Thung Seng seorang jenius beladiri yang juga memiliki seorang istri yang cantik jelita, dimana hal tersebut memancing iri dan dengki dari kakak seperguruannya sendiri.
Dengan memanfaatkan kekuasaannya sebagai seorang Raja dan melakukan kolaborasi dengan orang kepercayaannya Thung Seng, maka kakak seperguruan Thung Seng berhasil menangkap bahkan menghancurkan ilmu kungfu yang dimiliki oleh Thung Seng.
Sanggupkah Thung Seng yang kehilangan ingatan dan kehilangan kungfunya melakukan balas dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pencari keabadian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Yang Yang.
Thung Seng mengambil sebuah buku yang di depan buku tertera huruf yang bila dibaca adalah”Jurus Kungfu Phoenix”.
“Hey bukankah ini gerakkan yang dimainkan oleh murid tetua ungu, dan tiap gambar terdapat penjelasannya mengenai pengaturan nafas ketika sedang bergerak,”pikir Thung Seng sambil membuka-buka halaman buku.
“Hmmm Aku harus mempelajarinya dan kebetulan nanti bisa kuterapkan ketika bertarung dengan ayahnya Xiao Hong, hehehe.”
Thung Seng pun mulai serius membaca buku sambil membandingkannya dengan gerakkan muridnya tetua ungu dan gerakkan tetua ungu ketika sedang bertarung dengan avatar gurunya Thung Seng.
Jam tiga pagi Thung Seng baru tidur setelah sebelumnya memasukkan kembali buku yang dipelajarinya ke dalam cincin penyimpanan.
Jam sembilan pagi terlihat Xiao Ge sudah gelisah.
“IstriKu, bocah ini tidur seperti kerbau, hari sudah terang dia belum juga bangun,”ucap Xiao Ge.
“Sabar SuamiKu, daripada Kau bolak-balik di hadapanKu lebih baik Kau menebang kayu di luar,”ucap Istri dari Xiao Ge.
Jam sebelas Thung Seng yang terbangun segera keluar dari kamar.
“Selamat pagi Bibi,”ucap Thung Seng.
“Nak hari sudah mendekati siang, rupanya Kau tidur sangat nyenyak.”
“Wahh maaf, mungkin ini karena pengaruh masakan Bibi yang lezat, membuat Aku tidur lupa waktu.”
“Anak ini perilakunya sungguh baik, alangkah bahagianya hatiKu bila nanti Dia bisa bersanding dengan salah satu anakKu. Tidak, Aku tidak boleh terbawa oleh perasaan, dunia persilatan ini kejam, kalau kungfu Aku dan SuamiKu rendah, bagaimana Aku dan SuamiKu bisa melindungi anak-anakKu. Nak salahkan nasibMu yang sedang sial,”pikir Ibu dari Xiao Hong dengan rasa bersalah.
“Oya Bibi, kemana Paman dan yang lain?”
“Paman sedang menebang kayu sedangkan Xiao Hong dan Xiao Rong ikut bersama Paman.”
“Hey Kakak Thung Seng, waduhh lama sekali tidurnya!”teriak Xiao Rong dari kejauhan sambil menarik kereta kecil yang di atasnya terdapat beberapa potong kayu.
“Adik Xiao Rong!”teriak Thung Seng sambil tersenyum dan berjalan mendekati Xiao Rong.
“Huh Kakak Thung Seng, Aku tidak disapa?!”ucap Xiao Hong yang sedang membantu mendorong kereta yang ditarik oleh Xiao Rong.
“Oh eh Adik Hong,”ucap Thung Seng kikuk.
“Paman biar Aku bantu,”ucap Thung Seng yang kemudian mendorong kereta yang sedang ditarik oleh Xiao Ge.
Kereta yang ditarik oleh Xiao Ge ukurannya tiga kali lebih besar daripada kereta yang ditarik oleh Xiao Rong.
“Terima kasih Nak Thung Seng,”ucap Xiao Ge dengan nada yang ramah.
“Tidak menjadi masalah Paman,”balas Thung Seng.
“Oiya Nak Thung Seng sebentar lagi Kita akan mencari ayahMu, dari malam Paman selalu kepikiran tentang nasib Kamu.”
“Horee Ayah, Kami ikut!”teriak Xiao Hong.
“Kalian berdua masih terlalu kecil, Ayah bersama dengan Nak Thung Seng hendak pergi ke tempat para serigala.”
“Yaah Ayaah,”ucap Xiao Hong dengan nada kecewa.
Setelah menaruh kayu-kayu ke tempatnya, keluarga Xiao masih sempat makan siang dengan Thung Seng.
“Ayo Thung Seng, Kita berangkat sekarang.”
“Baik Paman.”
“Thung Seng hati-hati… Ayah harus menjaga Thung Seng, jangan sampai Thung Seng dimakan oleh serigala,”ucap Xiao Rong dengan khawatir.
“Hihihi Kakak Rong, Aku punya perasaan Kakak Thung Seng akan selamat.”
“Terima kasih Xiao Hong, Kau benar Aku akan selamat dan Xiao Rong jangan khawatirkan Aku. O iya, terima kasih Bibi, suatu saat Kita akan bertemu kembali.”
“Hahaha Thung Seng, Thung Seng, biarlah Kau membual sepuasnya, karena ini adalah hari terakhirMu,”pikir Xiao Ge dengan senyuman jahat.
