NovelToon NovelToon
ASI, Untuk Majikanku

ASI, Untuk Majikanku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:55.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lusica Jung 2

Aneh Tapi Nyata. Nathan mengidap sebuah penyakit yang sangat aneh dan langka. Dia selalu bergantung pada Asi untuk menjaga kestabilan tubuhnya. Hampir setiap bulan sekali penyakitnya selalu kambuh sehingga Nathan membutuhkan Asi untuk mengembalikan tenaganya. Pada suatu ketika, stok ASI yang dia miliki benar-benar habis sementara penyakitnya sedang kambuh. Kedatangan Vivian, pelayan baru di kediaman Nathan mengubah segalanya. Mungkinkah Nathan bisa sembuh dari penyakit anehnya, atau dia harus terus bergantung pada Vivian? Hanya waktu yang mampu menjawab semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Janji Nathan

Pagi yang cerah dan hangat masuk melalui celah-celah jendela, membangunkan Vivian dari tidurnya. Dia membuka mata dan mendapati Nathan sudah tidak berbaring di sampingnya. Perutnya langsung berbunyi saat mencium aroma lezat makanan dari dapur.

Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, Vivian pergi keluar dan mendapati Nathan yang sedang menyiapkan sarapan di dapur. Nathan memakai celana hitam dan kemeja hitam lengan terbuka, memperlihatkan otot lengannya yang kekar. Dia berbalik dan mata kirinya yang dingin langsung menatap Vivian yang menghampirinya.

"Kau sudah bangun?" tanyanya dengan nada datar.

"Apa yang sedang kau masak? Aromanya sangat lezat," ucap Vivian sambil berdiri di samping Nathan.

"Omurice," jawab Nathan singkat sambil mengaduk wajan di depannya.

Vivian tersenyum. "Apa yang bisa aku bantu?"

Nathan menatapnya sejenak sebelum berkata, "Cuci dan kupas buah-buahan itu," katanya sambil menunjuk keranjang berisi berbagai buah di meja.

Vivian mengangguk dan mulai mencuci serta mengupas buah-buahan. Namun, tanpa sengaja jari Vivian tergores pisau dan berdarah. Dia mengerutkan dahi menahan sakit.

Nathan yang melihat itu langsung panik. "Vivian, kau ini ceroboh sekali," katanya dengan nada cemas sambil menghentikan aktivitas memasaknya. Dia segera mengusap darah di jari Vivian lalu menutup lukanya dengan plaster.

Vivian hanya terkekeh. "Aku baik-baik saja, Nathan. Ini hanya luka kecil."

Nathan menatapnya tajam. "Tetap saja, kau harus lebih hati-hati. Jangan sampai terluka lagi," katanya sambil kembali ke wajan, memperhatikan omurice yang hampir selesai.

Vivian menatap Nathan dengan rasa syukur. "Baiklah, aku mengerti. Aku akan lebih berhati-hati."

Nathan mengangguk, lalu mengambil piring dan mulai menyajikan omurice. "Sarapan sudah siap. Ayo makan," katanya sambil membawa piring ke meja makan.

Vivian tersebut lebar lalu mengikuti Nathan ke meja makan, menikmati aroma lezat dari makanan yang telah disiapkan suaminya. Mereka duduk berdua, menikmati sarapan bersama dalam kehangatan pagi yang cerah.

.

.

Setelah sarapan, Vivian membantu Nathan mengganti perban di mata kanannya. Dia membuka perban dengan hati-hati, dan matanya langsung membulat serta berkaca-kaca saat melihat kelopak mata Nathan yang menyatu dalam jahitan. Luka bekas operasi itu tampak jelas.

Nathan memperhatikan reaksi Vivian dan dengan lembut menghapus air mata yang menetes dari pipinya. "Apa yang kau tangisi?" tanyanya dengan nada datar namun penuh perhatian.

Vivian menggeleng, berusaha menyembunyikan perasaannya. "Aku tidak menangis. Hanya kelilipan saja," jawabnya dengan suara bergetar.

Nathan menatapnya sejenak sebelum berkata, "Jangan berbohong padaku, Vivian. Kau bukan seorang pembohong yang hebat. Dan ini bukan akhir duniaku."

Vivian mencoba menahan air matanya. "Aku hanya tidak bisa menahan perasaanku saat melihat luka itu. Dan aku tidak bisa membayangkan rasa sakit yang kau rasakan ketika operasi itu berlangsung. Pasti itu sangat menyakitkan bukan?"

