NovelToon NovelToon
Maaf, Jika Aku Memilih Dia

Maaf, Jika Aku Memilih Dia

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Masalah Pertumbuhan / Tamat
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Chiavieth Annisa

Sebuah cerita tentang anak kampus yang bernama Grace yang kuliah di sebuah universitas terkenal. Memiliki wajah cantik, namun sifatnya keras kepala dan selalu melakukan kecerobohan hingga di setiap harinya selalu ada pertengkaran dengan seorang pria yang lebih tua setahun darinya.

Ethan, pria yang juga satu kampus dengan Grace namun memiliki sifat yang kebalikan dari gadis itu. Populer di kalangan para gadis, yang ternyata diam-diam menyukai sosok Grace yang diakui sebagai adiknya.

Namun, ternyata Grace telah menyukai orang lain, dan itu adalah Leon, teman dekat Ethan. Namun ternyata di balik itu ada hal membuat mereka mengalami berbagai halangan hingga kehidupan mereka memiliki konflik dan emosi yang komplek serta pertikaian yang kadang bisa merubah semuanya dan melewati masa-masa itu. Namun, Ethan segera menemukan bahwa cintanya tidak bisa membuat mereka tetap bersama. Karena ada hal yang menjadi hambatan, penasaran dengan kisah kehidupan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiavieth Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ghibahan di kantor

"Eh Grace, kemarin katanya kamu lagi butuh duit. Emang buat apaan?”

“Ah, itu…” Gadis itu ragu-ragu untuk menjawab.

“Jangan-jangan buat beli novel baru lagi.” Mereka tertawa bersama, terlebih ketika melihat ekpresi Grace yang hanya meringis menahan malu.

“Grace mah emang gitu. Apalagi kalau udah keasyikan sama genre fanfic.” Grace masih tak berkutik saat komentar tentangnya terdengar.

“Ehhh, udah stop. Sebenarnya intinya bukan itu. Aku cuma kasih usul buat kita semua nih. Tentang pekerjaan tambahan.”

Semua mata langsung tertuju pada sosok yang berbicara. “Maksudnya?”

“Gimana kalau kita coba melamar jadi asisten pribadinya si bos? Yahh, sebenarnya tergantung rejeki sih. Siapa tau aja diantara kita ada yang beruntung. Betul nggak?”

"Nah, bener tuh. Bagi yang beruntung sudah pasti wajib traktirin makan siang," Rekan lain, Alicia ikut berkomentar.

"Nggak mau ah, aku lagi fokus sama kerjaan sekarang. Lagipula aku belum berminat cari kerja sampingan, takut nanti tugasnya malah keteteran. Kalian aja deh.” Respon Grace sama sekali tak tertarik.

Tiiin!

Tak jauh dari sana, seseorang baru turun dari motornya dan tampak menghampiri Grace.

"Grace, kakak kamu cakep banget sih, boleh pinjam nggak? Aku pengen punya kakak ganteng kayak gitu." Shan Shan tiba-tiba menyenggol lengannya.

"Tau ah!"

"Hai, kalian baru pulang?" Sapa Ethan dengan wajah ramah, bahkan dua gadis rekan kerja Grace terkesiap melihat sosok dewa yang hadir di depan mereka.

Ekspresi mereka membuat Ethan merasa aneh dan segera mengalihkan pandangan. "Aku ambil Grace dulu ya."

Menyaksikan keakraban mereka, dua kaum hawa itu merasa iri pada Grace. Wajah Ethan memang tampan, tak heran gadis-gadis itu langsung meleleh melihatnya.

Sampai punggung mereka tak terlihat, lagi-lagi mereka mulai bergosip ria. "Dengar-dengar, mereka bukan saudara kandung loh."

"Dapat info darimana?"

"Aku nggak bisa kasih tahu, karena kabarnya belum jelas. Tapi feeling aku nggak pernah salah. Fix, kemungkinan mereka akan pacaran deh!"

Shan Shan jelas kecewa mendengarnya, jika soal pria tampan, dia tak akan pernah mengalah. Semua orang sudah tahu kebiasaannya itu. "Kurasa itu benar, mereka sama sekali nggak mirip. Bikin auto patah hati." ucapnya tak bersemangat.

"Keburu sore, kira jadi pulang nggak nih?"

***

Grace baru saja menginjakkan kakinya di depan pintu. Dirinya merasa lelah dan memutuskan untuk membilas tubuhnya.

Bekerja menjadi sekretaris di perusahaan Dana Ventura membuatnya kesulitan. Terlebih lagi matanya harus jeli dan teliti dalam mengecek setiap dokumen yang masuk.

Saat pintu kamar mandi terbuka, aroma masakan tercium begitu menggugah selera. Grace berjalan mendekati dapur, asap yang menguap serta gelembung dari dalam panci, membuat Grace tersenyum. "Mie instan lagi..."

Baru saja yang ingin mencicipi, tiba-tiba Ethan muncul dengan langkah tergesa. "Grace, daritadi hape kamu bunyi terus, siapa yang nelpon sih?"

Grace mengambil ponselnya dari tangan Ethan, keningnya mengerut saat mendapati beberapa panggilan dari nomor tak di kenal. "Siapa sih, kayak ada info penting aja."

Ethan mengangkat bahu, pikirannya teralihkan oleh aroma yang tercium begitu tajam. "Kita makan yuk, mienya udah matang nih!"

Perut yang lapar membuatnya lupa semuanya, meski Ethan melarang Grace makan mie instan, tapi ia sendiri telah kecanduan menyantapnya.

Makan malam mereka berlanjut di ruang tengah sambil menonton acara televisi. Yah, kebiasaan mereka benar-benar tak dapat di ubah, namun suasana yang demikian dapat merubah suasana hati mereka.