Mereka berdua pun berjalan pergi, selama di perjalanan Thung Seng banyak bertanya mengenai lokasi serigala perak dan sekitarnya.
“Stop Thung Seng, Kita berhenti di sini.”
“Paman apakah Kita hendak beristirahat? Baru saja Kita berjalan selama satu jam,”ucap Thung Seng berlagak tidak tahu.
“Hahaha Thung Seng lekas serahkan cincinMu dan setelah itu enyah dari hadapanKu, kalau tidak jangan salahkan Aku membunuhMu!”ancam Xiao Ge.
“Paman Kau tega merampokKu,”ucap Thung Seng sambil memasang kuda-kuda.
“Hahaha Kau bocah ingusan hendak bertarung denganKu?!”ejek Xiao Ge setelah melihat posisi kuda-kuda dari Thung Seng.
Tangan Xiao Ge bergerak untuk menangkap tangan Thung Seng, tapi Thung Seng dengan cepat menepisnya dan balas memukul dengan cepat tapi mengurangi tenaganya.
Dengan terkejut Xiao Ge segera melompat mundur, kemudian menyerang Thung Seng dengan sungguh-sungguh.
Mereka bertarung sebanyak seratus gerakkan, beberapa kali pukulan dari Xiao Ge masuk ke tubuh Thung Seng.
“Tidak bukan begitu gerakkannya seharusnya begini,”gumam Thung Seng.
Sebenarnya kalau mau, dari tadi Thung Seng mampu merobohkan Xiao Ge dengan mengandalkan tubuhnya yang istimewa, tapi Thung Seng memanfaatkan pertarungan ini untuk memperlancar jurus Phoenix yang baru saja dipelajarinya.
“Ada yang aneh dengan Bocah ini, tanganKu terasa ngilu setiap kali bertemu dengan tangan bocah ini, pukulanKu juga tidak berarti apa-apa setelah mengenai tubuhnya dan Bocah ini sekarang bicara sendiri…seakan-akan sedang melatih jurus. Apakah Bocah ini sebenarnya menyembunyikan tingkatan kultivasinya dan memakai Aku sebagai kelinci percobaan?”
“Desh!”bunyi pukulan dari Thung Seng yang mengenai tubuh Xiao Ge.
Tubuh Xiao Ge pun terpental sejauh tiga meter.
“Paman berhenti melamun, ayo lekas bangun dan Kita lanjutkan kembali pertarungannya,”ucap Thung Seng sambil tersenyum.
Dada Xiao Ge terasa seperti dipukul oleh palu godam ketika terkena pukulan dari Thung Seng dan rasa sakitnya membuat Xiao Ge juga sesak nafas.
“Aku sudah mengurangi kekuatan pukulanKu, tapi hasilnya diluar dugaanKu, sepertinya Aku harus mencari mangsa yang lebih kuat,”pikir Thung Seng.
“Thung Seng, Paman minta maaf, tadi Paman khilaf karena serakah sehabis melihat cincin yang Kau kenakan,”ucap Xiao Ge yang masih dalam posisi terlentang di atas salju.
“Huh Paman, setelah kalah baru bilang khilaf, baiklah mengingat kebaikan dan ketulusan Xiao Rong dan Xiao Hong, maka Aku Thung Seng akan memaafkan Paman, tapi apabila Paman berani menyerangKu lagi maka Aku akan membunuh Paman!”
“Paman tidak berani,”ucap Xiao Ge dengan ketakutan.
Thung Seng segera berlari meninggalkan Xiao Ge sendirian.
Tiga orang Pria muncul dari tempat persembunyiannya, satu Pria melesat mengikuti Thung Seng, sedangkan dua Pria lagi berjalan mendekati Xiao Ge yang masih terlentang di atas salju.
Seorang Pria membungkuk dan mengulurkan tangannya menolong Xiao Ge untuk bangkit berdiri.
“Xiao Ge lama tidak bertemu.”
“Hey Yang Yang kawanKu, tiga tahun Kita berpisah sejak Kau diterima menjadi murid dari partai Surga…bagaimana dengan tingkatan kultivasi kungfuMu sekarang?”
“Hmm tidak banyak kemajuan, baru mencapai tahap menengah ke tiga,”jawab Yang Yang merendah.
“Apaa? Tiga tahun sudah mencapai tahap menengah ke tiga!”seru Xiao Ge dengan terperanjat.
Yang Yang hanya tersenyum dan senang melihat wajah terperanjat dari Xiao Ge.
“Xiao Ge, Aku minta maaf,”ucap Yang Yang.
“Maaf? Maaf kenapa?”tanya Xiao Ge dengan heran.
“Karena ini,”ucap Yang Yang sambil dengan cepat melayangkan lima jarinya menembus wajah Xiao Ge.
Sebelum tubuh Xiao Ge kembali terhempas ke salju, Pria disebelah Yang Yang dengan cepat menahan tubuhnya dan kemudian memanggulnya.
“Bawa mayat ini ke perkampungan suku salju dan sebarkan berita bahwa Aku sedang mengejar pembunuhnya yaitu murid dari iblis ungu!”perintah Yang Yang.
“Baik Kakak perguruan,”jawab Adik perguruan dari Yang Yang dan kemudian melesat pergi.
“Hehehe kalau Aku berhasil membunuh murid dari iblis ungu tentu reputasiKu akan naik dan mempermudah jalanKu untuk menjadi ketua suku salju,”pikir Yang Yang dengan gembira sambil melesat ke arah larinya Thung Seng.
Bersambung :))