Aisyah yang tak kunjung hamil membuat mama mertuanya memberikan dua pilihan paling berat. Aisyah harus memilih antara berpisah dengan suaminya atau tetap bersama tetap harus menerima jika suaminya menikahi wanita lain.
Sungguh hancur hati Aisyah. Dia tidak bisa memilih salah satu pilihan yang diberikan oleh mama mertuanya. Bagaimana bisa dia berpisah dengan suaminya, sementara Aisyah sangat mencintainya. Apalagi jika harus merelakan berbagi suami dengan wanita lain. Jelas saja Aisyah tidak sanggup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
...Jika tidak ada yang bisa dipertahankan lagi untuk apa terus bersama yang pada akhirnya hanya akan membuat luka di dalam dada. Cinta butuh perjuangan Jika pasanganmu sudah tidak bisa mempertahankan dan memperjuangkan dirimu, maka tinggalkan saja orang seperti dia. Yakinlah jika Allah akan menyiapkan pengganti yang jauh lebih baik....
...~teh ijo~...
Sungguh diluar prediksi jika Azam berani muncul dihadapan Ais setelah apa yang dia lakukan padanya. Padahal sebisa mungkin Adam mencoba membawa Ais menjauh dari pria yang dulunya sangat memuja adiknya. Namun, pada akhirnya dia malah menyakitinya.
Kata maaf saja tidak cukup untuk membalut luka yang telah ditorehkan, terlebih Azam yang langsung memilih menikah lagi ketimbang memperjuangkan Ais. Lalu saat ini pria itu menyesali apa yang telah dia lakukan. Sungguh sangat terlambat!
"Ais, jawab pertanyaan Mas dengan jujur. Apakah kamu masih mencintai Azam? Apakah jika pria itu meminta kamu untuk kembali kamu akan kembali padanya?" tanya Adam yang melihat Ais lebih banyak diam setelah bertemu dengan Azam.
Ais masih terdiam. Bagaimana bisa dia bisa menjawab pertanyaan kakaknya dengan jujur sementara selama ini hubungan Ais dan juga Azam baik-baik saja. Keduanya saling mencurahkan cinta dan kasih sayangnya. Tak pernah terpikirkan sedikitpun jika perpisahan adalah jalan buntu yang harus dia terima.
Jika ditanya apakah masih cinta, tentu saja rasa itu masih ada, sekalipun Ais mencoba untuk menepisnya. Hanya saja saat ini hatinya sangat sakit dengan keinginan mama mertuanya yang telah memberikan dua pilihan paling berat. Sebagai seorang wanita, siapa yang sanggup dimadu, tentu saja hanya orang-orang yang mempunyai mental kuat. Sementara Ais, bukanlah wanita yang bisa berbagi suami dengan wanita lain. Padahal jika mama mertuanya bisa sedikit saja untuk bersabar, dia bisa memberikan apa yang dia inginkan.
"Ais sudah tidak mencintai Mas Azam dan jikapun dia meminta Ais untuk kembali, Ais tidak akan mau, Mas," jawab Ais dengan lemah.
"Baguslah jika kamu sudah tidak mencintai Azam. Ingatlah luka didalam hati kamu Ais. Jangan hanya karena rasa cinta yang belum pudar lalu kamu langsung melupakan begitu saja apa yang telah dilakukan Azam kepadamu. Dia sanggup menikahi wanita lain hanya dalam waktu tiga hari setelah kamu meninggalkan rumahnya. Dia sama sekali tidak peduli denganmu, Ais. Bahkan dia tidak menemui bapak dan ibu untuk meminta maaf. Pantaskah pria seperti itu dipertahankan? Tidak Ais! Tolong jangan pernah lupakan luka di hati kamu!"
Ais hanya mengangguk dengan pelan. Semua butuh waktu. Karena melupakan kenangan indah tak semudah seperti membalikkan telapak tangan. "Iya, Mas. Ais tau."
***
Sekuat apapun Ais mencoba untuk menghapus nama Azam, tetap saja rasanya sangat sulit. Terlihat dengan kehadiran Azam yang saat ini ada disekitarnya.
"Ais, kamu kenapa?" tanya Jelita, satu-satunya teman yang dekat dengan Ais.
"Aku enggak papa kok, Lita." Tangan Ais pun langsung menyeka jejak air matanya. Ya, Ais baru saja menangis karena ternyata cara move on dari mantan suaminya semakin sulit saat mengetahui pria itu ternyata mengajar di kampus tempatnya kuliah.
"Bohong! Itu kamu nangis."
"Ah, ini aku ... aku hanya sedang teringat saja dengan ayah dan ibu di kampung." Ais berkilah.
"Ais, yang sabar ya. Aku tahu bagaimana rasanya merindukan orang tua, karena aku dulu pernah merasakan hidup jauh dari orang tua, jadi aku tahu bagaimana rasanya. Kalau begitu bagaimana sepulang kuliah kita jalan-jalan sebentar. Aku akan meneraktirmu."
Tak ada penolakan, Ais pun mengiyakan saja keinginan Jelita. Mungkin dengan cara seperti itu pikiran tentang Azam bisa teralihkan.
...***...
tidak jelas...endingnya