Mengandung Anak Kaisar

Malam intim untuk permaisuri dan kaisar sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Karena rata - rata kaisar dan permaisuri itu melakukan pernikahan politik, tradisi ini diadakan demi keturunan kaisar yang tidak akan pernah putus.

Namun mungkin berbeda dengan Yvonne dan Neil. Karena mereka sama - sama memendam rasa, yang seharusnya malam intim itu dilakukan dua kali seminggu, mereka melakukannya lebih dari itu.

Mungkin terdengar lucu karena mereka mencari alasan dengan membawa Theo yang ingin segera mempunyai adik, tapi sudah sebulan lebih mereka berjuang, Yvonne belum juga hamil membuat ia sedikit khawatir.

"Apa karena sudah lama jadi aku tidak bisa hamil ya?" tanya Yvonne khawatir, Neil melirik kesebelahnya.

"Tidak apa, mungkin untuk tuan putri kali ini kita harus berjuang lebih keras." Ucap Neil mendekati Yvonne.

Neil pun mengecup singkat bibir Yvonne membuat pipi wanita itu merona. Neil tertawa pelan, mau bagaimana pun itu terlihat lucu dimatanya. Padahal mereka sudah melewati malam bersama setiap harinya, tapi Yvonne masih merasa malu.

"Bagaimana kalau kali ini kamu yang memimpim?" Tanya Neil sedikit menggoda, Yvonne melirik kearah Neil.

"Em, apa boleh?" tanya Yvonne polos, Neil menahan tawanya agar Yvonne tidak merasa malu.

"Boleh, permaisuriku."

Neil tersenyum senang sambil membelai Yvonne. Yvonne yang awalnya ragu pun memulai permainannya dengan semangat.

.

Pesta teh kini sedang diselenggarakan untuk para istri dan putri bangsawan.

"Apa ya tujuan yang mulia permaisuri melakukan pesta teh dadakan ini? Dekorasinya juga sangat mewah!"

"Mungkin karena ingin lebih dekat dengan para bangsawan? Dengar - dengar setelah pernikahan, permaisuri tidak pernah keluar istana sama sekali!"

"Bisa saja permaisuri ingin mengetahui trend saat ini. Beliau kan sangat sibuk di istananya jadi tidak ada waktu untuk keluar istana."

"Ah.. iya benar."

"Permaisuri mempunyai banyak kesibukan."

"Perhatian semua! Permaisuri Yvonne Jadeveuzs Khoonts memasuki tempat."

Semua tamu undangan dengan serempak bangun dari duduknya dan menunduk kearah Yvonne. Yvonne tersenyum sambil mengangkat tangannya.

"Angkat kepala kalian."

Semua serempak mengangkat kepalanya dan terkagum - kagum dengan penampilan permaisuri yang sangat anggun dan cantik.

"Sebelumnya aku ingin berterimakasih pada semua putri yang sudah berkenan hadir pada acaraku. Karena aku meminta para putri yang sudah mempunyai anak untuk membawa anaknya, aku bermaksud untuk pangeranku agar bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya. Dan pastinya para ibu tidak akan bosan menunggu karena kita menghabiskan waktu sambil berbincang dan meminum teh! Ini adalah teh khusus yang saya buat dengan ketulusan hati. Mohon dinikmati." Jelas Yvonne dengan gembira membuat para tamu undangan ikut merasa senang.

Mereka mencicipi teh itu dan langsung menampilkan ekspresi yang sangat baik.

"Wah, aku baru pertama kali mencoba teh seperti ini."

"Iya, bagaimana bisa ada teh dengan aroma bunga tetapi tidak terasa berat seperti ini?"

"Yang mulia sangat pandai dalam membuat teh, saya jadi ingin membalas kemuliaan ini." Ucap seseorang membuat Yvonne melirik.

"Mita? Ya ampun, apa kabar?" tanya Yvonne begitu melihat teman dekatnya semasa ia masih menjadi putri.

"Suatu kehormatan bagi saya jika anda masih mengenal saya. Kabar saya baik sesuai dengan perhatian yang mulia." Ucap Mita tulus membuat Yvonne merasa terharu.

