Zhao Jinyue, putri keempat Bangsawan Jing kehilangan segalanya setelah Pangeran Rui—sang suami—mendapatkan gelar Putra Mahkota.
Dia yang seharusnya menjadi Putri Mahkota tidak hanya dikhianati, tetapi juga difitnah dan dibunuh dengan kejam.
Zhao Jinyue pikir kematian tragisnya adalah akhir dari segalanya, tanpa diduga dia malah lolos dari lubang neraka dan kembali di hari Kaisar menjatuhkan titah pernikahan untuknya.
Dengan kenangan menyakitkan yang membekas di ingatannya, Zhao Jinyue mana mungkin bersedia mengulangi kesalahannya dengan menikahi Pangeran Rui dan membiarkan kakak ketiganya menjadi selir samping, bahkan bersedia menyetarakan status mereka.
Di kehidupan ini, Zhao Jinyue akan menjadi wanita yang berbudi luhur di mata dunia. Namun, diam-diam merencanakan pembalasan dan berbalik menaiki kapal Pangeran Runan, musuh bebuyutan Pangeran Rui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Itu Milikku!
"Aneh." Jinyue mengerutkan keningnya dan mulai memperhatikan jalanan yang dia lalui bersama pelayan.
Tempat itu dipenuhi rumput liar dan tanaman yang tidak lagi terawat, suasana heningnya diselimuti angin yang bertiup melalui koridor-koridor kosong.
"Ini bukan jalan ke Paviliun Shiyue."
Paviliun Shiyue yang terdapat taman, kolam, dan bebatuan dirancang khusus untuk relaksasi dan refleksi bagi para tamu.
Mereka bisa beristirahat, atau sekadar berganti pakaian ketika terjadi kecelakaan tak terduga seperti yang dialami Jinyue.
Ini bukan pertama kalinya dia memasuki istana, jadi dia tentunya tidak asing dengan seluk-beluk istana.
"Pelayan ini juga aneh. Dia sepertinya sedang gelisah." Jinyue menyadari gerak-gerik sang pelayan yang selalu melihat ke kiri dan ke kanan, dia pun menjadi lebih waspada dan segera meraih jepit rambutnya. "Dia pasti bukan pelayan yang dikirim bibi."
Memikirkan hal itu, Jinyue langsung melepaskan rangkulan sang pelayan dan menjauh sedikit darinya.
"Nona, ada apa?" Pelayan itu tidak fokus sehingga sedikit terkejut dengan tindakan Jinyue yang sangat tiba-tiba.
Jinyue mengangkat tangannya yang memegang jepit rambut dan berniat menusuk sang pelayan, membuat gadis pelayan itu refleks menutup wajahnya.
Bukannya menusuk pelayan itu, Jinyue justru mendorongnya hingga tersungkur ke tanah.
Detik selanjutnya, Jinyue melarikan diri dengan sisa-sisa kekuatan yang dia miliki.
Saat melihat Istana Shiyue sudah ada di depan matanya, Jinyue tersenyum senang. Akan tetapi, senyumannya langsung membeku ketika Pangeran Rui tiba-tiba keluar dari balik batu.
"Yue'er, aku sudah menunggumu dari tadi." Pangeran Rui menyambut kedatangan Jinyue dengan niat dan senyum jahat yang menghiasi wajahnya.
Tidak ingin berurusan dengan pangeran tak berguna itu, Jinyue segera berbalik.
Namun, pergelangan tangannya ditarik oleh Pangeran Rui sehingga langkahnya terpaksa terhenti.
"Yang Mulia, apa maksudmu?!" Jinyue menatap tak senang pada Pangeran Rui dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman sang pangeran.
"Yue'er, aku tahu kamu masih mencintaiku," kata Pangeran Rui dengan kepercayaan diri yang melambung setinggi langit.
Jinyue memutar bola matanya dengan jengah, lalu membuang wajahnya ke samping dan mendengus sinis. "Yang Mulia salah, aku sudah tidak mencintaimu lagi dan akan menikah beberapa hari lagi dengan Pangeran Runan. Anda juga akan menikahi Nona Yu, tolong hargai dirimu sendiri. Kita sudah seharusnya saling menghindar."
"Pernikahan apa?" Pangeran Rui mencubit dagu Jinyue, memaksa gadis itu menatapnya. "Kamu itu milikku! Kamu hanya bisa menikah denganku!"
Jinyue menepis kasar tangan Pangeran Rui dan berlalu pergi, dia tidak boleh berlama-lama di sana dengan kondisi tubuh yang tidak memungkinkan.
Namun, lagi dan lagi Pangeran Rui menghentikannya dengan mencengkeram kedua bahu Jinyue.
"Yue'er, selama bertahun-tahun ini, kamu selalu mengatur strategi dan saran, mengasah bakatku, lalu berbuat baik di sana-sini demi nama baikku. Kamu begitu mencintaiku, tapi kenapa kamu tidak membiarkan aku menikahimu? Hanya seorang selir seperti Yi Nan saja, kenapa kamu harus membuat keributan besar?"
"Yang Mulia, aku memang pernah mencintaimu. Namun, bantuanku terhadapmu bukan semata-mata karena cinta."
Pangeran Rui merengut tak senang. "Apa maksudmu?"
"Aku membantumu supaya kamu bisa mensejaterakan rakyat saat kamu naik tahta." Ekspresi serius menyelimuti wajah Jinyue, sorot mata yang sarat akan kebencian tertuju lurus pada sang pangeran ketika dia bergumam di dalam hatinya. 'Namun, hal pertama yang kamu lakukan setelah menjadi Putra Mahkota adalah menyingkirkan aku dan keluargaku yang memberimu jalan!'
Apakah aku masih harus mempertahankan cinta yang membawa bencana ini?
"Pengkhianatanmu membuka mataku," sarkas Jinyue. "Padaku yang berjasa saja kamu bisa berkhianat, apa lagi pada rakyat yang tidak memberikan kontribusi untukmu."
Kemudian, Jinyue memarahi Pangeran Rui dengan berapi-api. "Kamu adalah bajin9an yang keterlaluan!"
"Kamu lebih memilih membela rakyat daripada aku?" Pangeran Rui menggeram dan mencekik leher Jinyue tanpa ampun. "Aku ini pangeran, calon Kaisar di masa depan ... untuk apa aku pedulikan rakyat jelata itu?!"
Uhuk ... uhuk ... uhuk!
Jinyue terbatuk dan berusaha keras melepaskan diri dari Pangeran Rui yang membuatnya kesulitan bernafas.
"Kalau kamu tunduk padaku dan membantuku seperti sebelumnya untuk naik tahta, aku bisa saja menafkahi mereka semua."
"Jangan bermimpi!" desis Jinyue tanpa menyembunyikan perasaan tidak suka yang mendalam dan kuat terhadap Pangeran Rui, bahkan sikap permusuhan dan antipatinya juga kentara terlihat.
"Jinyue, kalau aku tidak bisa mendapatkan kamu, maka kakakku juga tidak akan!" Pangeran Rui mengeraskan rahangnya, lalu mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Jinyue dan berbisik dengan suara serak yang sarat dengan hasrat. "Kamu dan posisi penguasa hanya bisa menjadi milikku!"
Jinyue memberontak, bahkan memukul-mukul Pangeran Rui yang mulai menyusuri leher jenjangnya. "Lepaskan!"
O"Lepaskan!"
ini kebalikannya.......
seru lah Poko e....
amazing author.....🔥🔥🔥🔥🔥