Aku adalah Arthurian Merlin, pengkultivasi sihir iblis yang melampaui batas kemampuan manusia. Aku menolak kedewaan dan berkeliaran di Bumi sebagai Iblis Amarah. Seorang pria yang membuat sungai darah mengalir disetiap langkahnya.
Banyak perang terjadi dari langkahku, tetapi pemenangnya tetap sama. Aku adalah orang yang kejam dan Iblis di antara segala Iblis. Semua pembantaian itu semata-mata demi melampiaskan dendamku terhadap tujuh Dewa dan kuil penyokong mereka yang telah menghancurkan keluargaku.
Namun, apa ini? Mengapa penyihir Iblis tersohor sepertiku bangkit di tubuh pemuda yang lemah ini? Lalu, mereka tidak menggunakan sihir di sini?
Aku, Arthurian Merlin, sang Iblis Amarah yang mencatat sejarah dengan darah, bangkit kembali di dunia yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Ketidaksukaan Hans
"Ap-apa? Eksternal Aura?" Arkam tersentak mendengarnya. Itu tidak masuk akal baginya dan tampak benar-benar palsu. Bahkan dia saja yang dipanggil genius, kesusahan mempertahankan Eksternal Aura, tapi kutu buku itu tiba-tiba bisa menguasainya? Mustahil.
"Tidak masuk akal, kan? Itulah sebabnya aku meminta diadakan sesi sparring dengannya. Dengan begitu, aliran energi magis dari Artefak yang paling halus pun akan mudah ditangkap mata!"
Arkam masih terdiam dengan tatapan bingung saat Pionir Haynes memberi penjelasan, "Kepala keluarga sudah menyetujuinya dan bimbingan Ksatriamu terpaksa diundur sampai pengujian Eksternal Aura Arthur selesai. Kami di sini untuk memberitahumu hal itu."
"Kakek sendiri yang mengusulkannya?" Arkam mengepalkan tangannya dengan erat. Dia tidak bisa melupakan didikan ketatnya—bahkan ketika dia membangkitkan Aura pada usia dua belas tahun, Kakeknya tidak memiliki reaksi khusus, tapi kakeknya yang kaku itu menyiapkan sesuatu seperti ini?
"Kapan?"
"Sekarang. Lapangan tanding sedang disiapkan."
Arkam tiba-tiba menyeringai tajam. "Aku tidak tahu trik apa yang coba kamu mainkan, tapi sayang sekali hal itu tidak akan berhasil. Kamu mungkin bisa menipu Kakek, tetapi tidak dengan Pionir Haynes. Aku bersedih untuk statusmu, tapi itu bagus, dengan begitu kesempatan keluargaku mengambil alih penuh kekayaan keluarga Mahesa akan naik drastis," batinnya.
***
Saat Arthur keluar dari kantor Bendahara dan hendak kembali ke ruang perjamuan, di bagian lorongnya, dia melihat sesuatu yang membuat matanya melebar. Berdiri di depan pintu masuk adalah sosok yang familiar.
"Ayah?"
Dari panggilan itu, Hans juga memperhatikannya dan berjalan mendekat. "Kemana Saja Kamu?" Dia bertanya.
"Hanya berkeliling." Arthur menjawab dengan polos sembari menahan keinginannya untuk pergi.
Hans memijat dahinya yang sakit ketika dia melihat pipi putranya itu. Dia mendengar dari para penjaga bahwa Arthur berkelahi dengan Harish, sehingga ia dihukum oleh Kepala Keluarga.
"Apa kamu barusan menemui paman dari pihak ibumu?"
Arthur kaget dan meneguk ludahnya. Rupanya, ayahnya mengetahui apa yang ia lakukan bahkan niatnya, dan dia tampak sangat tidak menyukainya. Ini sangat buruk bagi Arthur. Kepercayaan ayahnya adalah pondasi besar bagi rencana balas budi yang ia siapkan, seandainya ayahnya curiga dan menjauhinya, Arthur akan kehilangan segalanya.
Arthur mulai memutar otaknya, dia tahu dia harus melakukan sesuatu tentang masalah hubungan ayah dan anak ini.
Hans menggenggam kedua bahu Arthur, menekannya degan erat dan membentaknya, "Berhentilah!" Pembuluh darah pria itu menyala dan secara sadis melempar tubuh Arthur ke tembok.
"Dasar idiot! Matamu menjadi seperti ini hanya karena perempuan?!" Hans sangat tidak menyukai sorot mata Arthur yang sekarang, itu dipenuhi dengan kesombongan dan keserakahan, sangat jauh dari putranya yang ia kenal sangat pemurah.
Tembok biru yang menawan itu kini bercorak merah. Tubuh Arthur yang lemah langsung hancur dan dia tersandar secara menyedihkan. Hans tahu bahwa putranya terluka, tetapi dia tidak peduli. Menurutnya, lebih baik anak ini mati di tangannya daripada di tangan orang lain gara-gara matanya itu.
