Sidney Catrina terlahir dengan nama Sidney Carlotta Thanos, puteri bangsawan Prancis yang berasal dari kota Marseille.
Sidney terkenal sebagai gadis pembangkang, ia menolak memakai nama belakang keluarga dan memilih kabur dari kastil modern yang menjadi tempat tinggalnya sedari dilahirkan ke dunia ketika mengetahui rencana orangtuanya untuk menikahkannya dengan kolega sang ayah yang terpaut usia sangat jauh darinya guna menyelamatkan penyitaan kastil peninggalan kakek buyut Sidney dari hutang yang membelit ayahnya, Alexeus Thanos. Mengakibatkan keluarga mereka mengalami kebangkrutan finansial.
Setelah kabur dari keluarga selama hampir tiga tahun, Sidney di paksa pulang ke rumah dan akan di jodohkan dengan Edxel Leonard Conte yang terlahir sebagai bangsawan Italia.
Bagaimana kelanjutan kisah ini, apakah kali ini rencana Alexius akan berhasil membuat Sidney menuruti keinginan orang tuanya?
Baca ya 🙏
Tinggalkan komentar dan jejak kalian di setiap bab ya reader's kesayangan 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGETAHUI MASA LALU EDXEL
"Biar aku saja yang mengantar suamiku, kau lanj–"
"Aku mau Bellacruz yang mengantar ku. Dan kau urus masalah keponakan mu yang selalu membuat masalah. Atau kalian berdua pergi dari rumah ku sekarang juga!!!".
Conte berucap dengan sangat tegas membuat tante dan keponakan itu terdiam tak berkutik dengan sorot mata penuh kebencian pada laki-laki tua itu, begitu pun pada Bellacruz yang selalu menjadi kepercayaan Conte.
"Tante...bagaimana ini? Bagaimana kalau ancaman Edxel tidak main-main, ia melaporkan aku?"
"Endrique brengsek! Padahal sudah aku ingatkan, apapun yang terjadi jangan menyebut nama kita. Pemuda bodoh itu tidak bisa diandalkan, membuat rencana kita jadi berantakan seperti ini", ketus Sofia memukul meja makan dengan tangan terkepal.
Sorot mata wanita berusia empat puluh tahunan itu tajam menatap ke depan sambil berpikir apa yang harus ia lakukan. Kini sofia hilir-mudik sambil mengetuk-ngetuk kan jarinya ke pelipis.
"Berpikirlah Sofi, kamu cerdas, cari cara agar kau mendapatkan keinginan mu. Libas semua penghalang. Kamu pasti bisa! Hal ini sangat muda bagi mu, jauh lebih muda dari yang kamu lakukan tiga tahun yang lalu", gumam wanita glamor itu bicara sendiri.
"Tante harus merayu paman Conte agar membantu ku jika Edxel benar-benar melaporkan aku atas kematian hewan menjijikkan itu, tante. Aku tidak mau berurusan dengan polisi. Aku tidak mau masuk penjara!".
Ucapan Daniella membuyarkan lamunan Sofia yang sedang berpikir keras. "Bisa tidak kau tutup mulut mu itu, Dani! Aku muak dengan keluh kesah mu itu. Kau tahu berapa kekayaan yang akan kau miliki jika mampu mengusir istri pura-pura anak tiri ku?"
Sofia mendekati keponakannya itu, menatap tajam Daniella dan spontan menunjuk-nunjuk kepala gadis itu dengan jari telunjuknya.
"Kita akan menjadi miliarder. Aku menyesal kenapa dulu mau menikah dengan ayahnya jika ternyata semua harta laki-laki itu di wariskan pada anaknya. Seharusnya aku dekati Edxel sejak dulu bukan laki-laki dengan nafas bau itu!", umpat Sofia dengan memendam amarah. Kemudian berlalu meninggalkan Daniella seorang diri.
*
Sidney memutar handle pintu ruang piano. Gadis itu baru saja selesai makan siang kemudian masuk keruangan itu.
Kini ruangan yang tadinya tertutup rapat dan terkunci telah di buka. Penampakan yang tadinya nampak suram sudah tidak menyeramkan lagi. Kanvas-kanvas yang waktu itu Sidney lihat dibiarkan bertumpuk asal sudah tidak tampak lagi. Tersisa hanya beberapa lukisan yang hampir rampung. Bahkan pencahayaan ruangan itu jauh lebih baik karena tirai sudah di buka, sinar matahari bisa masuk dengan leluasa ke dalam ruangan itu.
Senyum manis terlukis di wajah gadis itu. Ia segera duduk di depan piano, menyentuh tuts-tuts dengan jari lentiknya.
Letty mengetuk pintu pun tak di gubris Sidney saat ia fokus dan terbawa suasana ketika memainkan musik klasik.
Letty pun terpaku melihat kepiawaian istri majikannya tersebut. Gadis itu memeluk vas bunga berisi mawar putih di depan dadanya. Dan memberikan tepuk tangan saat permainan piano Sidney selesai.
"Aah nona Sidney sangat lihai bermain piano", ucap Letty memberikan pujian.
Sidney tersenyum pada pelayan itu. "Bunganya taruh di meja dekat jendela saja Letty, dan kau harus menggantinya tiap hari", ujar Sidney memberi perintah.
