“Barang siapa melancarkan rezeki orang lain, rezekinya juga akan dilancarkan. Dan barang siapa menghambat rezeki orang lain, rezekinya pun juga akan dihambat sampai tujuh turunan.”
***
Rahayu Tejo, mandor proyek perempuan telah menandatangani kontrak kerja untuk tugas melanjutkan suatu proyek perumahan yang telah mangkrak selama bertahun tahun.
Rahayu Tejo tidak tahu jika ternyata proyek perumahan itu telah memakan banyak korban pekerja proyek. Maka akhirnya proyek itu mangkrak karena orang orang tidak mau bekerja di proyek itu.
Ada misteri apa di proyek itu, hingga telah memakan banyak korban? Apa karena ada satu pohon yang konon ceritanya sangat angker di lokasi proyek itu atau ada hal lain?
Apa Rahayu Tejo mampu melanjutkan proyek yang telah memakan banyak korban dan banyak dihuni hantu itu? Atau dia justru menjadi korban?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34.
“Ya Tarno sudah bisa menduga Pak, Bu. Yatmi sudah menceritakan pada Tarno. Tapi Tarno belum mengatakan pada saya.” Ucap Bapaknya Tarno sangat pelan. Seperti tidak ingin ada orang selain yang ada di dalam ruang itu ikut mendengar.
“Maksudnya bagaimana Pak? Yatmi sudah cerita ke Mas Tarno kronologinya? Tetapi kenapa Mas Tarno baru bisa menduga?” tanya Respati begitu penasaran.
“Iya Pak. Yatmi kan cerita pada Tarno saat mereka mau ke rumah sakit itu. Jadi Tarno belum juga sempat bercerita pada saya dan Emaknya. Keburu musibah itu terjadi. Dia mengatakan itu saat sudah di tahanan sementara. Tidak bisa omong banyak Pak. Apalagi selalu diawasi petugas.” Ucap Bapaknya Tarno, ekspresi wajahnya kembali sedih.
“Apa Bapak mencurigai seseorang?” ucap Yayuk pelan namun dengan nada serius.
“Pastilah Pak. Yang saya curigai dua orang. Tetapi kata Tarno kita tidak boleh mengatakan apa pun juga. Sebelum dia mendapatkan bukti. Masalahnya tidak mudah untuk mendapatkan rambut dua orang itu. Apalagi Tarno masih dipenjara.” Ucap Bapaknya Tarno sangat lirih. Dan sedikit mencondongkan kepalanya ke depan agar lebih dekat dengan Respati dan Yayuk.
Yayuk dan Respati melebar kedua bola matanya, dan sedikit berkerut keningnya menatap ke arah Bapaknya Tarno.
“Dua orang?” ucap Yayuk dan Respati penuh pertanyaan dan penasaran.
Bapaknya Tarno hanya memberi jawaban dengan anggukan kepala saja.
“Sebentar Pak, tadi saat saya di lapas bertemu dengan Bu Waspo. Dia menjenguk Mas Tarno. Tetapi dia kok meminta Mas Tarno untuk menandatangani surat kuasa. Apa Bapak tahu surat kuasa apa itu?” Tanya Yayuk kemudian di saat dia ingat tentang surat kuasa.
“Dan apa yang Bapak curigai keluarga Bu Waspo yang melakukan kejahatan pada Yatmi?” saut Respati yang begitu penasaran dan juga gemas.
Tiba tiba ekspresi wajah Bapaknya Tarno berubah menjadi sangat khawatir. Dia menatap Respati dengan sangat serius.
“Maaf Pak, saya hanya memberi tahu saja ya. Bapak jangan lagi mengatakan itu. Bisa bahaya buat nyawa Bapak. Dia punya banyak mata mata dan telinga telinga di desa ini.” Ucap Bapaknya Tarno pelan namun sangat serius.
“Apalagi keluarga itu disukai masyarakat di sini Pak.” Ucap Bapaknya Tarno lagi masih dengan suara lirih.
“Jadi memang keluarga Waspo yang dicurigai mereka. Dua orang siapa ya? Dan bagaimana untuk mendapatkan rambut keluarga Waspo? Apa Pak Waspo? Apa anak Pak Waspo?” gumam Yayuk di dalam hati. Dia pun tampak berpikir keras.
Di saat Yayuk masih berpikir keras. Dan Respati juga terlihat diam, ekspresi wajahnya juga tampak berpikir pikir. Konsentrasi mereka berdua buyar karena suara Tami, meskipun suara itu halus dan lirih.
Yayuk dan Respati pun menoleh ke arah Tami...
“Kalau mengenai surat kuasa Itu. Surat kuasa untuk mengambil .. ..”
Akan tetapi ucapan yang keluar dari mulut Tami terhenti karena ada suara yang lebih keras dari suara Tami. Suara seorang laki laki dari arah pintu depan.
“Pak Lik..”
Empat orang yang berada di ruang tamu itu pun menoleh ke arah sumber suara..
Tampak seorang pemuda sudah berdiri di depan pintu rumah Bapaknya Tarno yang terbuka..
“Apa?” tanya Bapaknya Tarno sambil menatap pemuda itu.