"Nak, dengarkan ayah. Terlalu serakah akan merusak diri sendiri!" Kesombongan dan keserakahan adalah hak bagi mereka yang kuat sedangkan Arthur sangat lemah. Dengan mata seperti itu dia hanya akan menyinggung orang lain dan memperbanyak musuh ditiap langkahnya.
"Jangan berharap sesuatu yang terlalu tinggi dan jangan memikirkan hal yang sia-sia. Aku dan ibumu sepakat tidak akan menambah anak karena memikirkan masa depanmu, tetapi apa-apaan yang kamu lakukan ini? Beraninya kamu menentangku! Terima saja bengkel besi yang akan aku wariskan sepenuhnya padamu dan berpuas dirilah!"
Arthur tertawa dengan darah yang muncrat dari mulutnya. Meski tubuh ini lemah dan memiliki kesehatan yang buruk, darah sang iblis yang melalui metamorfosis sempurna mengalir di dalamnya. Regenerasi tubuhnya terlampau cepat dan dia menjadi abadi sampai batas tertentu.
"Ayah, aku tahu itu. Keserakahan selalu berakhir dengan kehancuran diri." Arthur paham betul mengenai itu, dan jika dia tarik garis hidupnya, dia akan mendapati banyak contoh sempurna dari keserakahan yang berujung kehancuran.
"Namun, aku belajar bahwa jika aku tidak serakah, apa yang aku miliki sekarang justru akan direnggut dari tanganku. Seperti halnya apa yang akan terjadi dengan bengkel besimu itu. Apa ayah pikir ayah bisa mempertahankannya dari Paman dan Bibi?"
"Apa? Dasar anak bodoh. Apa keserakahanmu yang besar itu berasal dari rasa takut!?" Kekecewaan segera memenuhi perut Hans, dan dia merasa ingin muntah pada saat itu juga. Dia selalu mengutuk saudara dan saudarinya yang meringkuk takut kalau-kalau jatah warisannya akan diambil oleh yang lain, tetapi ternyata darah dagingnya pun menjadi pengecut seperti itu.
"Meskipun selalu diremehkan dan direndahkan, ayahmu ini tetap pewaris yang sah dan salah satu pemilik suara kuat di keluarga ini. Ayah akan mempertahankan bengkel itu dengan negosiasi mundur dari kursi ahli waris ataupun sebagai hadiah kenetralan suara! Bengkel besi itu tidak akan lepas dari genggaman kita bagaimanapun! Ketakutanmu tidak ada artinya!"
Arthur berdiri seperti mayat yang bangkit dari kubur dan memanfaatkan celah keterkejutan Hans untuk bergerak cepat kemudian menyerang titik tumpunya. Dalam waktu yang singkat, dia mengerahkan seluruh kekuatannya dan membanting Hans ke lantai. Adrenalin dan endorfin melahap habis dirinya, dan mentalnya terbakar. Karena luka fisik yang berat, dia menjadi teringat kembali dengan medan perang. Iblis amarah bangkit di dalam hatinya.
Mata merahnya menjadi dingin dan ekspresinya menunjukkan rasa haus darah yang besar. "Ketakutanku tidak ada artinya? Ayah, kepercayaan dirimu itulah yang tidak berguna!"
Hans bangkit dan menendang Arthur ke sisi lorong menuju taman. "Apa yang kamu bicarakan! Eh!?" Mata Hans terbuka lebar begitu pula dengan mulutnya. Keluarga Mahesa terkenal dengan tubuh mereka yang besar dan tenaga mereka yang kuat, meskipun dari tadi dia tidak menggunakan Aura, dampaknya seharusnya sudah cukup untuk membuat anak lemah itu terbaring berbulan-bulan di ranjangnya.
Namun, apa sebenarnya yang sedang ia lihat sekarang. Alih-alih sekarat, Arthur malah berdiri dengan tegap di sana seolah-olah tidak menerima kerusakan apapun. Adapun selain itu, benang-benang Aura yang menahan tubuh anak itu lebih mengejutkannya. Benda itu bergerak-gerak seolah-olah memiliki kehidupan sendiri dan sepertinya masing-masing dari mereka terikat di jari tangan Arthur. "Eksternal Aura? Bagaimana mungkin...."
Arthur menaruh kedua tinjunya di pinggang saat dia berkata, "Mungkin." Dengan itu dia melempar dirinya ke belakang, ke tempat benang-benang itu terikat di tiang dan menggunakannya seolah-olah ketapel. Arthur melesat bagaikan peluru dan Hans memilih untuk menerima serangannya secara langsung, toh ini adalah Arthur, apa yang bisa ia lakukan dengan tubuh kecil yang tidak terlatih itu? Paling-paling dia malah melukai dirinya sendiri.
/Grin//Grin//Grin//Grin/