Turn On

Sampai beberapa hari kedepan Dea masih memikirkan tentang laki-laki misterius itu. Kenapa harus dimatikan lampunya sewaktu berhubungan. Itu menjadikan Dea penasaran wajahnya saat merasa puas.

"Hahh sangat misterius " duduk termenung di kasur dengan memeluk kaki yang ditekuk.

......................

"Dea... " Aldino tersenyum berjalan ke arah Deandra.

"Ya Bos ada apa? " merapikan rambutnya yang menutupi wajah.

"Datanglah" memberikan undangan .

Deandra menatap sejenak undangan itu , Apakah undangan pernikahan? Batin Dea dalam hati .. Tapi.. Dengan siapa Aldino akan menikah dia jarang bercerita jika dekat dengan seseorang.

" Kenapa diam? " melihat Deandra dengan bingung.

"Emm apakah undangan mu? Undangan pernikahan? " melihat ke arah Aldino.

"Ha .hahh? Bahkan kamu belum membacanya... Darimana bisa tahu isinya apa , bukalah " memberikan.

Dea menerima undangan itu dan membukanya. Di bacalah undangan tersebut dan setelah itu Dea apa maksud dari isi undangan itu.

"Ohh ini undangan anniversary pernikahan Orang tua kamu Al.. " mengagguk paham.

"Ya benar. Aku harap kamu bisa datang " menatap penuh harap.

"Aku ... " ragu melanjutkan perkataannya.

Ini bukan acara sembarangan tentunya ,pasti akan banyak orang penting yang datang .Bisa saja ada salah satu klien malam Dea hadir dalam acara ini.

Akan sangat beresiko kalau bertemu di sana. Identitas ganda Dea bisa ketahuan oleh Aldino. Tapi tidak mungkin juga Dea menolak untuk datang. Tidak ada alasan yang tepat. Aldino juga begitu baik selama ini Dea tidak enak jika menolak untuk datang.

Sudah berkali-kali Dea menghindari Aldino dengan menolak di ajak makan bersama dengan alasan ada janji.

Deandra masih berpikir.

" Apakah kau sudah ada janji? "

Dea refleks menggeleng.

Senyuman terbit di bibir Aldino, yang mengisyaratkan rasa senang Dea akan datang malam acaranya.

Aldino berencana memperkenalkan Dea pada orang tuanya. Mungkin belum untuk hubungan serius karena Aldino juga belum mengungkapkan perasaannya. Namun dengan segera Aldino akan menembak Dea dan langsung melamarnya.

"Aku senang kamu bisa datang,.. Bagaimana jika aku jemput? " tawar Aldino.

Dea menggelengkan kepalanya. " Tidak perlu aku bisa datang sendiri. "

"Lagipula ini acara mu juga , aku hanyalah seorang tamu tidak perlu sampai harus dijemput segala Al. Nanti aku bisa datang ke sana naik taxi " tersenyum meyakinkan.

"Bukan masalah hanya menjemput sa..."

Dea menggelengkan kepalanya dan menyentuh tangan Aldino.

"Terimakasih atas tawarannya tapi.. Kamu lebih baik menunggu ku di rumahmu saja. Aku pasti datang"

"Kau janji ? " mengacungkan jari kelingkingnya.

Dea sedikit berpikir,

" Dea...? Kalau begitu aku akan jem...."

" Oke janji aku pasti datang " mengacungkan jari kelingking juga.

Sampai di rumah Dea gelisah , masih memikirkan tentang undangan Aldino. Dia sudah berjanji akan datang tapi dalam hati kecilnya dia menolak.

"Aku tidak pantas datang ke acara seperti itu, hahhh... Kenapa juga harus janji " meremas rambut frustasi.

~ DRRRRTSZZZ

~ DRRRRTSZZZ

Vibrasi ponsel terasa di dalam saku celananya.

Saat mengeluarkannya, Dea langsung mengangkatnya.

"Hmm ya ada apa Betty.. " suara datar Dea.

"Hei Honey ada apa? Kau sedang duduk sendiri? Galau? Cih seperti remaja kemarin sore aja " omel Betty di dalam telepon.

"Jangan buat mood gue semakin buruk "Betty bukannya menghibur temannya justru semakin membuat mood jadi buruk.

"Ayolah Honey have fun, atau.. Kamu kemari saja kita cari hiburan? "

"Lo di mana? Ogah kalau harus ke rumah lo segala "

"haiah... Kenapa? "

"Minder gua Bett.., plis pahami lah..." berkata dengan sedikit mengiba.

" Oke"

"Oke? "

"Iya Oke.. "

"Maksudnya? Oke? Apa ? "

"Oke gua yang akan ke rumah lo Honeyyyy" memanjangkan nama Honey.

"Ga perlu, kita ketemuan di luar aja.. Kebetulan gua juga mau beritahu sesuatu "

"Oh waaaow apa itu Honey? Apakah.... "

"Ceritanya nanti kalau udah ketemu, ga enak biacara di dalam telepon"

"Haahh untung sahabat kalau bukan gue pites lu, bikin semakin penasaran aja. " geram Betty.

"Kirim aja alamatnya nanti gue ke sana "

"aokay Honey pay pay.. Uummcaach"

Saat melihat alamat yang dikirimkan oleh Betty Dea nampak mengenal tempat yang dimaksudkan.

Dan ternyata suprise untuk Dea.

"Sial! Kenapa harus tempat begini sih.. ," menahan emosi dan malu.

Pantas saja sopir taksi tadi sampai kaget sat Dea menyebutkan alamat tujuan Dea..

"Betty isi otak lo apa sih, bikin malu gue mulu "