jawaban dari ayah nya, Cia buru-buru menghapus lalu beralih ke kontak Alva guna menjemput diri nya di rumah sakit. Tapi, baru saja dirinya akan mengirim pesan nya, pintu terbuka sedikit keras membuat Cia dan Vino menatap ke arah pintu.

“Titipan mamah,” ucap Devlyn yang baru saja membuka pintu tanpa melihat ada siapa di ruangan papah nya.

Vino yang melihat sikap anak nya hanya memutar bola matanya malas. “Wuih ada angin apa nih? anak papah mau nganter makan siang,” ucap Vino terkekeh.

Devlyn memutar bola matanya malas lalu menatap ke arah tamu papah nya. “Kenapa di sini?” tanya Devlyn begitu sadar kalau di ruangan papah nya ada Cia.

Baru saja ingin menjawab, tiba-tiba bunyi ketukan pintu terdengar lalu masuklah suster membawa obat yang diyakini Cia itu adalah obat nya.

“Selamat siang dokter Vino, saya kesini ingin memberikan obat milik nona Cia,” ucap suster yang lalu diterima buru-buru oleh Cia.

Devlyn yang mendengar ucapan suter pun terkejut. Cia sakit? Apa luka yang dia buat kemarin parah sampai harus ke rumah sakit. “Lo pulang sama gue sekarang.” Cia terkejut mendengar Devlyn mengajak nya pulang. Sebenarnya Cia ingin menolak karena jujur saja dirinya masih takut kejadian dua hari yang lalu terjadi lagi, tetapi melihat Devlyn yang seperti nya menahan marah dan papah nya mengangguk setuju. Ia jadi ikut pulang bersama lagian tangan nya juga sudah ditarik oleh Devlyn jadi percuma kalau menolak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!