“Mengantar undangan kumpulan Pak Lik.” Ucap pemuda itu sambil mengulurkan satu lembar kertas.
“Mi, terima itu.” Ucap Bapaknya Tarno sambil menoleh ke arah Tami.
Tami pun cepat cepat bangkit berdiri dan melangkah untuk menuju ke pintu depan. Tami menerima kertas undangan pertemuan warga.
“Terima kasih ya.” Ucap Bapaknya Tarno agak keras sambil menatap wajah pemuda yang mengantar undangan itu.
Yayuk dan Respati pun ikut menoleh menatap Tami dan pemuda itu. Yayuk dan Respati kini paham kenapa Bapaknya Tarno dan Tami berbicara sangat hati hati. Karena memang ada tetangga yang tiba tiba muncul.
“Sama sama Pak Lik.” Ucap pemuda itu setelah memberi kertas undangan pada Tami.
Pemuda itu pun segera pamit pulang setelah menyerahkan kertas undangan. Tami juga kembali lagi melangkah dan duduk di samping bapak nya.
“Surat kuasa mengambil apa Mbak?” tanya Yayuk yang sudah tidak sabar.
“Hasil test DNA itu Bu. Mas Tarno jelas tidak mau karena hasil test itu bukti saat nanti Mas Tarno bisa mendapatkan rambut orang orang itu. Untuk mencocokkan.” Ucap Tami masih dengan suara lirih.
“Orang orang?” tanya Respati sambil mengerutkan keningnya .
“Ya, dua orang itu loh Pak, Bu. Tapi Tarno tidak mau bercerita pada saya. Tarno tidak mau menceritakan sebelum ada bukti nya. Di desa Bu, cerita sangat mudah menyebar. Kalau belum ada bukti nanti bisa kena pasal lagi. Tarno tidak melakukan saja bisa kena pasal..” Ucap Bapaknya Tarno.
“Benar Pak. Kadang orang baru mendengar sepotong kalimat sudah disebarkan ke orang lain dengan tambahan bumbu bumbu.” Ucap Yayuk yang paham pada kondisi Tarno saat ini.
“Iya Bu, dan kita orang tua kadang juga keceplosan omong kalau ditanya tanya.” Ucap Bapaknya Tarno
Namun tiba tiba Yayuk teringat akan sesuatu. Ekspresi wajah Yayuk pun kini berubah menjadi sangat khawatir. Yayuk menoleh ke arah suaminya.
“Pak, tolong sampeyan berjaga di luar pintu saja. Untuk jaga jaga kalau tiba tiba ada orang datang lagi. Aku akan bicara sangat penting.” Bisik lirih Yayuk pada Respati.
“Iya Bu, tapi aku nanti diomongi ya..” ucap lirih Respati dan dia segera bangkit berdiri dan melangkah menuju ke pintu depan.
Respati yang berdiri di halaman pura pura untuk mencari sinyal jaringan hand phone nya.
Sedangkan Bapaknya Tarno dan Tami kini yang berganti penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Yayuk..
“Hal penting apa ya Bu?” tanya Bapak nya Tarno.
“Bagaimana kalau Bu Waspo memalsu tanda tangan Mas Tarno untuk mengambil hasil test itu?” Tanya Yayuk lirih dengan nada sangat serius.
“Pasti dia akan terus berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan hasil test DNA itu. Karena itu sangat penting buat mereka, kalau memang keluarga Waspo pelakunya.” Ucap Yayuk lagi
Ekspresi wajah Bapaknya Tarno dan Tami kini berubah sangat khawatir dan panik..
“Waduh Bu, saya malah tidak kepikiran tentang hal itu. Bagaimana ya... Jadi hasil test itu harus cepat cepat diambil ya Bu?” ucap Bapaknya Tarno sambil menatap Yayuk dengan serius.
“Iya Pak, harus diambil secepatnya. Dan harus disimpan di tempat yang aman. Juga harus segera mendapatkan rambut orang orang yang bapak curigai. Orang yang diduga oleh Mas Tarno.” Ucap Yayuk penuh semangat dan sangat serius.
“Kita harus gerak cepat Pak. Jangan sampai kedahuluan mereka. Saya yakin pasti mereka akan mengakali dengan tanda tangan palsu.” Ucap Yayuk lagi.
“Tapi Tarno masih di penjara Bu.” Ucap Bapaknya Tarno tampak bingung.
“Kita yang ambil Pak. Di rumah sakit mana? Kita tanya syarat syaratnya..” ucap Yayuk dengan serius sambil menatap Bapaknya Tarno dan Tami.
Akan tetapi kini mereka dikagetkan lagi oleh suara yang lebih keras dari suara Yayuk..
“Pak, Mi....”
betewe duo Mak lampir bakal hamil gak tuh..🤔
asikk di kerjaiin pula itu si mahkluk tak tau diri biar kapok sekalian
mampus siap suruh pitnah2 om wowo nahh kann biar tau rasa situ 🤣🤣🤣🤣
nahh ku rasa bu yayuk udh telpati ma om wowo bah wa akan ada sasaran empuk 🤔🤔🤔 jd lgsg exsekusi aja /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
nahh yooo ngompol2 ra kw.. syuuukurr kapok ben kapok kui drg sepiro karo leh mu gae