"Baik nona Sidney", jawab pelayan itu.
"Apa kau tahu siapa yang melukis di kanvas itu?", tanya Sidney menatap beberapa lukisan yang fokus pada wanita berambut sebahu sebagai objeknya.
"Itu lukisan tuan Edxel, nona. Tapi saya tidak tahu siapa wanita itu. Yang saya tahu tuan Edxel tidak menjalin hubungan dengan wanita mana pun setelah nona Cassandra tunangannya meninggal karena mengalami kecelakaan mobil saat ia sedang berlibur bersama teman-temannya di Amerika. Sementara tuan Edxel tidak ikut di liburan itu. Maaf kalau saya salah, yang saya dengar nona Cassandra mengalami kecelakaan tunggal, menabrak pagar jembatan, mengakibatkan mobil yang ia kendalikan masuk ke dalam sungai di kota New York. Setelah di lakukan pencarian cukup lama, jasad nona Cassandra tidak pernah di temukan yang membuat tuan Edxel sangat terguncang".
Untuk sesaat Sidney mencerna cerita Letty. Ternyata Cassandra mengalami kecelakaan tragis. Wajar saja Edxel lama berduka menangisi kepergian tunangannya itu, karena jasad Cassandra tidak pernah di temukan.
"Mungkin kah yang di lukisan itu Cassandra kekasih Edxel?", gumam Sidney melihat kanvas.
"Saya tidak tahu nona, karena tuan Edxel tidak pernah sekalipun membawa teman wanita ke rumah ini, termasuk tunangannya sekali pun. Jadi kami para pekerja tidak mengenal nona Cassandra seperti mengenal anda", ujar Letty kemudian pamit turun ke bawah melanjutkan pekerjaannya.
Mendengar perkataan Letty beberapa saat yang lalu haruskah Sidney senang? Sidney hanya menanggapi dengan senyuman saja.
Sidney berdiri melihat lukisan Edxel. Sesekali memangut-mangut sambil mengusap bawah bibirnya. "Dia sangat cantik. Edxel dan Cassandra memiliki persamaan di rambut yang berwarna hitam kelam dan beralis tebal.
"Wajar saja Edxel sulit melupakanmu, karena kau sangat cantik", gumam Sidney.
Pelukan dari belakang mengejutkannya. "Dia mendiang Cassandra. Setelah empat bulan pertunangan kami tragedi mengerikan itu terjadi. Saat itu Sandra sedang liburan dengan teman-temannya di New York. Sandra mengalami kecelakaan mobil. Dan di nyatakan meninggal setelah pencarian di lakukan berhari-hari, namun tidak membuahkan hasil".
Sidney menyandarkan kepalanya pada dada bidang Edxel. Mendengarkan dengan fokus cerita laki-laki itu.
"Lukisan ini satu yang tersisa dari Sandra. Kami tidak sering menghabiskan waktu bersama, aku sibuk dengan pekerjaan ku sementara Cassandra sibuk sebagai social worker yang sering berpergian ke tempat-tempat bencana di seluruh dunia", ucap Edxel sambil menyandarkan dagunya pada pucuk kepala Sidney.
"Sungguh mulia sekali pekerjaan Sandra. Di mana kalian bertemu?"
"Ketika perusahaan ku ikut kegiatan sosial yang Sandra dan teman-temannya adakan. Ia mewakili organisasi yang ia pimpin menemui ku sebagai donatur utama di kegiatan tersebut. Pertemuan dan komunikasi kami intens. Pada akhirnya menjalin hubungan khusus"
"Cassandra orang biasa yang hidup dengan kesederhanaan, itu yang membuat ku jatuh cinta padanya. Namun perbedaan sosial di antara kami membuat keluarga menentang hubungan kami".
"Aku mencintainya karena ia wanita istimewa lain dari kebanyakan wanita di luaran sana yang sudah jarang di temui mau terlibat dalam kegiatan amal seperti Sandra, aku kagum padanya", ucap Edxel.
Sidney masih bisa merasakan Edxel memiliki perasaan mendalam pada Cassandra. Ia mengusap lembut wajah laki-laki itu.
"Namun tragedi kecelakaan itu memisahkan kami. Aku berusaha bersahabat dengan takdir, aku hanya ingin memeluk Sandra untuk yang terakhir kalinya, namun itu tidak bisa aku lakukan karena jasadnya pun hingga kini tidak pernah di temukan".
Perlahan Sidney membalikkan badannya menghadap Edxel. Memainkan kancing kemeja kerja laki-laki itu.
"Aku ikut berduka untuk Cassandra". Kedua netra biru gadis itu menatap intens kedua mata Edxel. "Tapi aku ingin semua kenangan Cassandra hilang darimu, Ed. Maafkan aku terdengar egois, namun aku menginginkan itu".
Netra indah gadis itu tak berkedip sedetik pun menatap Edxel. "Bukan kah kau memintaku membantu melupakan masa lalu mu? Dengan menghilangkan semua kenangan Cassandra, salah satunya", ucap Sidney.
...***...
To be continue
aku harap sih ga nongol kaya si kamfreeet Luisa