Nathan menggeleng sambil membelai pipi Vivian dengan lembut. "Tidak seberapa, aku pernah terluka sampai hampir mati. Jadi luka semacam ini bukan masalah bagiku. Sekarang lanjutkan," pinta Nathan dan segara dibalas anggukan oleh Vivian.

Vivian pun melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Setelah mengoleskan salep pada luka jahitannya, Vivian kembali menutup mata itu dengan perban agar tidak terkena debu.

Sesaat setelah Vivian selesai mengganti perban dimatanya, Nathan menariknya ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan erat. Dia merasakan kehangatan dari tubuh Vivian dan menghela napas panjang sebelum berbicara.

"Aku terharu kau peduli padaku," Nathan memulai dengan suara lebih lembut dari biasanya. "Sejak ibuku tiada, tidak ada seorang pun yang benar-benar peduli padaku. Mungkin karena sikapku yang terlalu dingin dan aku begitu tertutup, jadi membuat orang-orang takut mendekat."

Vivian mengangkat wajahnya, menatap Nathan begitu dalam. "Nathan..."

Nathan melanjutkan tanpa melepaskan pandangannya, "Kau adalah orang pertama yang aku ijinkan masuk ke dalam kehidupan pribadiku. Aku merasa kejadian pagi itu bukan hanya sebuah kebetulan semata, melainkan takdir. Mungkin Tuhan mengirimmu untuk menjadi cahaya dalam hidupku yang selama ini hanya dipenuhi oleh kegelapan."

Vivian tertegun mendengar kata-kata Nathan. Nathan adalah tipe orang yang jarang membuka diri, apalagi berbicara tentang perasaannya. Namun, pagi ini semua terasa berbeda, hingga Vivian bingung harus menjawab apa dan akhirnya dia memilih untuk diam.

Nathan melihat reaksi Vivian, lalu mendekatkan wajahnya. Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang dalam dan penuh perasaan. Vivian memejamkan matanya, merasakan setiap sentuhan bibir Nathan. Tangan Nathan melingkari pinggangnya, sementara Vivian memeluk leher Nathan erat-erat, seolah tidak ingin melepaskannya.

Setelah hampir satu menit, akhirnya Nathan melepaskan ciumannya, menatap mata Vivian dengan pandangan yang lebih lembut. "Aku tidak pandai bicara soal perasaan," ujarnya pelan. "Tapi kau harus tahu, kau sangat berarti bagiku."

Vivian mengangguk pelan, dia bisa merasakan seberapa dalam kata-kata Nathan yang sederhana namun tulus itu. "Aku mengerti."

Nathan menghela napas dalam-dalam, lalu menatap Vivian dengan mata kirinya yang tajam. "Aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu," katanya. "Menjadi seseorang yang selalu bisa kau andalkan, satu-satunya tempat untukmu pulang."

Vivian merasakan getaran di hatinya mendengar kata-kata Nathan yang begitu tulus. Ia tahu bahwa Nathan bukan tipe orang yang mudah mengungkapkan perasaannya, apalagi dengan kalimat yang begitu dalam.

"Nathan..." gumam Vivian dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu merasa sendirian. Selama aku ada disini, aku akan melakukan yang terbaik untuk membuatmu bahagia."

Vivian menatap Nathan, matanya berkaca-kaca. "Aku percaya padamu, Nathan."

Nathan kembali mencium bibir Vivian, dan dia membalasnya dengan senang hati. Vivian bisa merasakan kehangatan yang mengalir ditengah ciuman itu. Ketika ciuman mereka semakin dalam, tangan Nathan melingkari pinggang Vivian, menariknya lebih dekat.

Setelah beberapa saat, mereka melepaskan ciumannya dan Nathan menatap Vivian dengan intens. "Kau adalah yang terpenting bagiku, Vivian. Aku tidak akan mengecewakanmu."

Vivian tersenyum, hatinya penuh dengan kehangatan ketika menatap Nathan. "Aku tahu, Nathan. Aku juga akan selalu ada untukmu."

***

Bersambung

Jangan lupa baca karya baru Author 'IPAR ADALAH MAUT' ditunggu kedatangannya, oke ,🤗🤗🤗

1
sella surya amanda
lanjut
Lissaerlina
lanjuttttt
sella surya amanda
lanjut
Vanettapink Fashion
Luar biasa
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Lissaerlina
lanjuttttt
Musringah
lanjutt
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Anonymous
semangat nulis😁
Iyan
/Ok/
Meiriya Romadhon
bagus
Putu Sriasih
Luar biasa
NAJ L
/Rose//Rose//Rose/
NAJ L
Buruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!