"Haha, bicara yang ringan saja, kita sudah berteman sejak lama. Aku dengar kamu menjadi istri Marquess Albrech ya? Aku terlambat mengucapkan selamat." Ucap Yvonne sedikit kecewa.

"Ah, tidak perlu seperti itu permaisuri, ini hanya pernikahan politik. Tidak seperti permaisuri yang menikah karena saling cinta." Puji Mita membuat Yvonne sedikit malu.

"Terimakasih atas sanjunganmu. Ayo kita duduk dan nikmati makanan ringannya." Ajak Yvonne, Mita mengangguk ramah lalu mengikuti Yvonne duduk.

Theo dengan Geran berjalan bersama menuju taman berisi anak - anak. Jika tidak atas kehendak ibunya, mereka mungkin sedang melakukan spar di tempat latihan.

"Ah, apa mungkin anda yang mulia pangeran? Perkenalkan, nama saya Johan dari keluarga duke Yenh. Johan Yenh memberi salam kepada matahari kecil kekaisaran Khoonts." Ucap Johan menundukkan kepalanya.

Geran berbisik kepada Theo untuk memberikan gambaran singkat mengenai anak yang ada dihadapan mereka itu.

Singkatnya, keluarga Duke Yehn telah berjasa dibidang pertahanan untuk keluarga kekaisaran. Secara turun temurun, mereka menghasilkan kepala pasukan untuk kesatria kekaisaran.

"Senang bertemu dengan mu, Johan. Aku harap kita bisa berteman baik." Jawab Theo membuat Johan mengembangkan senyumnya.

"Ah, suatu kehormatan bisa berteman dengan yang mulia Theodore."

"Yang mulia! Perkenalkan juga saya Michel dari keluarga Count Saverm. Dan ini adik saya Helma, Helma berilah salam pada yang mulia pangeran!"

Gadis kecil yang sendari tadi bersembunyi dibalik badan Michel itu menampakkan diri dan bertatapan langsung dengan Theo.

"Hah.."

Theo membelakkan matanya lebar - lebar. Jelas itu adalah anak yang sangat ia kenal, tapi kenapa namanya Helma?

"Helma Saverm memberi salam kepada pangeran Theodore." Ucap Helma bungkuk lalu kembali ke belakang kakaknya.

"Eh, apa.. kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Theo, Helma melirik.

Theo memperhatikan kembali wajah anak itu, jelas itu adalah Helina teman masa kecilnya. Helma langsung bergeleng lalu kembali bersembunyi pada kakaknya.

"Ah, maafkan saya yang mulia. Helma baru kali ini keluar rumah karena kondisi tubuhnya yang lemah, mungkin yang pangeran lihat adalah orang yang mirip - mirip dengannya." Jelas Michle tak enak.

"Tidak, jelas aku mengenal wajahnya. Namanya Helina, dia sangat mirip dengan adikmu." Ucap Theo membuat Michel kebingungan.

Tentu saja ia tidak punya adik lain selain Helma, tetapi dia juga tidak bisa mengira bahwa omongan pangeran itu bohong.

"Helma, apa benar kamu tidak mengenal pangeran?" tanya Michle pada adiknya, Helma terus bergeleng dengan wajah kebingungan.

"Pangeran, yang lain ingin menyapa anda." Tegur Geran membuat Theo tersadar.

Theo melirik sebentar kearah Helma lalu berbalik badan untuk menyambut putra putri dari keluarga lain.

"Aneh, padahal jelas itu adalah Helina, kenapa dia tidak ingat?"

"Yang mulia!"

Theo melirik begitu mendengar panggilan itu. Juyi berlari dengan panik kearah Theo membuat Theo ikutan panik.

"Ada apa bibi?" tanya Theo, Juyi mengatur deru nafasnya.

"Yang mulia permaisuri.. beliau pingsan dan muntah setelah meminum teh, sekarang ia ada di-"

Tiba - tiba saja angin berhembus kencang membuat orang - orang disana hampir terbawa angin. Geran yang mengetahui jelas bahwa ini adalah sihir dari Theo langsung mencekal kuat lengan anak itu dan menenangkannya.

"Yang mulia, kendalikan diri anda!" seru Geran, bukannya menurut, angin itu malah semakin kencang dan mengacaukan tempat pesta.

"Theodore! Hentikan ini!"