Ethan melihat Grace yang dengan drama televisi, bahkan Ethan sempat memperhatikan ekpresi gadis itu. Gelas dan mangkuk yang berserakan di sekitar mereka diabaikan begitu saja sampai akhirnya mereka tertidur...

Pagi yang sunyi, Ethan terbangun dan menyadari kalau mereka telah tertidur di sofa. Dahinya mengernyit saat melihat jam dinding. "Astaga, ini sudah pukul 04.00 subuh!"

Disampingnya Grace masih terlelap pada sandarannya, sebagian wajahnya tertutupi helaian rambut yang telah jatuh dari keningnya. "Cantik!"

Sontak mata indahnya terbuka, seketika Ethan terkejut dan mundur membuat jarak diantara mereka. "Ethan..."

Grace mengucek matanya, lalu menyadari bahwa mereka masih di depan televisi. "Jadi kita tidur disini semalaman?"

Ethan merasa gugup, meski di sela rasa gugup ia sempat mengangguk pelan. "Kalau masih ngantuk, kamu pindah saja ke kamar. Aku masih harus melakukan sesuatu." Setelah berbicara, dia langsung pergi dari sana.

"Aneh!"

Getaran ponsel kembali terasa, secepat kilat dia langsung memeriksanya. "Ini nomor yang kemarin..."

***

Grace duduk dengan di sebuah cafetaria dengan perasaan gelisah. Belum lama menunggu, tiba-tiba seorang wanita datang menghampirinya. Grace terkesiap melihat kedatangan sosok yang tak asing, dia lalu berdiri dan menyapa. "Jadi kamu?"

Wanita itu mengangguk. "Benar, aku Luna. Kenapa memangnya?"

Grace tak menjawab dan kembali duduk

"Kenapa nggak pesan minum? Aku akan mentraktirmu jika keluarga Ethan tak sanggup lagi membiayai hidupmu?"

Sadar karena di sindir, Grace tidak tinggal diam. "Apa maksudmu?"

Luna mendengus, ekspresinya begitu datar. "Kamu masih bertanya? Kubilang silakan pesan apa saja yang kamu inginkan. Yah, itu takkan mengurangi isi kantongku."

"Tunggu, aku belum mengerti. Apa hubungannya keluarga Ethan dengan pertemuan kita? Aku sama sekali tak lapar. Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan..." ucapan Grace terdengar sengit

Wanita itu mengulas senyum tanpa rasa bersalah. Tangannya meraih buku menu di depannya. "Baik, sebelumnya izinkan aku memesan makanan yang lebih bergizi dari pada mie ramen. Aku kasihan melihatmu tinggal bersama orang lain, terlebih lagi jika itu adalah pembunuh orang tua kandungmu. Pasti sangat menyedihkan bukan?"

Grace hampir terpengaruh, namun dia mencoba membuang pikiran buruk itu sejauh mungkin. "Jadi kamu sedang bergosip? mereka nggak mengganggumu kan?" Grace merasa tak terima dengan kata-kata yang menjelekkan orang yang telah merawatnya sejak kecil.

"Grace, apa bagimu semua ini hal yang wajar? Kamu sadar nggak, kalau kebaikan mereka selama ini hanya sebatas rasa bersalah karena telah membuat orang tuamu meninggal." ucap Luna menyeringai.

"Itu mustahil!"

"Terserah, kamu mau percaya atau tidak. Tapi, apa kamu hanya diam saat orang tuamu di khianati?"

Grace bergidik ketika mendengar sesuatu begitu meyakinkan. Akan tetapi, apa hal itu mungkin terjadi sementara di masa itu orang tua mereka bersahabat?

"Luna, kamu pasti bercanda. Orang tua Ethan bukan orang seperti itu, mereka orang baik. Jadi jangan buat aku membenci mereka karena masalah pribadimu. Aku yakin kamu menggunakan cara ini karena Ethan mengabaikanmu 'kan?"

"Cukup! Kamu pikir aku semurahan itu? Semua yang kuinginkan pasti selalu kudapatkan, jadi apa yang aku cemaskan? Justru aku kasihan padamu, karena aku mengetahui hal ini. Kukira kamu akan berterima kasih setelahnya. Tapi, ternyata aku terlalu berharap. Kamu bukan orang seperti yang kubayangkan." Saat itu Luna berdiri dari kursinya. Auranya seperti menyimpan sesuatu.

Grace bahkan tak peduli bagaimana ekspresinya saat ini, terlebih ketika Luna menatapnya dengan sorot mata tajam. "Oh ya, aku hampir lupa, kamu itu hanya menumpang di keluarganya. Kamu pasti sadar itu dan anggap Ethan sebagai keluargamu saja." Nada bicaranya terdengar serius.

Detik ini juga dia pergi meninggalkan Grace sendirian disana. "Wanita aneh, selama ini jelas aku menganggap mereka sebagai keluarga, bahkan nggak pernah ada masalah." Grace hanya berkata saat punggungnya mulai menghilang.

Dering suara ponsel membuat fokusnya terpecah. "Si bos, astaga aku terlambat lima menit! Sepertinya pak Raffaele akan memarahiku setelah ini."

Tangannya berat untuk menjawab panggilan masuk dari bos-nya. Sampai ketika deringan tadi mati, bunyi notifikasi pesan menggantikan hal sebelumnya.

1
AmanteDelYaoi:3
Jelasin dong!
Lan Tian: kenapa kk? penasaran ya, lanjut swipe dong 🥺🙏
total 1 replies
Yuri/Yuriko
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
Lan Tian: di tunggu terus y kk🙏🥰
total 1 replies
Hakim Bohiran
Jangan diam aja thor, para pembaca sudah gak sabar nih!
Lan Tian: Baik kk, terima kasih udah baca cerita aku🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!